Waktu berlalu dengan cepat, matahari mulai menghilang di garis cakrawala di sebelah barat. Warna jingga pada langit tampak begitu indah dan memukau.Kini ke empat remaja yang akan beranjak dewasa itu, tengah menikmati senja di balkon lantai atas.Bayu tengah duduk bersebelahan dengan Dany di sudut balkon, dengan kepala Dany yang berada di bahu pemuda manis di sampingnya. Sedangkan Lena bersebelahan dengan Argi, hanya terdiam memandang langit yang berwarna jingga itu. Terdiam dengan pikiran yang hanya tertuju pada pemuda misterius yang selalu ada di pikirannya."Pulang nanti aku antar ya, sayang. " ucapan Argi tak di dengar olehnya. Entah pikirannya saat ini seperti dibawa ke tempat lain.Argi meraih tangan gadis pujaannya itu dan menggenggamnya. Lena pun tersentak kaget, tanpa sadar menarik tangannya dari genggaman pemuda itu."Ngomong apa tadi, Gi? Sorry, aku gak denger." Ucapnya gugup."Pulang nanti biar aku yang anter kamu." Ulang pemuda itu."Aku sama Dany aja, soalnya ayahku tahu
Malam itu Magdalena merasa susah tidur, hatinya merasa tidak tenang. Entah apa yang dia inginkan saat ini.Setiap dia memejamkan mata maka tampaklah bayangan pemuda tampan yang tadi siang mencium tangannya, sungguh hanya membayangkan saja membuat hatinya berdegup tak menentu.Perasaan yang begitu asing yang tengah dia rasakan saat ini. Bahkan ciuman Argi di pipinya beberapa jam lalu tidak membekas di hatinya, diapun sepertinya sudah melupakan kejadian itu.Dia melihat ke arah tangannya, menghembus aroma telapak tangan itu, dan memejamkan mata. Pemuda misterius itu selalu hadir dalam pikiran dan hatinya. Ada desir aneh yang merambat menyentuh relung hatinya.Ya sepertinya dia jatuh cinta. Jatuh cinta pada Septian Anggara.Dia selalu merasa nyaman jika berada di samping pemuda itu. Ingin melihatnya, menyentuhnya. Namun gadis itu merasa bingung bagaimana mewujudkan keinginan hatinya itu.Lena mulai membuka ponsel yang sedari tadi tidak dia lihat.Muncul notifikasi pesan dari Argi dan Dan
Hingga beberapa menit kemudian vespa cokelat itu berhenti di samping sebuah rumah makan kecil di pinggir jalan. Lena pun ikut menghentikan motornya. Dan memarkirkan motornya tak jauh dari Anggara memarkirkan Vespanya.Anggara turun dari motor, membuka helm, dan menaruhnya di atas jok motor. Rambutnya tampak tergerai dengan kacamata hitam yang bertengger pada hidungnya.Sebelum memasuki area tempat makan itu, dia menoleh ke belakang. Sebenarnya dari tadi dia menyadari ada seseorang yang mengikutinya. Dia mengamati lewat kaca spion waktu di perjalanan. Dia sempat terkejut ketika menyadari Akiralah yang mengikutinya. Namun tetap bersikap tenang, sampai akhirnya dia tiba di warung makan sederhana itu.Dia mengurungkan niatnya untuk masuk ke warung makan itu, dan terlebih dahulu menghampiri gadis yang masih duduk di motor."Mau makan juga?" Ucap Anggara, membuat Lena mendadak gugup."Iya kak." Jawabnya kemudian."Ayo, kalau mau makan." Ajak Anggara, kemudian berjalan memasuki warung makan
Perjalanan selama beberapa menit mereka tempuh. Lena masih mengikuti dari belakang.Hingga tiba di parkiran, dia memarkirkan motor di dekat vespa milik Anggara. Pemuda itu turun terlebih dahulu dan menunggu gadis itu melepas helmnya."Aku anter kamu ke kantin atau perpustakaan?" Tanya Anggara ketika gadis itu sudah berada di hadapannya."Perpustakaan mungkin kak." Jawab Lena."Ok, kamu suka baca?" Anggara mulai berjalan beriringan dengan Lena."Yups." Jawab Lena singkat mengikuti langkah panjang Anggara, cukup membuatnya capek."Udah ijin ke guru?" Anggara mulai memperlambat langkahnya, untuk menyeimbangi langkah Lena."Belum, nanti aku ijin di grup kelas Kak." Jawab Lena.Tak terasa merekapun sampai di depan perpustakaan. Tempat itu cukup luas dan koleksi bukunya juga beragam. Di depan perpustakaan, terdapat taman kecil yang berisi bangku-bangku. Dan ada beberapa orang yang tengah membaca. Taman itu memiliki pohon yang cukup tinggi dan besar, membuat udara di sana menjadi sangat seju
Ketika dia mulai membuka baju seragamnya tiba-tiba dia melihat serangga bertubuh pipih dan berbentuk lonjong berwarna cokelat terbang ke arahnya."Hyyaaaa.." teriakan gadis itu cukup keras, membuat Anggara kaget dan langsung memasuki kamar tanpa permisi. Anggara mencari keberadaan gadis itu sampai akhirnya mengetahui gadis itu tengah berada di kamar mandi."Akira..are you Ok?" Anggara mengetok pintu kamar mandi dengan cemas.Gadis itu segera membuka pintu kamar mandi dan keluar dengan raut ketakutan."Kecoakk." Ucapnya berhamburan ke pelukan pemuda itu. Tanpa menyadari penampilannya saat ini yang hanya mengenakan bra dan rok abu-abunya. Dia telah melepas baju seragam atasnya dan menggantungnya di belakang pintu kamar mandi.Mata Anggara tampak melotot melihat gadis yang tengah memeluknya. Namun dia langsung mengabaikannya, dia mencari sumber masalah yang membuat Akira ketakutan.Anggara melepaskan pelukan gadis itu dan mulai memasuki kamar mandi. Matanya merotasi mencari keberadaan se
"Akira?""Hmm?" Akira mendekatkan wajahnya di samping telinga pemuda itu."Boleh aku memintamu, panggil aku Ang, jangan kakak. Setidaknya saat kita berdua." Ucap Anggara mengutarakan keinginan hatinya."Hmm." Akira tampak berpikir tentang permintaan pemuda itu. Apa salahnya kalau dia memanggil dengan sebutan itu, bukankah temannya yang lain juga memanggil Anggara dengan sebutan itu."Baiklah." Jawab singkat Akira.***Setelah beberapa saat sampailah mereka di puncak bukit, dimana di sana terdapat sebuah restoran dengan pemandangan alam yang sungguh menyejukkan mata dan hati.Anggara menurunkan tubuh Lena tepat di bangku yang berjejeran di area itu. Setelahnya dia berdiri dan meluruskan badannya, sebelum duduk di samping gadis yang nampak terpesona melihat keindahan alam dari atas bukit."Maaf kak ngerepotin, capek?" Ucap Akira malu-malu menoleh pada pemuda itu."Gak terlalu. Gimana? Suka?" Suara Anggara terdengar hangat di telinga Akira. Senyum yang jarang di perlihatkan selama ini, d
Ketika sampai di parkiran motor, hujan turun semakin deras, membuat baju keduanya menjadi basah. Anggara berinisiatif untuk mencari tempat teduh sebelum melanjutkan perjalanan.Pemuda itu menuntun Akira ke sebuah gazebo kayu yang berada tak jauh dari tempat parkir. Akira langsung menaiki gazebo, diikuti oleh pemuda yang berdiri di belakangnya.Baju celana yang di pakai pemuda itu sangat basah kuyup, wajah dan rambutnya tampak basah.Sedangkan baju Akira masih terlindungi, karena jaket Anggara yang menutupi kepala dan badannya."Sial, kenapa harus hujan." Gerutu Anggara yang masih berdiri di depan Akira. Dia hanya bisa menyelamatkan tas kecilnya yang sengaja di taruh di balik bajunya, untung tas itu tahan air, sehingga ponsel dan segala isi di dalamnya terselamatkan dari air hujan yang mengguyur.Anggara menoleh ke belakang memastikan keberadaan gadis itu aman."Akira, gimana? Bajumu basah?" Tanya Anggara setelah melihat gadis yang tengah menatapnya."Aku baik Kak, bajuku gak basah, c
Akira membuka matanya, seperti sedang terbangun dari mimpi indahnya.Gadis itu mendongakkan kepalanya dan menatap wajah pemuda itu tanpa kedip dan tanpa jawaban. Hanya saling menatap satu sama lain.Anggara melihat wajah cantik dengan pipi merona itu, semakin tidak bisa menahan diri. Dia mulai mendekatkan bibirnya pada bibir gadis itu. Ketika dirasa tidak ada penolakan dari gadis itu, Anggara mulai menempelkan bibirnya dengan bibir gadis itu, terasa lembut dan hangat. Kedua bibir yang saling menyatu, membuat debar jantung keduanya menjadi semakin cepat.Akira yang baru sekali melakukannya, hanya bisa menatap mata pemuda itu dari jarak sangat dekat. Dia tak mampu menolak perlakuan pemuda itu karena dalam hati kecilnya, dia sangat menyukainya.Hanya dengan Anggara dia merasakan perasaan ini, hanya dengan Anggara mampu membuat dadanya berdegup cepat, dan hanya dengan Anggara dia merasa nyaman dengan berdekatan dan bersentuhan. Sungguh hanya dengan pemuda ini, dia kehilangan akal sehatn