Kenichi berjalan masuk ke gedung Sands Macau, kasino terbesar yang ada di Macau, China. Ia didampingi oleh Akira yang berada di samping kanannya dan Tendo yang memiliki beberapa tindik di telinga, berambut jingkrak berwarna kuning keemasan disamping kirinya.
Mereka mengelilingi meja-meja poker sambil sesekali Tendo menjelaskan kepada Kenichi mengenai bisnis mereka. Baik laki-laki maupun perempuan duduk di meja poker dengan chip chip dihadapan mereka.
Akira menjawab telepon lalu berbisik kepada Kenichi.
"Biarkan saja, aku akan memberinya kebebasan untuk terakhir kalinya, cukup awasi saja dia" instruksi Kenichi.
Akira mengangguk kepalanya tanda mengerti lalu mulai menekan beberapa nomor dan menjauh dari Kenichi dan Tendo untuk mengintruksikan perintah pimpinannya.
&&&
Seika membuka mata dan tersenyum senang menatap langit-langit apartemen barunya, ini adalah kehidupan baru untuk Seika. Ia memilih untuk menetap di Hokkaido setelah melarikan diri dari Kenichi karena jarak yang cukup jauh dari kota Kobe.
Seika bangun dan berjalan ke arah jendela, menyibak gorden lusuh dan membuka jendela sembari menghirup dalam-dalam udara pagi yang segar, senyumnya semakin merekah, bersinar seperti mentari pagi yang sangat cerah.
"Cuaca yang cerah" gumamnya lalu kembali menghirup udara dalam-dalam dan menghela dengan perlahan sambil tersenyum.
"Baiklah, hari pertama. Ayo kita mencari pekerjaan" Seika mengangkat kepalan tangannya penuh semangat. Ia melepaskan pajamanya lalu melenggang ke kamar mandi sambil bernyanyi dengan suara kecil.
Disaat yang bersamaan di tempat lainnya, Kenichi membuka mata ketika Akira memasuki kamar. Di samping kiri dan kanan terbaring dua orang perempuan yang masih tertidur pulas, ia bangun dan duduk bersandar di dashboard tempat tidur.
"Sarapan sudah siap kumicho" Ucap Akira tanpa terganggu dengan kehadiran kedua perempuan yang setengah telanjang.
"Hm. Kau boleh pergi" Kenichi mengurut keningnya yang pusing akibat sisa-sisa mabuk semalam.
Kenichi berdiri dan melangkah ke kamar mandi, beberapa saat kemudian ia keluar kamar memakai handuk kimono berwarna biru dongker pekat dan melangkah menuju ruang depan yang luas dengan dekorasi mewah dan elegan untuk memulai sarapan paginya.
"Apa kegiatanku hari ini?" Kenichi meneguk air putih perlahan.
"Anda ada janji temu dengan tuan Wang Xuemin, setelah itu mengunjungi MCG Grand Macau dan malamnya mengadakan rapat dengan para pengelola kasino" Lapor Akira lalu menundukkan kepalanya kembali.
"Kau tidak harus bersikap seformal itu ketika kita berdua" Kenichi menatap Akira sesaat dan tersenyum.
"Bagaimana pun saya adalah anak buah anda kumicho" Akira tersenyum menanggapi ucapan Kenichi.
"Kau sudah aku anggap bagian dari keluargaku, kau dan Michio adalah orang yang sangat aku percayai" bantah Kenichi tidak menyetujui pendapat Akira.
"Jangan lupakan tentang anee-san juga" Canda Akira. bibirnya tersenyum samar.
Kenichi mengangkat gelas panjang ke arah Akira menyetujui perkataan bawahannya lalu tersenyum lembut mengingat gadis kesayangannya.
&&&
"Jadi mulai besok kau sudah bisa bekerja disini" Seorang pria paruh baya menjabat tangan Seika sembari tersenyum lebar.
"Arigato gozaimasu Tanaka sensei (terima kasih dokter Tanaka) " Seika membungkukkan badannya berterima kasih. Ia mendapatkan pekerjaan dengan cepat karena kakek di hadapannya.
Dokter Tanaka hanya mengangguk dengan senang.
"Nilai akedemik dan prestasimu sangat mengangumkan, mengapa kau melamar kerja di klinik kecil seperti ini?" tanya dokter Tanaka penasaran.
Seika hanya tersenyum merespon pertanyaan dari dokter Tanaka.
&&&
Kenichi masuk ke dalam restoran tradisional China yang terkesan sederhana namun elegan dengan lampion berwarna merah yang bergantung di sisi kiri dan kanan restoran.
"Hen gaoxing renshi ni Wang Xuemin (Senang bertemu dengan anda) " Kenichi tersenyum lebar sembari menjabat tangan Wang Xuemin, seorang pria paruh baya yang memakai setelan jas warna coklat kemerahan dan memegang tongkat kayu untuk membantunya berjalan.
"Ye hen gaoxing renshi ni Kenichi (Senang juga bertemu dengan anda) " Wang Xuemin mempersilahkan Kenichi untuk duduk.
"Aku sangat senang bertemu denganmu hari ini Kenichi" Wang Xuemin memulai pembicaraan.
Kenichi tersenyum merespon.
"Aku akan mempanjang kerjasama kita karena kau sangat handal dan cepat tanggap dalam bisnis ini" Sambung Wang Xuemin sembari mengangguk puas ketika mengingat kenerja laki-laki di depannya.
"Suatu kehormatan bagi saya bisa kembali menjalin kerjasama dengan anda tuan Wang" ucap Kenichi sedikit membungkukkan badannya.
Wang Xuemin tertawa senang.
&&&
"Konichiwa obaa-san (Selamat siang nenek) " sapa Seika membungkukkan badannya memberi salam ketika berpapasan dengan seorang nenek yang sedang berjalan sambil menggenggam tangan seorang anak laki-laki.
"Konichiwa ona-chan" Sang nenek tersenyum lembut.
Seika melambai tangan sembari tersenyum senang ke arah anak laki-laki yang berumur 6 tahun namun sang anak malah berlindung di balik kaki neneknya sesekali mengintip dari balik rok, menatap Seika dengan malu-malu. Gadis itu hanya tersenyum melihat tingkah sang anak lalu membungkuk kembali untuk berpamitan kepada sang nenek. Ia berjalan dengan tas kerja yang diayun-ayunkannya dengan riang.
&&&
Hari menjelang malam, Seika meletakkan semangkuk ramen yang ia buat di atas meja kecil lalu duduk dengan cepat dan mengkatubkan kedua tangan sembari memenjamkan mata.
"Ittadakimasu (selamat makan) "Seika menikmati makan malam dengan lahap.
&&&
Kenichi duduk di kursi yang dipahat dengan gaya klasik, di depannya terdapat meja berbentuk persegi panjang, ia menatap satu persatu bawahannya yang sedang berdiri tegap di hadapannya. Mereka adalah pengelola kasino dan tempat prostitusi miliknya yang berada di Macau.
"Bagaimana perkembangan usaha kita?" tanya Kenichi memulai rapat.
"Usaha kita yang berada di Sands Macau berjalan dengan lancar, bahkan keuntungan bulan ini meningkat 20% dari bulan lalu kumicho" Seorang laki-laki yang memakai kacamata hitam bulat kecil khas china menyerahkan berkas daftar penjualan selama sebulan berjalan.
"Usaha kita di MGM Grand Macau juga tidak ada masalah kumicho, hanya beberapa pelanggan yang mengacau namun berhasil kami atasi" Seorang laki-laki yang berbaju kemeja lengan pendek bergambar pemandangan pantai juga melaporkan situasi tempat yang ia kelola.
"Bagaimana dengan penjualannya?" Alis kenichi terangkat naik.
"Penjualannya berjalan stabil namun belum ada kenaikan keuntungan selama satu bulan ini" Pria bertubuh tambun itu menyerahkan sebuah buku penjualan selama sebulan berjalan.
Kenichi membolak-balik lembaran kertas beberapa saat dan mata menyipit menatap tajam.
"Persentase penjualan meningkat sebesar 10% dan kau mengatakan tidak ada kenaikan keuntungan?" tanya Kenichi dengan suara rendah menyelidik.
"Itu karena ada beberapa pelanggan yang tidak bisa membayar hutang mereka kumicho" Sang pria menundukkan kepalanya, ia menelan ludah dengan gugup mendengar suara berbahaya milik atasannya.
"Bawa mereka ke hadapanku" Perintah Kenichi sembari menatap tajam.
Laki-laki itu memberikan aba-aba kepada anak buahnya, beberapa saat kemudian anak buah sang lelaki menyeret lima orang pria yang hanya memakai boxer. Kelima pria itu diikat dengan tangan ke belakang dan mulut yang di sumpal dengan kain putih, wajah mereka babak belur dengan luka lebam di daerah mata dan tulang pipi.
Kenichi menatap satu persatu kelima pria yang berlutut dan menghela napas bosan
"Periksa kesehatan mereka lalu ambil organ tubuh apapun yang berguna sebagai bayaran hutang mereka" Kenichi mengintruksi dengan tenang namun tidak dengan perkataannya. Kata yang terucap dari mulutnya bagaikan pisau tajam yang menghujam ke ulu hati kelima pria tersebut.
Kelima laki-laki itu di seret keluar tidak memperdulikan kata memohon maaf yang keluar dari bibir mereka dengan suara yang tidak jelas, seketika ruangan kembali senyap.
"Kalian boleh bubar"
Para anak buahnya membungkuk kepada Kenichi sebelum keluar dari ruangan rapat.&&&
Seika membuka mata perlahan lalu tersenyum sembari menatap langit-langit apartemen kecilnya. Kegiatan yang ia sukai akhir-akhir ini.
"Hari ini juga hari yang cerah" Seika tersenyum riang. Ia tidak menyangka bahwa hidup yang ia sangka membosankan sebelum dipaksa tinggal di rumah yakuza begitu menyenangkan dan berarti dalam hidupnya. Sungguh hidup tenang yang sangat ia dambakan.
Seika menghela napas senang lalu beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk memulai aktivitas kesehariannya.
&&&
Sieka memegang lutut yang berdarah seorang anak laki-laki yang berumur 7 tahun tanpa sarung tangan, ia mengambil alkohol dan menuangkan sedikit ke dalam kapas putih lalu mulai membersihkan luka goresan akibat jatuh tersebut dengan penuh kelembutan, sang anak kecil itu meringis menahan sakit.
"Daijoubu (tidak apa-apa), sakitnya akan segera hilang" Seika tersenyum menenangkan dan membelai kepala sang anak. Anak kecil itu mengangguk dengan ekspresi menahan sakit.
Setelah membersihkan luka, Seika pun memperban luka sang anak.
"Selesai dan ini untukmu" Seika menyerahkan sebuah permen lolipop warna warni kepada anak pemberani tersebut.
"Terima kasih onee-chan" Anak laki-laki itu tersenyum, senang akan pemberian Seika.
"Panggil Aiko sensei Daichi" sang mama yang berdiri disamping Seika memperingatkan anaknya.
"Tidak apa apa, Dai-chan bisa memanggilku onee-chan, bukan begitu Dai-chan?" Seika mengangkat tangannya untuk tos dengan Daichi dan tertawa bersama.
Kenichi mengangkat tinggi gelas wine ke arah para anak buahnya, mereka sedang berada di salah satu club malam yang terkenal di Macau untuk merayakan keberhasilan bawahannya dalam mengelola usaha yang berada di Macau. Suara dentaman musik membuat suasana sangat pas untuk melepas stres entah karena kerja atau pun karena masalah hidup. "Untuk kesuksesan kita bersama" ucqp Kenichi dengan suara lantang. Para anak buah Kenichi mengikuti perkataan pimpinan mereka sambil mengangkat tinggi gelas wine. "Kampai" teriak mereka bersama lalu mulai meneguk minuman beralkohol. Dua orang wanita berbaju seksi menghampiri Kenichi dengan langkah sensual. Mereka duduk disisi kiri dan kanannya dan membelai bahunya dengan tatapan penuh hasrat. "Aku ingin sendiri malam ini, sebaiknya kalian goda Akira saja" ucap Kenichi sembari melepaskan tangan sang wanita dari bahunya. Kedua wanita itu mencoba bersikap manja agar Kenichi merubah keputusannya, namun tatapan datar Kenichi membuat mereka langsung berdiri
Suara ketukan pintu tidak membuat gadis itu menoleh, ia masih menatap tatami dengan pandangan kosong."Anee-san, bolehkah aku masuk?" suara Michio terdengar dari balik pintu.Seika hanya diam membisu.Beberapa saat kemudian, Michio menggeser pintu kamar dan melangkah masuk sambil membawakan meja kecil yang berisi makan malam untuk Seika."Anee-san, sudah waktunya makan malam, aku membawakan makanan yang enak, di makan ya?" Michio membujuk Seika dengan suara lembut.Seika tidak merespon, tatapannya masih berada di atas tatami menatap karpet hijau itu dengan pandangan hampa.Michio mencoba memegang pundak Seika dengan gerakan lembut namun membuat gadis itu terperanjat dan menepis kasar tangan pemuda itu."Jangan menyentuhku, aku mohon jangan menyentuhku. Aku mohon" Seika terisak, tubuhnya mundur ke ujung ruangan lalu meringkuk sambil memeluk lututnya.
Seika menatap pintu shogi dengan tatapan nanar, ia berbaring diatas futon dengan posisi menyamping menghadap pintu teras. Ia masih memikirkan kata-kata Michio. Lelah dengan pikirannya, Seika menghela napas berkali-kali untuk mengenyahkan pikiran yang membuat kepalanya menjadi sakit.Pintu digeser dengan kasar membuat mata Seika terbelalak tanpa berani untuk menoleh ke belakang."Kumicho, Anda salah kamar" Akira mencegah Kenichi untuk masuk kamar."Aku tau" Kenichi mengibaskan tangannya, wajahnya memerah karena sedang mabuk. Ia cekukuan sambil mengerjap matanya yang tidak fokus."Kumicho, kumohon sadarlah" Bujuk Akira pelan, takut membangunkan Seika."Minggir, tinggalkan aku. Ini perintah Akira" Kenichi menepis tangan Akira.Akira menghela napas panjang lalu keluar dari kamar.Tubuh Seika bergetar ketika Akira keluar kamar meninggalkannya bersamqa Ken
Pagi hari setelah sarapan bersama, Seika dan Kenichi berjalan menuju ke sebuah rumah kecil atau lebih tepatnya gudang yang jauh di halaman belakang. Seika sengaja hanya memakan sedikit sarapan karena nanti pasti ia akan memuntahkannya kembali. Anak buah Kenichi yang berjaga di depan gudang langsung membungkukkan badan mereka memberi hormat dan bingung melihat Seika yang berada di belakang pemimpin mereka."Bagaimana? Apa dia masih belum membuka mulutnya?"Akira yang duduk di kursi segera berdiri dan membungkuk hormat."Masih belum kumicho, dia sangat keras kepala" lapor Akira. Ia terkejut melihat Seika yang berdiri di belakang Kenichi.Seika tersentak lalu menutup mulutnya melihat pemandangan mengerikan di depannya, ia mundur beberapa langkah ke belakang. Seika melihat seorang laki-laki diikat di sebuah tiang dalam keadaan pingsan, dengan darah yang mengenang di lantai, tangannya di penuhi oleh luka bakar
Seika keluar dari kamarnya, ia memakai kemeja pink dan celana kain berwarna silver, rambutnya di biarkan tergerai.Seika berjalan lurus lalu berbelok ke kanan menuju pintu depan, namun di ruang tengah ia bertemu dengan Kenichi yang sedang duduk sambil membaca koran pagi. Ia selalu memakai yukata jika berada di rumah."Kau mau kemana?" tanya Kenichi sembari meletakkan koran di atas meja."Aku mau cari pekerjaan, sudah lama aku menganggur" jawab Seika."Kalau masalah pekerjaan, kau bisa kembali bekerja di klinik lamamu" jelas Kenichi.Seika menatap curiga."Kau pikir semudah itu aku bisa kembali bekerja disana?" tanya Seika bingung."Aku sudah mengaturnya, jadi kau bisa kembali bekerja disana minggu depan" ujar Kenichi.Seika terkejut. Semudah itu ia langsung bisa bekerja kembali?."Kalau begitu, aku bekerja hari ini saja" u
"SE..." ucapan para anak buah Kenichi terputus ketika melihat pimpinan mereka berjalan sembari menggendong Seika ala bridal style yang tertidur karena kelelahan."Kalian sudah bekerja keras, segera istirahat" perintah Kenichi pelan.Para anak buah Kenichi membungkuk hormat secara serentak lalu tersenyum melihat raut wajah bos mereka yang senang. Anee-san adalah memang gadis yang tepat untuk kumicho, pikir mereka.Kenichi berjalan menuju kamarnya, Akira yang sudah berada di rumah segera membukakan pintu kamar dan menggelar futon. Kenichi meletakkan Seika dengan hati hati, takut membangunnya.Ia melepas sepatu dan kedua sarung tangan Seika kemudian menyelimutinya.Kenichi tersenyum lembut menatap Seika, ia membelai pipi gadis yang sangat ia cintai dengan lembut lalu mengambil tangan Seika dan mengecupnya dengan penuh cinta.Seika terisak pelan dalam tidurnya, airmata menetes
Akira berjalan masuk ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Namun matanya membesar ketika melihat Seika yang sedang mempersiapkan makan siang dengan telaten."Selamat siang" sapa Seika tersenyum. Ia sangat jarang berbicara dengan pria yang satu ini karena sikap diam dan misterius yang selalu ia perlihatkan.Bukannya menjawab sapaan Seika, Akira malah berbalik badan dan keluar dari cepat setengah berlari."Hei, kenapa?" tanya Seika yang melongokan kepalanya ke lorong rumah dan bingung ketika tidak mendapati Akira.Seika mengangkat bahu tidak peduli lalu kembali melanjutkan aktivitasnya."Michi-chan, apa menu makan siang kita hari ini?" tanya seorang laki-laki yang Seika kenal bernama Daiki.Daiki melototkan matanya ke arah Seika lalu menutup matanya dan berbalik badan."Aku tidak melihat apa apa" ujar Daiki beberapa kali.Seika kembali
"Hati-hati dijalan" Seika mengantar kepergian Kenichi sampai ke pagar depan rumah."Aku berangkat" Kenichi mencoba mengecup kening Seika namun gadis itu segera menghindarinya."Biarkan aku melakukannya, anggap saja sebagai nutrisiku selama tidak melihatmu untuk beberapa hari ke depan" Kenichi mencoba bersikap manja."Kau berlebihan, sudah pergi sana" Seika mendorong dada Kenichi, wajahnya mulai memanas namun raut wajah kesal membuatnya terlihat lebih manis.Mereka bahkan tidak menjalin hubungan asmara apapun, apa-apaan dengan sikap yang sudah seperti suami istri itu.Kenichi mendecak kesal, Seika hanya menghela napas namun beberapa detik kemudian matanya melotot ketika merasakan hangatnya bibir Kenichi di keningnya."Hehe" Kenichi tertawa bodoh.Seika mengerang kesal. "Kau pia mesum" ucap Seika setengah berteriak. Ia menatap para anak bua
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U