Orang-orang memandang aneh ke arah seorang gadis yang sedang berjalan melewati mereka. Bagaimana tidak? Gadis itu memakai sarung tangan bergambar Hello Kitty dengan perpaduan warna putih merah, walaupun sekarang sedang musim panas.
Tidak hanya itu, sang gadis juga memakai baju kemeja putih berlengan tanggung dipadu dengan celana jeans hitam, apalagi rambut panjangnya yang tergerai tertiup angin membuatnya tampak seperti sosok Sadako, hantu perempuan yang terkenal di Jepang dikarenakan ia menundukkan kepalanya atau menatap ke samping kiri-kanan ketika berjalan lurus ke depan, seperti menghindari tatapan mata langsung dengan orang-orang yang melewatinya. Benar-benar aneh bukan?
Sang gadis hanya menghela napas panjang ketika menyadari tatapan aneh yang melayang kepadanya. Ia berjalan masuk ke stasiun kereta api seraya menjinjing sebuah tas kerja, meletakkan kartu member kereta di mesin pemeriksa tiket lalu berjalan menuruni tangga menuju peron tujuannya.
Ketika ia sedang menunggu kereta api, lagi-lagi beberapa remaja yang berseragam sekolah menatap aneh kepadanya, sesekali berbisik-bisik sambil kembali menatapnya dengan tatapan penasaran.
Biarkan saja Seika, biarkan saja. Itu lebih baik dari pada kau harus memuntahkan isi perutmu karena kejadian mengerikan yang masuk ke dalam pikiranmu.
Ya, iniq memang lebih baik dari pada beberapa kejadian yang menimpa Seika karena kecerobohannya sendiri yang tidak memakai sarung tangan atau tidak berhati-hati sampai ia melihat tepat ke mata orang lain.
Sewaktu Seika masih sekolah menengah pertama, ia pernah bersentuhan tangan langsung dengan seorang mantan pembunuh, memori bagaimana pria itu membunuh korbannya langsung masuk ke dalam pikiran sang gadis, membuat Seika menjerit ketakutan hingga memuntahkan isi perutnya dan setelah itu gadis itu bolos sekolah selama seminggu karena ketakutan pada peristiwa yang bahkan tidak pernah menimpa dirinya.
Kejadian mengerikan lainnya juga terjadi ketika ia masuk sekolah menengah atas. Seika yang baru pulang dari festival sekolah tidak sengaja bertatapan dengan seorang wanita malam yang melewatinya.
Seika langsung terduduk di jalan sambil menutup mulutnya menahan mual, sebuah kejadian menjijikkan masuk ke dalam pikirannya tanpa bisa ia cegah. Di dalam pikiran gadis itu terpampang jelas sebuah adegan seks yang seperti pemerkosaan namun sang wanita malam justru menikmatinya. Setelah Seika mencari informasi di dunia maya, gadis itu baru mengetahui bahwa adegan itu adalah adegan seks BDSM yang biasa disebut 'play kinky'. Semenjak itu Seika sedikit takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki.
Setiap hari Seika selalu berdoa agar harinya berjalan lancar tanpa bertemu dengan seorang psikopat ataupun yakuza dalam hidupnya.
Kereta api berhenti tepat di hadapan Seika, gadis itu segera masuk ke dalam gerbong kereta yang diikuti oleh remaja sekolah atau orang-orang yang memakai baju kerja. Suasana pagi yang penuh sesak seketika menerjang Seika, mau tidak mau gadis itu harus berdiri sambil berpegangan pada gantungan besi bulat pada langit-langit kereta.
Kereta api pun berangkat menuju ke statiun berikutnya, tidak lama Seika masuk kereta, sebuah tangan meraba-raba pinggul gadis itu tanpa tau berasal dari siapa.
Sialan!
Seika mendengus kesal dan langsung mencengkeram tangan yang berada di pinggulnya. Seorang pria berumur tiga puluh tahunan terkejut melihat reaksi berani gadis yang ia lecehkan karena gadis yang biasa menjadi incarannya adalah gadis pemurung, pemalu atau gadis yang berpenampilan aneh seperti Seika, namun sepertinya hari ini adalah hari yang sial bagi sang laki-laki. Penampilan laki-laki itu seperti seorang otaku karena pakaian yang ia pakai terdapat gambar gadis 2D, karakter perempuan yang terdapat pada anime atau pun manga.
"Hei. Apa yang lakukan?" Pria itu membentak dengan suara tinggi, berusaha menutupi kegugupan nya.
"Chikusho ossan!!(Paman sialan), kau salah sasaran pagi ini" Ucap Seika dengan nada mendesis. Ia menatap hidung pria di depannya karena tidak ingin memori menjijikkan milik sang pria masuk ke dalam pikirannya, mengingat apa yang baru saja lelaki itu perbuat, sang laki-laki pasti memiliki memori yang menjijikkan lainnya. Tangan Seika memegang pergelangan lelaki itu dengan kuat.
Pria yang memakai kacamata itu menelan ludahnya. Ia tidak berani berkata apapun lagi, apalagi ketika orang-orang di dalam kereta menatapnya dengan tatapan marah.
Seika memelintir tangan laki-laki itu ke belakang lalu mendorongnya ke pintu kereta sampai kereta berhenti di stasiun selanjutnya dan gadis itu menyerahkan si pelaku pelecehan seksual kepada petugas kereta api.
Seika sudah sering mengalami pelecehan seksual karena penampilannya yang aneh ditambah kebiasaannya yang selalu menundukkan kepala ketika berjalan, membuatnya tampak seperti gadis lemah dan tentu saja itu tidak akan di lewatkan oleh para pria mesum yang berada di kereta api.
Tidak hanya pelecehan seksual, penampilan dan tingkah laku anehnya kerap menjadi bullyan di sekolah sejak Seika masih kecil. Sikap gadis itu yang seperti seorang pecundang tidak akan dilewatkan begitu saja oleh para yankee yang berada di sekolahnya, bahkan ia hampir menyerah dan mencoba bunuh diri karena pembullyan yang semakin parah dan di tambah sang kakek yang ia cintai pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Namun seorang guru berhasil membujuk Seina dan berkata bahwa ia harus belajar seni beladiri untuk menghadapi masalah pembullyan karena tidak ada yang bisa benar-benar menolongnya kecuali dirinya sendiri.
Butuh waktu yang lama untuk Seika bangkit kembali dari keterpurukannya, bahkan ia sampai tinggal kelas satu tahun karena tidak masuk sekolah untuk waktu yang cukup lama. Perlahan tapi pasti Seika pun bisa menguasai seni beladiri Aikido yaitu seni beladiri yang lebih menekankan kepada pertahanan dibandingkan dengan penyerangan, beladiri yang sangat cocok untuk gadis sepertinya. Semenjak Seika menguasai ilmu beladiri, pembullyan pun berhenti dan pada umurnya yang ke dua puluh empat tahun, ia sudah berhasil menjadi dokter umum dan bekerja di sebuah klinik di kota Kobe.
Seika berjalan santai di jalan setapak menuju tempat kerjanya. Gadis itu membuka pintu klinik dan langsung berhadapan dengan Aoi Nagasawa, seorang suster yang biasa membantunya dan juga beberapa pasien yang sudah menunggunya.
"Selamat pagi, sensei (dokter) " Aoi membungkukkan badan, menyapa Seika.
Seika tersenyum, "Selamat pagi".
Seika masuk ke ruang konsultasi, ruang ia bekerja, memakai jas putih panjang lalu duduk di kursi kerja. Seorang pasien laki-laki masuk ke dalam ruangan dan duduk berhadapan dengan Seika, kemudian sang laki-laki mulai mengeluh tentang sakit yang ia derita.
Seika menulis resep obat untuk di tebus setelah mengerti tentang penyakit sang laki-laki. Sang pasien membungkukkan badan berkali kali sembari mengucapkan terima kasih kepada Seika yang dibalas dengan tersenyum lembut.
Pasien kedua juga mengeluhkan penyakit yang ia derita namun penyakit sang pasien membuat Seika menelan ludah ketika ia sudah mengerti penyakit apa yang di alami oleh sang pasien yang juga berjenis kelamin laki-laki.
Seika harus memeriksa denyut nadi sang pasien dengan tangannya tanpa ada halangan apapun. Karena jika memeriksa denyut nadi menggunakan sarung tangan tidak akan menghasilkan diagnosa yang tepat dan sialnya ia harus melakukannya untuk waktu yang cukup lama, tidak hanya beberapa detik.
Perlahan-lahan Seika melepaskan sarung tangan sembari menatap tangannya sendiri, gadis itu menghela napas dan berdoa dalam hati semoga tidak ada kejadian mengerikan yang akan masuk ke dalam pikirannya.
Seika mulai menekan urat nadi di pergelangan tangan laki-laki itu, beberapa memori ingatan milik sang laki-laki yang suka berjudi dan mabuk-mabuk kan serta memukul istri yang menunggunya di rumah masuk ke dalam pikiran sang gadis. Kejadian tersebut terulang beberapa kali di kepalanya, membuat gigi Seika gemeretak menahan kesal.
Beberapa saat kemudian, Seika selesai memeriksa denyut nadi sang pasien dan menatap gusar laki-laki itu lalu menyentuh perut sang pasien dengan kasar, membuat laki-laki itu menjerit kesakitan sedangkan gadis itu hanya mendegus kesal.
"Anda mengalami kerusakan organ tubuh lapisan dalam pada saluran gastro. Itu karena terlalu banyak asupan alkohol ke dalam lambung" jelas Seika dengan nada datar. Seberapa kesalnya gadis itu, pria di hadapannya tetap pasien yang harus ia hargai.
Laki-laki itu menunjukkan wajah gelisah "Apa bisa di sembuhkan sensei?"
"Tentu saja bisa, saya akan memberikan anda resep obatnya dan saya sarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol untuk beberapa waktu ke depan" Seika menulis resep di kertas kecil lalu memberikan kepada sang lelaki.
"Terima kasih sensei" Sang lelaki membungkuk berterima kasih.
"Satu lagi" Ucapan Seika membuat langkah pria itu berhenti.
"Berhentilah memukul istrimu, kau seorang suami terburuk yang pernah aku temui" Tegur Seika yang tidak bisa menahan rasa kesalnya.
Sang pria terkejut akan ucapan dokter di hadapannya yang sangat tepat sasaran lalu menelan ludah dengan gugup, pertanyaan bagaimana dokter itu mengetahui bahwa ia pernah memukul istrinya pun terlintas ke dalam pikiran sang laki-laki, namun tatapan tajam sang dokter membuatnya tidak dapat bertanya dan memilih keluar dari ruang konsultasi secepat mungkin.
Seika menghela napas panjang mencoba mengusir memori buruk milik sang pasien yang baru ia temui dari pikirannya. Beberapa detik kemudian gadis itu tersenyum, berusaha menenangkan dirinya lalu kembali memakai sarung tangan dan berteriak 'selanjutnya' kepada Aoi yang duduk di luar ruangan, mengisyaratkan gadis itu supaya kembali memanggil pasien yang akan ia periksa.
&&&
Seika duduk beristirahat sembari menggerakkan tubuhnya untuk melemaskan otot-otot yang kamu karena duduk diam dalam waktu yang lama ketika jam makan siang. Gadis itu mengambil sebuah MP3 player dan memakai earphones di telinganya, mendengarkan kata-kata 'amithaba' yang biasa ia dengar ketika sedang bermeditasi kecil.
Seika merebahkan badan ke sandaran kursi dengan kepala menghadap langit-langit ruangan, memejamkan matanya dan mulai melakukan meditasi sederhana untuk mengenyahkan memori masa lalu yang bukan milik gadis itu.
Tiga puluh menit kemudian Seika kembali melayani pasien yang ingin berkonsultasi kesehatan kepadanya. Dikarenakan musim panas yang sedang berada pada puncak-puncaknya membuat para pasien yang Seika layani rata-rata mengeluh tentang penyakit biang keringat dengan gejala kulit memerah atau tumbuh bintik-bintik merah di belakang tubuh mereka, ataupun demam musim panas.
"Terima kasih sensei" Seorang pria paruh baya membungkukkan badan ke arah Seika yang juga melakukan hal yang sama.
Seika tersenyum lebar "Sama sama ojii-chan, semoga lekas sembuh".
Sang kakek berjalan keluar ruangan dengan langkah pelan namun di ambang pintu ia berhenti dan berbalik badan menghadap Seika.
"Aiko sensei, boleh saya bertanya sesuatu?"
Seika menganggukkan kepala.
"Silahkan"."Mengapa sensei selalu menggunakan sarung tangan?, saya lihat sensei juga memakainya ketika tidak bekerja" Sang kakek sangat penasaran dengan gaya pakaian Seika yang tak sesuai musim.
Seika tersenyum sejenak, lagi-lagi pertanyaan yang sama.
"Saya mempunyai penyakit Obsessive Compulsive Disorder, semacam penggila kebersihan, jadi saya tidak nyaman bersentuhan dengan orang lain tanpa suatu penghalang"
Sang kakek mengangguk-angguk tanda mengerti lalu tersenyum dan perpamitan kepada Seika.
Seika sengaja mengatakan bahwa ia mempunyai penyakit OCD karena tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia bisa melihat masa lalu orang lain ketika bersentuhan dengan tangannya.
Beberapa saat kemudian pintu kembali terbuka dari luar.
"Selamat datang, ada yang bisa saya ban..." Ucapan Seika terputus ketika melihat dua orang laki-laki berbadan tegap, memakai setelan jas hitam dan salah satu dari mereka bahkan memakai kacamata hitam walaupun mereka sedang berada di dalam ruangan.
"Aiko sensei?" Seorang laki-laki berkacamata minus dengan frame persegi panjang menatap Seika sembari tersenyum.
"Aiko sensei?" Seorang laki-laki berkacamata minus dengan frame persegi panjang tersenyum kepada Seika. Seika sedikit mengangguk mengiyakan. Debt colector?. Tidak. Ia tidak mempunyai hutang apapun yang membuat seorang debt colector mendatanginya. Aoi melangkah masuk ke ruang konsultasi, matanya menatap khawatir bercampur takut kepada Seika yang dibalas gadis itu hanya dengan senyuman menenangkan. Seika mengisyaratkan matanya kepada Aoi, menyuruh sang suster untuk keluar dari ruangan, melihat betapa ketakutannya gadis muda itu kepada dua laki-laki berjas hitam. "Ada yang bisa saya bantu?" Seika tersenyum simpul mencoba bersiap tenang walau sebenarnya ia juga takut akan dua laki-laki tersebut. "Perkenalkan nama saya Akira Nakama, kami ke sini karena kami membutuhkan anda untuk memeriksa kumicho (pemimpin) kami yang sedang sakit" Akira memperkenalkan diri dengan bahasa sopan. Seika
Suara ketukan dari luar pintu membuat tubuh Seika terperanjat, mata gadis itu memerah dan membengkak karena menangis untuk waktu yang lama. Ia mengeratkan pelukan di lututnya sembari menatap waspada ke arah pintu sorong. "Anee-san, makan malam sudah siap. Aku akan meletakkannya di depan pintu" Suara seorang laki-laki terdengar dari balik pintu. Seika hanya diam sambil terus menatap was-was ke arah pintu genka. Tak lama, suara langkah menjauh membuat Seika menghela napas lega. Matanya menatap nanar ke arah tatami di hadapannya, berharap seseorang dapat menolongnya keluar dari rumah tersebut. Menyadari bahwa itu hanya sebuah harapan kosong, Seika kembali menangis, badannya jatuh ke atas tatami, meringkuk dan memeluk tubuhnya mencoba memberikan rasa aman. Mengapa ia selalu mengalami hal yang mengerikan dalam hidupnya, Seika teringat perkataan kakeknya bahwa ia adalah anak yang beruntung karena mendapatkan anugerah dari Tuhan. Beruntung? Jika ia ada
"SELAMAT DATANG KUMICHO" Anak buah Kenichi yang berdiri berjajar rapi sepanjang pintu gerbang sampai ke pintu rumah menunggu kepulangan pemimpin mereka. Kenichi menatap gusar, "Kalian pikir ini sudah jam berapa?". "SUDAH JAM SETENGAH SATU PA..." Salah seorang anak buah Kenichi menjawab dengan semangat, ia tidak menyadari nada peringatan dalam pertanyaan bosnya. Teman di samping laki-laki itu langsung membekap mulut milik sang pria lalu meninju perut membuat sang pria berlutut meringis kesakitan. "Aho ka omae wa?!!(Bodoh), kau ingin mati ya" temannya berbisik dengan nada mendesis. Kedua laki-laki tersebut segera merendahkan badan mereka memohon ampun kepada Kenichi yang hanya dibalas dengan tatapan datar sekilas lalu melewati mereka tanpa berkata apapun. Keduanya menghela napas lega. &&& Kenichi menghela napas panjang ketika meja kecil yang ber
Seika melangkah keluar rumah. Ia memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, disampirkan jas putih di lengan kanannya sedangkan tangan kirinya menjinjing tas kerja dan tidak lupa dengan sarung tangan khasnya. Di halaman rumah, para anak buah Kenichi sudah berdiri berjajar rapi menunggunya untuk berangkat kerja. " ITTERASHAI ANEE-SAN(Hati-hati dijalan) !!" mereka serentak membungkukkan badan memberi hormat kepada Seika. Seika menghela napas sambil memegang dadanya mencoba menenangkan jantungnya yang tidak terbiasa dengan suara teriakan. Dua orang pengawal yang telah ia pilih berjalan mengikutinya. Pengawal pertama adalah seorang laki-laki berumur 30-an, berkulit putih dengan rambut jingkrak berwarna hitam. Ia bernama Kenzo. Seika memilihnya karena laki-laki itu yang paling normal dimatanya di bandingkan anak buah Kenichi lainnya. Sedangkan pengawal kedua, Seika memilih Botan, karena ia terlihat tidak begitu mengerikan dimatanya. Gadis itu masuk
Suasana di dalam ruang serba guna terasa hidup karena kehadiran Michio yang merupakan idola para anak buah Kenichi. Michio menanggapi semua perkataan atau candaan dari para seniornya sembari tersenyum lebar.Seika ikut tersenyum hangat melihat keakraban mereka. Ia menatap makanan yang tersaji diatas meja dengan antusias, malam ini mereka sepertinya akan berpesta, mungkin menyambut kepulangan Michio.Menu makan malam kali ini adalah Sukiyaki yang biasanya di sebut dengan shabu shabu, makanan yang sangat pas untuk dinikmati oleh banyak orang."Ittadakimasu (Selamat makan) " Ucap Kenichi yang diikuti oleh para anak buahnya.Mereka sangat antusias mencicipi kuah Sukiyaki, namun beberapa detik kemudian semua orang mematung karena rasa hambar di indera pengecap mereka, tidak terkecuali Seika."Michio mengapa skill memasakmu tidak ada perkembangan sedikit pun?" Kenichi menatap Michio speech
Kenichi berjalan masuk ke gedung Sands Macau, kasino terbesar yang ada di Macau, China. Ia didampingi oleh Akira yang berada di samping kanannya dan Tendo yang memiliki beberapa tindik di telinga, berambut jingkrak berwarna kuning keemasan disamping kirinya. Mereka mengelilingi meja-meja poker sambil sesekali Tendo menjelaskan kepada Kenichi mengenai bisnis mereka. Baik laki-laki maupun perempuan duduk di meja poker dengan chip chip dihadapan mereka. Akira menjawab telepon lalu berbisik kepada Kenichi. "Biarkan saja, aku akan memberinya kebebasan untuk terakhir kalinya, cukup awasi saja dia" instruksi Kenichi. Akira mengangguk kepalanya tanda mengerti lalu mulai menekan beberapa nomor dan menjauh dari Kenichi dan Tendo untuk mengintruksikan perintah pimpinannya. &&& Seika membuka mata dan tersenyum senang menatap langit-langit apartemen barunya, ini adala
Kenichi mengangkat tinggi gelas wine ke arah para anak buahnya, mereka sedang berada di salah satu club malam yang terkenal di Macau untuk merayakan keberhasilan bawahannya dalam mengelola usaha yang berada di Macau. Suara dentaman musik membuat suasana sangat pas untuk melepas stres entah karena kerja atau pun karena masalah hidup. "Untuk kesuksesan kita bersama" ucqp Kenichi dengan suara lantang. Para anak buah Kenichi mengikuti perkataan pimpinan mereka sambil mengangkat tinggi gelas wine. "Kampai" teriak mereka bersama lalu mulai meneguk minuman beralkohol. Dua orang wanita berbaju seksi menghampiri Kenichi dengan langkah sensual. Mereka duduk disisi kiri dan kanannya dan membelai bahunya dengan tatapan penuh hasrat. "Aku ingin sendiri malam ini, sebaiknya kalian goda Akira saja" ucap Kenichi sembari melepaskan tangan sang wanita dari bahunya. Kedua wanita itu mencoba bersikap manja agar Kenichi merubah keputusannya, namun tatapan datar Kenichi membuat mereka langsung berdiri
Suara ketukan pintu tidak membuat gadis itu menoleh, ia masih menatap tatami dengan pandangan kosong."Anee-san, bolehkah aku masuk?" suara Michio terdengar dari balik pintu.Seika hanya diam membisu.Beberapa saat kemudian, Michio menggeser pintu kamar dan melangkah masuk sambil membawakan meja kecil yang berisi makan malam untuk Seika."Anee-san, sudah waktunya makan malam, aku membawakan makanan yang enak, di makan ya?" Michio membujuk Seika dengan suara lembut.Seika tidak merespon, tatapannya masih berada di atas tatami menatap karpet hijau itu dengan pandangan hampa.Michio mencoba memegang pundak Seika dengan gerakan lembut namun membuat gadis itu terperanjat dan menepis kasar tangan pemuda itu."Jangan menyentuhku, aku mohon jangan menyentuhku. Aku mohon" Seika terisak, tubuhnya mundur ke ujung ruangan lalu meringkuk sambil memeluk lututnya.
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U