“Nak, mama mohon pulanglah ke rumah.” Ucap Ruth terdengar memohon.Sebenarnya dalam hati Anggara sungguh ingin menuruti permintaan dari mama Ruth, namun sepertinya dia masih merasa sakit hati akan kata-kata papa Baskoro. Dia tidak ingin jika nanti hidupnya akan diatur-atur lagi. Mengenai pendidikannya yang sudah ia jalani hampir melewati semester pertama. Anggara tidak ingin papanya kembali menyuruhnya menempuh pendidikan yang tidak ia inginkan.“Mengenai pendidikanmu, papa sudah putuskan untuk mendukung penuh pilihanmu. Papa tidak akan memaksa lagi.” Ucap Baskoro seakan ia mengerti kemana jalan pikiran Anggara.“Dengarlah Nak, papa sudah berubah. Mama mohon kembalilah ke rumah.” Ruth menimpali ucapan suaminya.“Lakukan apa yang kamu mau. Papa hanya meminta kamu mulai sekarang belajarlah memimpin perusahaan keluarga kita. Karena nantinya kamulah penerus satu-satunya, menggantikan papa. Kalau bukan kamu, siapa lagi Ang?” Ucap Baskoro dengan nada tegas.Anggara menangkap maksud dari uca
“Makasih ya Gi, lu memang teman gue yang paling baik dan pengertian. Gue janji nanti bakal sering ke sini jengukin lu.” Ucap Bayu dengan senyum cerianya. Dia masih ingin menutupi rahasianya. Bayu takut jika Argi mengetahui masalah besar yang tengah dihadapinya, membuat Argi marah besar. Seperti dulu saat menjemput Dany di villa temannya, Argi sempat memukulnya karena perbuatan Bayu pada gadis itu.Bayu kembali berceloteh tentang cerita-cerita lucu di sekolah mereka, meskipun Argi hanya bisa mendengar namun Bayu melakukannya untuk menghibur temannya.Tak terasa tiga puluh menit lebih berlalu, orang tua Argi datang memasuki ruangan bersama seorang suster yang membawakan makan sore dan obat.Bayu bangkit dari posisi duduknya untuk memberi tempat bagi mama Lina menyuapi anaknya.Semangkuk bubur sudah berpindah ke perut Argi, meskipun dengan kondisi sulit menelan. Namun semangat pemuda itu sangatlah tinggi agar bisa sembuh.Lina membuka pembungkus obat dan vitamin lalu membantu putranya un
Rumi merasa sangat bahagia melihat putra majikannya telah kembali ke rumah. Anggara layaknya putra Rumi, karena sedari kecil dialah yang mengurus pemuda itu. Pengabdian Rumi di keluarga Anggara sudah sangat lama. Semenjak Pak Baskoro berusia remaja dia sudah bekerja untuk keluarga Anggara. Maka Ruth sudah menganggap Rumi sudah seperti kerabat dekat dan seorang sahabat, meskipun usia mereka terpaut 20 tahun.Waktu itu umur Ruth masih 21 tahun ketika Baskoro mempersuntingnya. Kehidupan pernikahan yang di paksakan, membuat awal pernikahan mereka seperti di neraka. Sifat Baskoro yang arogan dan angkuh, membuat Ruth terus meneguk pil kepahitan dalam hubungan pernikahan mereka. Ruth tidak memiliki rasa cinta pada suaminya di awal pernikahan mereka. Setiap malam menangis, dan Rumi saat itu ditugaskan Baskoro untuk menjadi asisten pribadi Ruth. Perjumpaannya dengan Rumi yang memiliki sifat keibuan, membuat Ruth menjadikannya teman untuk berbagi keluh kesah. Rumi salah satu alasan Ruth bisa
Bab 99Di dalam rumah berlantai dua itu, Bayu berada seorang diri. Dia tengah berada di lantai bawah menikmati makan malamnya, sebelumnya dia memesan makanan secara online lewat aplikasi pada ponselnya.Dia memesan sekotak pizza dan mulai memakan satu persatu. Sembari matanya menatap ke layar laptop di hadapannya. Bayu tengah menonton film action kesukaannya.Di tengah-tengah acara menonton itu, Bayu dikejutkan dengan bunyi ketukan pintu.Siapa yang datang bertamu di malam hari? Selama ini jarang sekali ada yang bertamu di rumahnya. Selain Argi, tidak ada yang datang berkunjung ke rumahnya. Kerabat Bayu berada di luar kota semua, tidaklah mungkin jika ada saudara yang berkunjung ke rumah. Apalagi hari sudah sangat larut.Bayu segera bangkit dari duduknya setelah menjeda video yang berputar di layar laptop.Langkahnya menuju ke arah jendela samping pintu, untuk memastikan tamu yang datang.Mata Bayu membola ketika melihat keberadaan Dany di depan pintu rumahnya. Mendadak dia menjadi sa
Hari-hari telah berlalu dengan cepat, Anggara selama itu tetap masih bekerja di Motion Club meskipun ayahnya telah melarangnya. Waktu bertemu dengan Akira pun menjadi sangat jarang. Dengan keberadaan orang tua Akira di rumah, membuatnya kesulitan untuk mencari alasan keluar, apalagi Dany sudah tiga hari ini tidak berangkat ke sekolah.Komunikasi antara Anggara dan Akira masih terus berlanjut, setiap hari mereka mengirim kabar meskipun jarang bertemu. Dan hari Sabtu ini mereka telah janjian untuk ketemu sepulang sekolah. Anggara sengaja mencari libur di hari itu, agar ada waktu untuk bisa menemui Akira. Sedangkan Akira ijin ke orang tuanya, dengan alasan ada tugas kelompok, dia sengaja membawa motor agar orang tuanya percaya.Mereka berjanji bertemu di perpustakaan kampus, karena waktu pulang Akira yang lebih awal dari selesainya kelas Anggara.Hari Sabtu sekolah Akira pulang lebih awal di jam sebelas. Dia segera memacu motornya menuju kampus Anggara. Sudah berhari-hari tidak bertemu
Anggara mencari tempat duduk di luar resto. Dia sangat tahu akan Akira yang sangat menyukai pemandangan alam. Sehingga dia memilih tempat duduk yang langsung berhadapan dengan pemandangan perbukitan itu. Mereka duduk berhadapan dengan tangan yang masih menggenggam. “Suka tempatnya? Hum?” Tanya Anggara, matanya menatap mesra ke arah gadis berparas ayu itu. “Hum, aku suka Ang. Terima kasih ya.” Jawab Akira terdengar tulus. Dia menatap balik ke arah kekasihnya. Seorang pelayan resto menghampiri meja mereka. Memberikan buku berisi menu yang tersedia di restoran tersebut. Keduanya sama-sama menatap ke arah menu. Akira membelalakkan mata melihat harga di menu tersebut. Harganya setara dengan uang sakunya selama seminggu. Rata-rata harganya lumayan mahal, sehingga membuat Akira bingung untuk menetapkan pesanannya. Anggara memesan Beef Gordon Bleu serta Cold Brew. Lalu mengalihkan pandangannya pada Akira. “Sayang mau makan apa?” Tanyanya pada kekasihnya. Akira tergagap, melihat
Sore itu Raditya mulai mempersiapkan diri untuk penerbangan ke Singapura, mereka mendapat jam penerbangan malam.Keadaan Argi sudah semakin membaik, sakit di kepalanya sudah mulai menghilang. Dia sudah mampu bersuara namun sepertinya kondisi laringnya mengalami pembengkakan. Sehingga suaranya terkadang menghilang.Argi sudah bisa duduk, meskipun tangan dan kaki kirinya masih dibalut gips. Dengan bantuan kursi roda, ia sudah bisa keluar dari kamar rawat inap. Hanya untuk menghirup udara bebas di taman yang berada di Rumah sakit Medika Utama.Semangat Argi mulai tumbuh seiring bertambahnya hari. Luka di hatinya kini mulai membaik, karena kehadiran kedua orang tuanya yang selalu setia menemani.Luka dan memar di wajah juga semakin memudar. Argi telah pulih kembali meskipun kondisinya belum sembuh total. Karena memerlukan berbulan-bulan untuk kembali normal.Teman sekolah bergantian mengunjunginya, banyak di antaranya adalah para gadis yang menjadi siswi di sekolahnya. Mereka sangat mengi
“Ang, kamu harus lekas ke rumah sakit. Ayo!” Akira bangkit dari duduknya, dia begitu terkejut akan berita itu. Mama Ruth tentu membutuhkan kehadiran Anggara.“Tapi kamu belum makan, sayang? Kita makan dulu ya. Habis itu baru ke Rumah Sakit, aku percaya mama papa pasti menunggu. Akira kembali duduk, saat Anggara memaksanya untuk kembali duduk.Hingga tak lama pelayan resto membawa pesanan mereka.Dengan cepat mereka fokus menghabiskan makanan, dan menyisakan dua dessert yang sudah terlanjur dipesan untuk dibungkus. Karena tidak mungkin untuk menghabiskan semua makanan.Anggara menyesap minumannya, sedangkan Akira sudah lebih dulu menghabiskan minumannya. Dia sama seperti Anggara yang merasa cemas.Jika hal itu terjadi pada ayahnya maka Akira akan secepatnya untuk mengunjungi ayahnya.Meski kekhawatiran menyelimuti hatinya, Anggara sempat memperhatikan ekspresi dari Akira. Dia sangat tahu Akira adalah gadis yang sangat peduli.“Ayo kita balik sekarang, sayang.” Ucap Anggara, meskipun mi