Kenichi mengangkat tinggi gelas wine ke arah para anak buahnya, mereka sedang berada di salah satu club malam yang terkenal di Macau untuk merayakan keberhasilan bawahannya dalam mengelola usaha yang berada di Macau. Suara dentaman musik membuat suasana sangat pas untuk melepas stres entah karena kerja atau pun karena masalah hidup.
"Untuk kesuksesan kita bersama" ucqp Kenichi dengan suara lantang.Para anak buah Kenichi mengikuti perkataan pimpinan mereka sambil mengangkat tinggi gelas wine."Kampai" teriak mereka bersama lalu mulai meneguk minuman beralkohol.Dua orang wanita berbaju seksi menghampiri Kenichi dengan langkah sensual. Mereka duduk disisi kiri dan kanannya dan membelai bahunya dengan tatapan penuh hasrat."Aku ingin sendiri malam ini, sebaiknya kalian goda Akira saja" ucap Kenichi sembari melepaskan tangan sang wanita dari bahunya.Kedua wanita itu mencoba bersikap manja agar Kenichi merubah keputusannya, namun tatapan datar Kenichi membuat mereka langsung berdiri dan menghampiri Akira seraya menawarkan minuman."Maaf, aku gay jadi aku tidak tertarik dengan kalian" tolak Akira dengan muka datar.Kenichi tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Akira. Sedangkan kedua wanita seksi tersebut melenggang pergi sambil menggerutu tidak jelas. malam ini adalah malam paling sial bagi mereka."Mengapa kau tidak mencoba bersenang-senang Akira?" tanya Kenichi yang masih terkekeh."Aku tidak ingin menurunkan fokusku karena alkohol karena itu akan meresikokan keselamatan anda kumicho" jelas Akira."Tsk. Kau selalu kaku seperti biasanya" ujar Kenichi lalu menuangkan Baiju, minuman keras yang berasal dari China ke gelas Akira."Minumlah, kau harus melepaskan kekakuanmu malam ini, dan itu perintah" ujar Kenichi sambil menawarkan gelas wine kepada Akira.Akira mengambil gelas dari tangan Kenichi lalu membungkukkan badannya berterima kasih lalu meneguk Baiju dengan sekali tegukan."Bagaimana dengan kabar Seika?" tanya Kenichi menatap menerawang memikirkan gadis kesayangannya."Anee-san baik baik saja, sekarang ia sudah bekerja disebuah klinik di Hokkaido" jawab Akira.Kenichi menatap gemerlapnya lampu disko dengan tatapan melankolis, ia sangat merindukan Seika, malaikat penolongnya. Namun karena pekerjaan membuatnya menahan keinginan untuk terbang pulang ke Tokyo dan ia juga ingin memberikan kebebasan terakhir kepada Seika untuk menikmati hidup tanpa dirinya, karena setelah itu Kenichi akan mengambil gadis miliknya untuk berada disisinya sepanjang hidupnya. Kenichi tersenyum ketika teringat perkataan 'okaeri nasai' Seika sambil tersenyum kepadanya.&&&Seika berjalan di jalan setapak sambil tersenyum senang tidak memperdulikan tatapan aneh dari orang-orang yang melewatinya, hari ini ia sangat yakin bahwa hidupnya benar benar terlepas dari genggaman Kenichi, buktinya laki-laki itu tidak menyuruh anak buahnya untuk menangkapnya, sebelumnya Seika masih ragu dengan kebebasan yang ia dapatkan, karena rencananya untuk kabur berhasil tanpa ada kendala sedikitpun membuatnya curiga apakah ada konspirasi di dalamnya namun sekarang ia sangat yakin bahwa itu hanya perasaan paranoidnya saja."Pencuri!! Pencuri!!" teriak seorang wanita yang memakai setelan kerja.Seika menoleh dan melihat seorang laki-laki yang memakai jaket hoodie, memakai topi hitam yang berlari ke arahnya. Seika mengayunkan tas kerja miliknya dengan kuat ke arah laki-laki yang sedang lengah karena menatap ke belakang, sang pencuri itu pun terjatuh.Seika langsung memelintir lengan si pencuri dengan kuat membuat pria tersebut berteriak kesakitan. Tidak lama kemudian polisi yang berjaga di pos yang tidak jauh dari tempat kejadian berlari menghampiri Seika.Polisi kemudian mengambil alih cekalan tangan pada sang pencuri lalu memaksanya untuk berdiri, sang pencuri memberontak dan mendorong tubuhnya untuk mendekati Seika lalu memandang tepat di mata Seika dengan penuh kebencian.Bola mata Seika membesar karena terkejut lalu jatuh terduduk. Tangannya bergetar. Sekelebat masa lalu sang pencuri yang memperkosa seorang gadis SMA memenuhi kepala Seika menyebabkannya susah untuk bernapas. Orang-orang berdatangan dan menanyakan apakah Seika baik-baik saja. Seika tidak menjawab, ia mencoba menenangkan dirinya. Setelah tenang dan mendapatkan kembali tenaga di kakinya, Seika langsung melangkah cepat menuju klinik tempat ia bekerja.&&&Seika menghela napas beberapa kali untuk bermeditasi, matanya terpejam mendengarkan suara kata amitaba. Perlahan ingatan Seika tentang masa lalu mengerikan milik sang pencuri tadi siang menjadi sirna. Inilah caranya untuk menghilang memori buruk yang bukan miliknya, ia bermeditasi sederhana, walaupun tidak selalu berhasil namun cukup membantunya untuk tenang.Perlahan-lahan pikiran Seika menjadi kosong menuju ke alam mimpi.&&&Seika membuka mata perlahan lalu tersenyum ke arah langit-langit apartemen yang di sinari oleh matahari pagi, ia duduk dan menggerakkan badannya ke kiri kanan untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku."Another wonderful day" gumam Seika kepada dirinya sambil tersenyum senang."But it's over now" suara bass rendah dari ujung kamar membuat Seika menoleh dengan cepat dan terkejut melihat Kenichi berdiri bersandar di dinding dengan lengan yang dilipat ke dada seraya menatap Seika dengan tatapan datar.Tubuh Seika bergetar, ia tidak akan pernah menyangka bahwa Kenichi akan menemukannya dengan sangat mudah."Apa yang kau tunggu? Cepat ganti baju, aku akan menunggumu di mobil" ujar Kenichi lalu beranjak keluar apartemen.Pikiran Seika menjadi blank, ia terlalu terkejut akan kemunculan Kenichi yang sangat tiba-tiba, Seika menatap lantai apartemen dengan tatapan kosong."Jangan berpikir untuk kabur, anak buahku sudah berjaga di sekeliling daerah ini" ujar Kenichi di ambang pintu lalu menutup pintu apartemen dengan pelan.Seika melepaskan napas yang ia tahan setelah Kenichi menghilang di balik pintu, tangannya bergetar. Berakhir sudah hidupnya, Kenichi pasti tidak akan mengabaikan aksi kaburnya begitu saja.Seika berjalan dengan cepat, bahkan gadis itu tidak berpikir untuk mandi, yang terpenting sekarang adalah menuruti perintah Kenichi, ia terlalu takut untuk sekedar membantah satu kata pun yang keluar dari mulut laki-laki itu.Sepanjang perjalanan dari Hokaido menuju Kobe, Kenichi hanya diam membuat Seika bertambah takut, memarahinya lebih bagus dari pada diam seperti ini, Seika mengepalkan tangan mencoba menahan takut. Berbagai kemungkinan terburuk menyelinap masuk ke dalam pikirannya membuat napas Seika semakin berat.Beberapa lama kemudian mobil memasuki pekarangan rumah, para anak buah Kenichi sudah menunggu kedatangan mereka, Akira membukakan pintu mobil. Kenichi keluar dan berjalan begitu saja tanpa memperdulikan Seika yang masih duduk mematung.Seika juga keluar dengan gerakan pelan, ia menundukkan pandangannya sepanjang jalan, gerakan Kenichi yang ingin meraih lengannya membuat Seika tersentak dan reflek menampar tangan Kenichi."Jangan menyentuhku" ujar Seika setengah berteriak karena kaget.Kenichi berdecak kesal lalu mencengkeram lengan Seika, menariknya paksa untuk masuk ke kamarnya.Kenichi menarik Seika ke dalam pelukannya."Apa yang kau lakukan, lepaskan aku" ujar Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.Penolakan Seika membuat Kenichi semakin kesal."Mengapa kau begitu membenciku sampai tidak mau aku sentuh?" tanya Kenichi kesal.Tangannya melepaskan sarung tangan Seika dengan kasar, ia tersentak lalu menatap Kenichi tepat di matanya."Kenapa? Kau tidak berpikir aku tidak akan berbuat ini kepadamu kan?" tanya Kenichi menyeringai, tidak memperdulikan lagi tatapan ketakutan yang Seika perlihatkan, yang ada dipikirannya adalah menyentuh sang gadis pujaan hatinya tanpa halangan apapun.Mata Seika membesar ketika sebuah kejadian menyelinap masuk ke pikirannya tanpa bisa ia cegah.&&&Kenichi mendobrak sebuah pintu apartemen lalu berjalan masuk dengan menggenggam sepucuk pistol.Door!Door!Door!Kenichi langsung menembaki dengan cepat tiga orang yang berada di dalam ruangan dengan tenang namun cepat, seorang pria bertubuh gemuk terkejut dan mencoba untuk mengambil sepucuk pistol di dalam laci namun kalah cepat dengan Kenichi. Ia meletakkan pistol tepat di kepala laki laki itu, sang korban langsung mengangkat tangannya.Akira dan dua anak buah Kenichi lainnya langsung mengobrak abrik ruangan apartemen, mencari sebuah koper yang seharusnya menjadi milik mereka. Milik kelompok Yamaguchi-gumi."Dimana kopernya?" tanya Kenichi menatap tajam ke arah pria bertubuh buntal."Aku tidak mempunyainya" jawab laki-laki itu dengan wajah pucat."Itu bukan jawaban yang kuharapkan, aku tanya sekali lagi dimana kopernya?" tanya Kenichi menekan pistol ke kepala laki-laki itu."Aku sungguh ti.. tidak tau dimana koper itu sekarang, seseorang mencurinya dariku Kenichi-san" jelas laki laki itu takut."Kau tau dia dari kelompok mana?" tanya Kenichi"Ak.. Aku tidak tau, sepertinya ia orang baru" keringat dingin yang mulai terlihat di kening laki-laki tersebutDoor!Kenichi menembakkan kepala laki laki itu, ia menendang meja yang ada di depannya dengan kesal."Aku tidak menemukan koper itu dimana pun kumicho" lapor Akira yang sudah selesai memeriksa seluruh ruangan."Shit" gerutu Kenichi penuh amarah.&&&Seika mematung menatap mata Kenichi, memori tentang Kenichi membunuh orang lain masuk ke dalam pikirannya membuat Seika menjadi linglung sangking mengerikannya ingatan tersebut. Kenichi merobek baju dibagian bahu Seika dengan kesal, pikirannya sedang tidak menentu karena kehilangan property berharga dan sekarang ditambah sikap Seika yang seperti jijik akan dirinya membuat emosi yang sekuat tenaga Kenichi pendam menguar tanpa bisa ia cegah.Airmata Seika berjatuhan, ia menangis dalam diam bahkan matanya tidak berkedip. Ia masih sangat takut dengan memori masa lalu Kenichi, ditambah perlakuan Kenichi yang seakan ingin memperkosanya. Pikirannya mendadak blank.Airmata Seika membuat Kenichi tersentak sadar, ia sudah menyakiti gadis yang ia cintai. Kenichi berdecak kesal, ia melepaskan cengkeramnya dari tubuh Seika lalu berjalan keluar kamar.Seika menatap pintu kamar dengan perasaan kalut, ia jatuh terduduk, tubuhnya bergetar hebat bahkan ia tidak punya tenaga untuk menggerakkan badannya sendiri. perlahan isakan Seika pecah, ia terisak kuat sampai membuatnya hampir tidak bisa bernapas. Ia terbatuk-batuk sesaat dalam tangisan.Suara ketukan pintu tidak membuat gadis itu menoleh, ia masih menatap tatami dengan pandangan kosong."Anee-san, bolehkah aku masuk?" suara Michio terdengar dari balik pintu.Seika hanya diam membisu.Beberapa saat kemudian, Michio menggeser pintu kamar dan melangkah masuk sambil membawakan meja kecil yang berisi makan malam untuk Seika."Anee-san, sudah waktunya makan malam, aku membawakan makanan yang enak, di makan ya?" Michio membujuk Seika dengan suara lembut.Seika tidak merespon, tatapannya masih berada di atas tatami menatap karpet hijau itu dengan pandangan hampa.Michio mencoba memegang pundak Seika dengan gerakan lembut namun membuat gadis itu terperanjat dan menepis kasar tangan pemuda itu."Jangan menyentuhku, aku mohon jangan menyentuhku. Aku mohon" Seika terisak, tubuhnya mundur ke ujung ruangan lalu meringkuk sambil memeluk lututnya.
Seika menatap pintu shogi dengan tatapan nanar, ia berbaring diatas futon dengan posisi menyamping menghadap pintu teras. Ia masih memikirkan kata-kata Michio. Lelah dengan pikirannya, Seika menghela napas berkali-kali untuk mengenyahkan pikiran yang membuat kepalanya menjadi sakit.Pintu digeser dengan kasar membuat mata Seika terbelalak tanpa berani untuk menoleh ke belakang."Kumicho, Anda salah kamar" Akira mencegah Kenichi untuk masuk kamar."Aku tau" Kenichi mengibaskan tangannya, wajahnya memerah karena sedang mabuk. Ia cekukuan sambil mengerjap matanya yang tidak fokus."Kumicho, kumohon sadarlah" Bujuk Akira pelan, takut membangunkan Seika."Minggir, tinggalkan aku. Ini perintah Akira" Kenichi menepis tangan Akira.Akira menghela napas panjang lalu keluar dari kamar.Tubuh Seika bergetar ketika Akira keluar kamar meninggalkannya bersamqa Ken
Pagi hari setelah sarapan bersama, Seika dan Kenichi berjalan menuju ke sebuah rumah kecil atau lebih tepatnya gudang yang jauh di halaman belakang. Seika sengaja hanya memakan sedikit sarapan karena nanti pasti ia akan memuntahkannya kembali. Anak buah Kenichi yang berjaga di depan gudang langsung membungkukkan badan mereka memberi hormat dan bingung melihat Seika yang berada di belakang pemimpin mereka."Bagaimana? Apa dia masih belum membuka mulutnya?"Akira yang duduk di kursi segera berdiri dan membungkuk hormat."Masih belum kumicho, dia sangat keras kepala" lapor Akira. Ia terkejut melihat Seika yang berdiri di belakang Kenichi.Seika tersentak lalu menutup mulutnya melihat pemandangan mengerikan di depannya, ia mundur beberapa langkah ke belakang. Seika melihat seorang laki-laki diikat di sebuah tiang dalam keadaan pingsan, dengan darah yang mengenang di lantai, tangannya di penuhi oleh luka bakar
Seika keluar dari kamarnya, ia memakai kemeja pink dan celana kain berwarna silver, rambutnya di biarkan tergerai.Seika berjalan lurus lalu berbelok ke kanan menuju pintu depan, namun di ruang tengah ia bertemu dengan Kenichi yang sedang duduk sambil membaca koran pagi. Ia selalu memakai yukata jika berada di rumah."Kau mau kemana?" tanya Kenichi sembari meletakkan koran di atas meja."Aku mau cari pekerjaan, sudah lama aku menganggur" jawab Seika."Kalau masalah pekerjaan, kau bisa kembali bekerja di klinik lamamu" jelas Kenichi.Seika menatap curiga."Kau pikir semudah itu aku bisa kembali bekerja disana?" tanya Seika bingung."Aku sudah mengaturnya, jadi kau bisa kembali bekerja disana minggu depan" ujar Kenichi.Seika terkejut. Semudah itu ia langsung bisa bekerja kembali?."Kalau begitu, aku bekerja hari ini saja" u
"SE..." ucapan para anak buah Kenichi terputus ketika melihat pimpinan mereka berjalan sembari menggendong Seika ala bridal style yang tertidur karena kelelahan."Kalian sudah bekerja keras, segera istirahat" perintah Kenichi pelan.Para anak buah Kenichi membungkuk hormat secara serentak lalu tersenyum melihat raut wajah bos mereka yang senang. Anee-san adalah memang gadis yang tepat untuk kumicho, pikir mereka.Kenichi berjalan menuju kamarnya, Akira yang sudah berada di rumah segera membukakan pintu kamar dan menggelar futon. Kenichi meletakkan Seika dengan hati hati, takut membangunnya.Ia melepas sepatu dan kedua sarung tangan Seika kemudian menyelimutinya.Kenichi tersenyum lembut menatap Seika, ia membelai pipi gadis yang sangat ia cintai dengan lembut lalu mengambil tangan Seika dan mengecupnya dengan penuh cinta.Seika terisak pelan dalam tidurnya, airmata menetes
Akira berjalan masuk ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Namun matanya membesar ketika melihat Seika yang sedang mempersiapkan makan siang dengan telaten."Selamat siang" sapa Seika tersenyum. Ia sangat jarang berbicara dengan pria yang satu ini karena sikap diam dan misterius yang selalu ia perlihatkan.Bukannya menjawab sapaan Seika, Akira malah berbalik badan dan keluar dari cepat setengah berlari."Hei, kenapa?" tanya Seika yang melongokan kepalanya ke lorong rumah dan bingung ketika tidak mendapati Akira.Seika mengangkat bahu tidak peduli lalu kembali melanjutkan aktivitasnya."Michi-chan, apa menu makan siang kita hari ini?" tanya seorang laki-laki yang Seika kenal bernama Daiki.Daiki melototkan matanya ke arah Seika lalu menutup matanya dan berbalik badan."Aku tidak melihat apa apa" ujar Daiki beberapa kali.Seika kembali
"Hati-hati dijalan" Seika mengantar kepergian Kenichi sampai ke pagar depan rumah."Aku berangkat" Kenichi mencoba mengecup kening Seika namun gadis itu segera menghindarinya."Biarkan aku melakukannya, anggap saja sebagai nutrisiku selama tidak melihatmu untuk beberapa hari ke depan" Kenichi mencoba bersikap manja."Kau berlebihan, sudah pergi sana" Seika mendorong dada Kenichi, wajahnya mulai memanas namun raut wajah kesal membuatnya terlihat lebih manis.Mereka bahkan tidak menjalin hubungan asmara apapun, apa-apaan dengan sikap yang sudah seperti suami istri itu.Kenichi mendecak kesal, Seika hanya menghela napas namun beberapa detik kemudian matanya melotot ketika merasakan hangatnya bibir Kenichi di keningnya."Hehe" Kenichi tertawa bodoh.Seika mengerang kesal. "Kau pia mesum" ucap Seika setengah berteriak. Ia menatap para anak bua
Shigeo mendorong tubuh Seika ke dalam sebuah kamar tidur. Seika jatuh berbaring di atas tempat tidur. Shigeo menghampiri Seika dan mencengkeram wajahnya, menyuruhnya untuk menatap matanya. Namun Seika menundukkan pandangan ke arah lain. Kau harus berani Seika, jangan menangis. Percuma kau menangis karena tidak ada orang yang menolong sekarang ini, sugesti Seika merapalkan kata-kata tersebut beberapa kali dalam hati, ia mengeratkan giginya supaya tubuhnya tidak terlihat bergetar. Seika memalingkan wajahnya dengan kasar. Shigeo hanya tertawa terkekeh lalu berdiri dan duduk di kursi tidak jauh. "Kau berusaha untuk terlihat tidak takut tapi tidak dengan matamu Seika" ujar Shigeo menyeringai. Nyali Seika menciut mendengar perkataan Shigeo, namun Seika tetap mencoba bersikap kuat dan tenang. "Apa yang sebenarnya kau inginkan? Kalau kau berpikir bisa menjebak Kenichi karena
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U