Shigeo mendorong tubuh Seika ke dalam sebuah kamar tidur. Seika jatuh berbaring di atas tempat tidur.
Shigeo menghampiri Seika dan mencengkeram wajahnya, menyuruhnya untuk menatap matanya. Namun Seika menundukkan pandangan ke arah lain.
Kau harus berani Seika, jangan menangis. Percuma kau menangis karena tidak ada orang yang menolong sekarang ini, sugesti Seika merapalkan kata-kata tersebut beberapa kali dalam hati, ia mengeratkan giginya supaya tubuhnya tidak terlihat bergetar.
Seika memalingkan wajahnya dengan kasar. Shigeo hanya tertawa terkekeh lalu berdiri dan duduk di kursi tidak jauh.
"Kau berusaha untuk terlihat tidak takut tapi tidak dengan matamu Seika" ujar Shigeo menyeringai.
Nyali Seika menciut mendengar perkataan Shigeo, namun Seika tetap mencoba bersikap kuat dan tenang.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan? Kalau kau berpikir bisa menjebak Kenichi karena
"Selamat datang di kediamanku, ini pertama kalinya kau kemari" ujar Shigeo merentangkan tangannya menyambut kedatangan Kenichi sambil tersenyum senang. "Dimana Seika?" tanya Kenichi to the point. Kenichi datang bersama dengan Akira, Kaede dan beberapa anak buahnya yang sebagian berjaga diluar rumah. Shigeo tersenyum lebar. "Kau begitu menyukai Seika sampai terbang langsung kemari dari Seoul, apa menyenangkan disana?" tanya Shigeo bercanda. "Aku tanya dimana Seika?" tanya Kenichi kembali dengan menekan setiap kata-katanya. Shigeo masih tersenyum senang. "Dia ada didalam, masuklah. Aku akan menyunguhkan teh yang enak untukmu" jawab Shigeo sambil mempersilahkan Kenichi untuk masuk ke dalam rumahnya. Kenichi menatap tajam kepada Shigeo lalu berjalan masuk ke dalam rumah kelompok Sumiyoshi-kai, percuma ia bersikeras karena Shigeo akan s
"Kau sedang apa?" tanya Shigeo yang berdiri menyandar di dinding samping pintu. Seika terkejut dan menoleh ke arah sumber suara lalu mendecak kesal ketika menemukan Shigeo yang berdiri tenang tanpa bersalah. "Aku tau ini rumahmu, tapi bisakah kau tidak masuk seenaknya ke kamar orang lain?" gerutu Seika. Ia bernapas lega karena laki-laki itu masuk ketika ia sudah selesai memakai bajunya, entah apa yang terjadi jika Shigeo melihatnya yang hanya memakai bathrobe. "Aku minta maaf" ujar Shigeo Seika menoleh ke arah Shigeo dan menatap bingung. Laki-laki itu berubah dengan sangat cepat, baru dua hari yang lalu ia mencoba menciumnya paksa dan melecehkannya namun sekarang tatapan pria itu menjadi lembut ketika menatapnya. Sekelebat tentang Shigeo mabuk tadi malam masuk ke dalam pikirannya membuat Seika buru-buru memalingkan pandangannya, takut akan ada kejadian buruk yang mas
Seika menoleh ke arah pintu kamar ketika pintu dibuka dari luar, Shigeo tersenyum kepada Seika. "Dinner time" ujar Shigeo menyuruh Seika untuk bergabung ke ruang makan. "Aku makan dikamar saja ya, kepalaku se..." "Jangan mencari alasan, kita akan makan malam hanya berdua jadi kau tidak perlu khawatir" ujar Shigeo memotong ucapan Seika. Seika mencibir dalam diamnya. "Aku tunggu di ruang makan" ujar Shigeo lalu keluar dari kamar Seika. Seika mengikuti Shigeo sambil memayunkan bibirnya karena kesal. "Kita makan sushi?" tanya Seika menatap ke arah meja makan yang dipenuhi oleh sushi berbagai jenis. "Kenapa kau tidak suka?" tanya Shigeo Seika menggelengkan kepalanya. Tentu saja ia suka, siapa yang tidak suka dengan sushi, dengan senang Seika mengambil tempat duduknya kemudian memenjamkan matanya seraya mengucapkan 'itt
Seika berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan wajah cemas, jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, namun tidak-ada tanda tanda kemunculan Michio di rumah Shigeo. Ia sudah memakai kemeja dan celana kain yang ia pakai saat Shigeo menculiknya. "Apa aku salah tempat?" tanya Seika kepada dirinya sendiri. Karena sangat panik, Seika jadi tidak bertanya apapun kepada Michio mengenai pelarian dirinya, ia merutuki dirinya karena begitu bodoh tidak menanyakan hal sepenting itu. Seika melirik ke arah pintu kamarnya dengan waspada, semenjak siang tadi ia tidak bertemu dengan Shigeo, sepertinya ia sedang tidak berada di rumah karena Takeshi yang notabene anak buah kepercayaannya juga tidak menemuinya. Hal itu membuat Seika menjadi sedikit lega karena tidak harus berhadapan dengan Shigeo jika melarikan diri nantinya. Sebenarnya Seika tidak enak hati melarikan diri karena selama berada di rumah
Seika membuka mata perlahan-lahan menyesuaikan matanya dengan cahaya terang. "Kau tidak apa-apa Seika?" tanya Kenichi khawatir. Seika menoleh dan menatap Kenichi sangat lama, perasaan lega membanjiri hatinya. Laki-laki yang telah ia tolong dua tahun yang lalu rupanya adalah Kenichi, laki-laki yang sekarang ia cintai, bagaimana bisa ia melupakan peristiwa penting tersebut. Airmata Seika mengalir ke telinga. Matanya tidak berkedip dan terus menatap Kenichi. "Seika? Mengapa kau menangis? tidak apa-apa. Semuanya sudah berakhir" ujar Kenichi sambil memegang tangan Seika. Airmata Seika mengalir tanpa bisa ia cegah. Ia begitu lega sampai ia sendiri tidak bisa menjabarkan perasaannya saat ini. Michio dan Akira yang juga berada di dalam ruang kamar juga menatap cemas. Seika pingsan karena terlalu takut melihat Michio yang terjatuh di tanah, setidaknya itu yang mereka simpulkan saat ini.
Kenichi mengumpat pelan, ia kesal kepada Seika dan dirinya sendiri. Mengapa gadis itu selalu memprioritaskan orang lain dibandingkan dirinya. Pintu digeser dari luar membuat Kenichi membuang pandangan ke arah taman samping rumahnya. "Ken" panggil Seika. Kenichi hanya diam. Seika menghela napas panjang." Aku minta maaf karena sudah menyetujui permintaan Nishiguchi-san. Tapi aku melakukannya untukmu Ken". Kenichi menoleh dan menatap jengkel kepada gadis di hadapannya. "Kau mengatakan kalau kau melakukannya untukku tapi aku tidak butuh itu" Ucap Kenichi setengah bergerutu. "Kau membutuhkannya, dia satu-satunya temanmu bukan?" tanya Seika. Kenichi menjadi semakin kesal, "Jangan membaca masa laluku tanpa seizinku Seika". Seika menghampiri dan duduk di samping Kenichi. "Aku tidak membaca masa lalu-mu, Nishiguchi-s
Seika keluar dari mobil mercedez benz milik Kenichi, ia diantar oleh salah satu anak buah kekasihnya. Hari ini ia akan bertemu dengan Shigeo di taman Higashi Yuenchi di daerah Sannomiya. Kenichi tidak membolehkan Shigeo untuk menjemputnya, ia bahkan tidak mau mengantarnya dan memilih untuk keluar rumah terlebih dahulu, walaupun Seika tau hari ini Kenichi akan bertemu dengan partner kerjanya. Shigeo duduk di kursi panjang yang terdapat di dalam taman, ia memakai shirt santai berwarna putih dibalut dengan blazer hitam dengan bawahan celana jeans berwarna senada, sedangkan Seika tetap dengan penampilan anehnya, memakai kemeja lengan pendek berwarna hijau muda dipadu jeans putih dan tidak lupa dengan sarung tangan mickey mouse-nya. Shigeo tersenyum ketika melihat Seika yang berjalan menghampirinya. "Kita akan kemana?" tanya Seika. Shigeo melihat ke sekitarnya. "Bagaimana
"Tentu saja kau akan tidur disini malam ini" ujar Kenichi. "Aku tidak mau" bantah Seika lalu berjalan keluar kamar Kenichi. Kenichi segera menangkap tangan Seika dan menariknya untuk mendekat ke arahnya. Kenichi menatap mata Seika namun gadis di hadapannya memalingkan wajahnya menghindari tatapannya, jarak wajah mereka begitu dekat hingga Seika bisa merasakan napas hangat Kenichi di wajahnya. Jantungnya berdetak tidak karuan, ia bahkan bisa memastikan bahwa pipinya sekarang sedang memerah. "Aku tidak ingin mendengar kata tidak malam ini" ujar Kenichi berbisik sambil terus memperpendek jarak diantara mereka. "Ak.. aku sudah bilang tidak mau" ujar Seika gugup, ia masih memalingkan wajahnya membuat Kenichi menyenderkan kepalanya di leher Seika. "Hei, kau terlalu dekat" ujar Seika tidak nyaman mendorong badan Kenichi untuk menjauh darinya. Wajahnya semakin merona karena napas lelaki itu m
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U