"SELAMAT DATANG KUMICHO" Anak buah Kenichi yang berdiri berjajar rapi sepanjang pintu gerbang sampai ke pintu rumah menunggu kepulangan pemimpin mereka.
Kenichi menatap gusar, "Kalian pikir ini sudah jam berapa?".
"SUDAH JAM SETENGAH SATU PA..." Salah seorang anak buah Kenichi menjawab dengan semangat, ia tidak menyadari nada peringatan dalam pertanyaan bosnya. Teman di samping laki-laki itu langsung membekap mulut milik sang pria lalu meninju perut membuat sang pria berlutut meringis kesakitan.
"Aho ka omae wa?!!(Bodoh), kau ingin mati ya" temannya berbisik dengan nada mendesis.
Kedua laki-laki tersebut segera merendahkan badan mereka memohon ampun kepada Kenichi yang hanya dibalas dengan tatapan datar sekilas lalu melewati mereka tanpa berkata apapun. Keduanya menghela napas lega.
&&&
Kenichi menghela napas panjang ketika meja kecil yang berisi makan malam untuk Seika yang lagi-lagi masih utuh tanpa tersentuh sedikitpun, ia melepaskan kacamata hitam dan memasukkan ke dalam jas lalu menajam pendengarannya, memastikan apakah Seika sudah tertidur atau tidak. Tidak ada suara apapun yang terdengar dari dalam ruangan.
Kenichi menggeser perlahan pintu kamar Seika lalu menatap gadis yang tidur dengan posisi meringkuk seperti bayi, laki-laki itu menggelengkan kepala, lagi-lagi gadis itu tertidur di atas tatami.
"Gadis keras kepala" Suara Kenichi terdengar sedih.
Kenichi mengambil segelas air putih lalu meneguk air ke dalam mulutnya dan mengangkat tubuh Seika ke pangkuan kemudian mencium gadis itu, mencoba meminumkan air ke dalam mulut sang gadis melalui mulutnya.
"Lagi" Seika meminta air dengan suara serak, matanya masih terpejam erat.
Kenichi kembali meneguk air dan mencium Seika, beberapa kali ia lakukan sampai air dalam gelas habis tak bersisa. Ia membentang futon dan meletakkan tubuh mungil Seika lalu menyelimutinya.
Kenichi menatap lembut lalu mengecup kening Seika, ia tersenyum sembari kembali menatap gadis itu dalam diam.
&&&
Seika mengerjap pelan matanya, tubuhnya sangat lemah karena tidak mendapatkan asupan apapun sejak tiga hari yang lalu. Ia kembali mendapati dirinya yang terbangun di atas futon. Suara ketukan di pintu membuat pupil mata gadis itu bergerak cepat lalu dengan sigap gadis itu duduk dan menatap waspada ke arah pintu.
"Anee-san, makanlah sedikit nanti kau bisa sakit" Suara seorang laki-laki bertubuh buntal yang bernama Botan terdengar di balik pintu.
Seika hanya diam dan tetap memandang siaga.
"SELAMAT PAGI KUMICHO" Botan membungkukkan badan sangat rendah ketika melihat bosnya berjalan ke arahnya.
Mata Seika semakin terbelalak, tatapan gadis itu menunjukkan betapa cemasnya ia akan suara yang ia dengar.
"Selamat pagi" Kenichi menatap datar meja kecil yang berisi sarapan lalu menggeser pintu kamar dengan kasar.
Cukup sudah!
Tubuh Seika bergetar dan menatap takut ke arah Kenichi.
"Bawakan sarapannya ke dalam"
"BAIK KUMICHO" Botan mengangkat meja kecil berisi sarapan dengan cepat dan meletakkannya ke dalam kamar Seika, ia segera melangkah keluar ruangan.
Kenichi duduk bersila di atas tatami lalu menatap Seika dengan tatapan tajam.
"Tabemasu (Makan)" Suara Kenichi terdengar dingin.
Seika memundurkan tubuhnya. Tubuhnya semakin menggigil bak berendam di air dingin.
"Ore ga taberu to iimasu! (Aku bilang makan)" Suara Kenichi terdengar semakin rendah.
Bukannya melakukan apa yang disuruh oleh Kenichi, Seika malah kembali memundurkan tubuhnya ke ujung kamar. Berharap agar dapat menjauh dari laki-laki di hadapannya.
"Baik, kau yang memintanya"
Kenichi bangun menghampiri Seika mencengkeram lengan sang gadis lalu sedikit menyeretnya ke meja kecil dan merebahkan paksa tubuh gadis itu dengan menarik kedua tangan ke atas kepala.
Kenichi menyendok nasi dari mangkuk kecil, memasukkannya ke dalam mulut lalu mencengkeram pipi Seika untuk membuka paksa mulut sang gadis dan menciumnya.
Lidah Kenichi masuk ke dalam mulut Seika, mendorong makanan ke tenggorokan gadis itu. Kenichi tidak melepaskan ciuman sampai gadis di pelukannya menelan makanan. Seika terbatuk-batuk oleh makanan yang belum dikunyah menerjang tenggorokannya dengan buas.
"Brengsek" Seika berteriak emosi, ia mencoba melepaskan kuncian tangan dari Kenichi, amarah gadis itu yang menggebu-gebu membuatnya menatap mata Kenichi secara langsung, beberapa masa lalu milik laki laki itu masuk ke dalam pikiran, membuat gadis itu segera memalingkan muka ke arah lain, beruntung tidak ada kejadian mengerikan yang masuk ke dalam pikirannya.
"Kau ingin melanjutkannya?" Kenichi sedikit tersenyum menatap wajah Seika yang memerah menahan emosi.
Sebenarnya Kenichi tidak mau memperlakukan Seika sekasar ini, namun kekeraskepalaan gadis itu membuatnya tidak mempunyai pilihan lain.
Seika diam dengan dada yang bergerak naik turun, bernapas dengan kasar karena emosi yang membara yang siap membakar siapa saja.
"Sepertinya kau ingin melanjutkannya"
"Minggir!! Aku bisa makan sendiri" Seika berteriak marah tanpa menoleh ke arah Kenichi.
Kenichi tersenyum lembut lalu melepaskan cengkeramannya di tangan Seika dan beranjak dari tubuh gadis itu.
Seika langsung menjauhkan badannya, mata gadis itu masih menatap Kenichi dengan tatapan tajam. Amarah gadis itu membuat ketakutannya menghilang entah kemana.
Seika menarik meja kecil di samping Kenichi dengan kasar membuat beberapa mangkuk kecil hampir terjatuh ke atas tatami jika saja Kenichi tidak menahan meja.
Seika mengambil sumpit lalu memulai sarapan pahi, air mata gadis itumengalir pelan namun ia tetap melanjutkan sarapan. Kenichi tetap memandang Seika yang menelan nasi dengan susah payah sampai gadis itu menghabiskan sarapan pagi.
"Setelah ini kau harus mandi, kau penggila kebersihan tapi mampu bertahan tidak mandi dalam 3 hari" Kenichi berdiri dan melangkah ke luar ruangan.
Seika diam membisu sambil terus menundukkan kepalanya.
"Tolong lepaskan aku" Gumaman Seika sambil terisak pelan membuat langkah Kenichi terhenti.
"Aku tidak bisa" Kenichi menghela napas, ia bisa menuruti semua permintaan Seika tapi tidak dengan yang satu itu.
"Kenapa kau tidak bisa?" tanya Seika terisak.
"Karena disini tempat yang paling aman untukmu dan lagi pula disinilah memang tempatmu Seika"
Fuzakena (Jangan bercanda denganku)!!! Tempat ini adalah neraka bagiku dan kau mengatakan disini adalah tempat paling aman?!, gerutu Seika dalam hati. Tentu saja ia tidak berani menyuarakan isi hatinya.
"Kau bisa bekerja seperti biasanya kalau kau mau, aku akan menyuruh anak buah ku untuk mengawal mu sewaktu kau di luar"
Ucapan Kenichi membuat Seika tertegun dan menatap laki-laki itu dengan tatapan curiga.
"Benarkah?"
Kenichi menganggukkan kepalanya dengan yakin. Seika membuang pandangannya ke arah pintu shoji, pintu geser yang membatasi ruang kamar dengan teras samping kamar. Kenichi pun keluar dari kamar Seika.
&&&
Seika menyisir rambut panjangnya, gadis itu memakai yukata berwarna merah cerah bergambar seekor naga di sisi belakang punggungnya. Yukata tersebut diberikan oleh Botan, walaupun ia sempat terkejut melihat yukata merah cerah apalagi dengan gambar seekor naga yang tidak pernah ia temukan dalam design yukata sebelumnya, biasanya yukata wanita bergambar burung merak atau pun bunga sakura yang dilukis sangat indah, tapi ini..?!, namun mau tidak mau Seika harus memakainya.
Seika memandang dirinya di cermin kecil yang berada diatas meja dengan tatapan nanar, ia masih menyesali keputusannya karena menerima panggilan rumah beberapa hari yang lalu, jika saja ia tidak menerimanya, jika saja ia lebih memilih kabur atau pun lari dari pada menerima tawaran tersebut, mungkin sekarang ia masih melanjutkan kehidupan tenangnya.
Seika menggelengkan kepala lalu menepuk pelan kedua pipinya untuk mengembalikan semangat dalam hatinya, percuma menangisi susu yang tumpah, sekarang yang harus ia pikirkan bagaimana cara ia keluar dari rumah ini, yang sudah terjadi biarlah berlalu, ia mengganggukkan kepalanya dengan hati yang mantap.
Seika mendorong pintu kamar ke samping dengan kuat, Botan yang berjaga di luar kamar hampir tersedak oleh makan malamnya karena terkejut dengan geseran pintu yang tiba-tiba.
"Anee-san, Anda ingin kemana?" Botan segera berdiri dan menatap gugup ke arah Seika.
"Dimana Kenichi" Seika sedikit mengangkat wajahnya dan menatap pongah kepada laki-laki di hadapannya, gadis itu mencoba bersikap berani.
"Ku... Kumicho ada di ruang washitsu" jawab Botan terbata-bata, seumur hidupnya ia belum pernah mendengar ada yang memanggil bosnya dengan namanya langsung, karena ia adalah anggota rendahan yang hanya bertugas di dalam rumah saja ataupun di pasar, mengawasi keamanan.
"Tunjukkan jalannya". Seika segera melangkah lebih dulu, ia tidak ingin berlama-lama mengelilingi rumah ini hanya untuk mencari keberadaan Kenichi, karena semakin ia menunda untuk berbicara dengan laki-laki itu semakin membuat kepercayaan dirinya terkikis perlahan.
Mereka berjalan lurus di lorong koridor lalu berbelok ke kiri, melewati lorong samping kemudian kembali berbelok kiri dan berhenti di depan pintu geser berukuran besar.
"Silahkan anee-san", Botan menggeser sebelah pintu fusuma.
Seluruh laki-laki yang berjumlah lebih dari 50 orang yang sedang menikmati makan malam serentak ke arah Seika, mereka terkejut melihat pakaian yang gadis itu pakai, apakah anee-san sudah setuju menjadi anee-san?, pikir mereka. Para pria itu menatap satu sama lain lalu sedetik kemudian merendahkan badan mereka serentak.
"SELAMAT DATANG ANEE-SAN" Ucapan - lebih tepatnya teriakan - mereka membuat Seika terperanjat dan memundur kakinya selangkah, ia menelan ludah dengan susah payah.
Tidak, ia tidak boleh mundur sekarang.
Kenichi tersenyum, menutup mulutnya dengan telapak belakangnya lalu memalingkan wajahnya ke arah samping, tubuhnya terguncang pelan karena menahan tawa, masih banyak yukata lain di rumah ini, mengapa Botan memilih yukata seperti itu untuk Seika pakai? .
Tapi harus ia akui, Seika sangat cantik dalam balutan yukata merah cerah tersebut, sangat kontras dengan kulit putihnya, apalagi rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai, nampak seperti anggota perempuan yakuza.
"Ada apa Seika?" Kenichi menatap Seika.
Seika berdeham sejenak lalu mengangkat wajahnya "Aku ingin berbicara".
"Tentu, bergabunglah dengan kami, Akira bawakan makan malam Seika" Kenichi menepuk tempat disampingnya.
"Tidak perlu!!" potong Seika dengan cepat, nada suaranya hampir seperti berteriak. Bisa mati ketakutan ia jika berdiri lebih lama di ruangan ini.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Kemarilah"
Jarak Seika sekitar 10 meter dari tempat duduk Kenichi, karena laki-laki itu duduk di ruangan paling ujung, ruangan untuk kalangan teratas.
"Tidak perlu, kita bisa berbicara seperti ini" Seika tidak mau berpindah dari zona amannya yaitu di depan pintu, karena jika ia mendapati gelagat mencurigakan ia bisa langsung kabur dari ruangan washitsu. Ya. Inilah zona teramannya saat ini.
"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Kenichi mengalah atas kekeraskepalaan Seika.
Seika mengedipkan mata ragu beberapa kali lalu mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkan dengan cepat.
"Aku terima tawaranmu, aku akan tinggal disini. Kau berjanji akan membiarkanku tetap bekerja kan?" tanya Seika sambil tetap mengangkat wajahnya, menatap pongah ke arah Kenichi.
"Tentu saja" Kenichi menganggukkan kepalanya pelan.
"Kalau begitu aku yang akan memilih pengawalku sendiri" Mata Seika berkilat licik, ia akan memilih orang yang mempunyai tampang yang mudah untuk dibohongi, ya. Itu akan mempermudah rencana melarikan dirinya.
"Tentu" Kenichi tersenyum. Raut wajah Seika memperlihatkan apa yang sedang gadis itu pikirkan.
Seika segera berbalik badan lalu menatap Botan yang berlutut di luar ruangan.
"Tunjukan kamarku kembali" Seika memerintah dengan nada angkuh mencoba bersikap pongah, ia tidak akan mau terlihat lemah di depan para laki-laki brengsek itu.
Botan menganggukkan kepala lalu berdiri dan berjalan ke depan, menuntun kembali Seika menuju kamarnya.
Seika melangkah keluar rumah. Ia memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, disampirkan jas putih di lengan kanannya sedangkan tangan kirinya menjinjing tas kerja dan tidak lupa dengan sarung tangan khasnya. Di halaman rumah, para anak buah Kenichi sudah berdiri berjajar rapi menunggunya untuk berangkat kerja. " ITTERASHAI ANEE-SAN(Hati-hati dijalan) !!" mereka serentak membungkukkan badan memberi hormat kepada Seika. Seika menghela napas sambil memegang dadanya mencoba menenangkan jantungnya yang tidak terbiasa dengan suara teriakan. Dua orang pengawal yang telah ia pilih berjalan mengikutinya. Pengawal pertama adalah seorang laki-laki berumur 30-an, berkulit putih dengan rambut jingkrak berwarna hitam. Ia bernama Kenzo. Seika memilihnya karena laki-laki itu yang paling normal dimatanya di bandingkan anak buah Kenichi lainnya. Sedangkan pengawal kedua, Seika memilih Botan, karena ia terlihat tidak begitu mengerikan dimatanya. Gadis itu masuk
Suasana di dalam ruang serba guna terasa hidup karena kehadiran Michio yang merupakan idola para anak buah Kenichi. Michio menanggapi semua perkataan atau candaan dari para seniornya sembari tersenyum lebar.Seika ikut tersenyum hangat melihat keakraban mereka. Ia menatap makanan yang tersaji diatas meja dengan antusias, malam ini mereka sepertinya akan berpesta, mungkin menyambut kepulangan Michio.Menu makan malam kali ini adalah Sukiyaki yang biasanya di sebut dengan shabu shabu, makanan yang sangat pas untuk dinikmati oleh banyak orang."Ittadakimasu (Selamat makan) " Ucap Kenichi yang diikuti oleh para anak buahnya.Mereka sangat antusias mencicipi kuah Sukiyaki, namun beberapa detik kemudian semua orang mematung karena rasa hambar di indera pengecap mereka, tidak terkecuali Seika."Michio mengapa skill memasakmu tidak ada perkembangan sedikit pun?" Kenichi menatap Michio speech
Kenichi berjalan masuk ke gedung Sands Macau, kasino terbesar yang ada di Macau, China. Ia didampingi oleh Akira yang berada di samping kanannya dan Tendo yang memiliki beberapa tindik di telinga, berambut jingkrak berwarna kuning keemasan disamping kirinya. Mereka mengelilingi meja-meja poker sambil sesekali Tendo menjelaskan kepada Kenichi mengenai bisnis mereka. Baik laki-laki maupun perempuan duduk di meja poker dengan chip chip dihadapan mereka. Akira menjawab telepon lalu berbisik kepada Kenichi. "Biarkan saja, aku akan memberinya kebebasan untuk terakhir kalinya, cukup awasi saja dia" instruksi Kenichi. Akira mengangguk kepalanya tanda mengerti lalu mulai menekan beberapa nomor dan menjauh dari Kenichi dan Tendo untuk mengintruksikan perintah pimpinannya. &&& Seika membuka mata dan tersenyum senang menatap langit-langit apartemen barunya, ini adala
Kenichi mengangkat tinggi gelas wine ke arah para anak buahnya, mereka sedang berada di salah satu club malam yang terkenal di Macau untuk merayakan keberhasilan bawahannya dalam mengelola usaha yang berada di Macau. Suara dentaman musik membuat suasana sangat pas untuk melepas stres entah karena kerja atau pun karena masalah hidup. "Untuk kesuksesan kita bersama" ucqp Kenichi dengan suara lantang. Para anak buah Kenichi mengikuti perkataan pimpinan mereka sambil mengangkat tinggi gelas wine. "Kampai" teriak mereka bersama lalu mulai meneguk minuman beralkohol. Dua orang wanita berbaju seksi menghampiri Kenichi dengan langkah sensual. Mereka duduk disisi kiri dan kanannya dan membelai bahunya dengan tatapan penuh hasrat. "Aku ingin sendiri malam ini, sebaiknya kalian goda Akira saja" ucap Kenichi sembari melepaskan tangan sang wanita dari bahunya. Kedua wanita itu mencoba bersikap manja agar Kenichi merubah keputusannya, namun tatapan datar Kenichi membuat mereka langsung berdiri
Suara ketukan pintu tidak membuat gadis itu menoleh, ia masih menatap tatami dengan pandangan kosong."Anee-san, bolehkah aku masuk?" suara Michio terdengar dari balik pintu.Seika hanya diam membisu.Beberapa saat kemudian, Michio menggeser pintu kamar dan melangkah masuk sambil membawakan meja kecil yang berisi makan malam untuk Seika."Anee-san, sudah waktunya makan malam, aku membawakan makanan yang enak, di makan ya?" Michio membujuk Seika dengan suara lembut.Seika tidak merespon, tatapannya masih berada di atas tatami menatap karpet hijau itu dengan pandangan hampa.Michio mencoba memegang pundak Seika dengan gerakan lembut namun membuat gadis itu terperanjat dan menepis kasar tangan pemuda itu."Jangan menyentuhku, aku mohon jangan menyentuhku. Aku mohon" Seika terisak, tubuhnya mundur ke ujung ruangan lalu meringkuk sambil memeluk lututnya.
Seika menatap pintu shogi dengan tatapan nanar, ia berbaring diatas futon dengan posisi menyamping menghadap pintu teras. Ia masih memikirkan kata-kata Michio. Lelah dengan pikirannya, Seika menghela napas berkali-kali untuk mengenyahkan pikiran yang membuat kepalanya menjadi sakit.Pintu digeser dengan kasar membuat mata Seika terbelalak tanpa berani untuk menoleh ke belakang."Kumicho, Anda salah kamar" Akira mencegah Kenichi untuk masuk kamar."Aku tau" Kenichi mengibaskan tangannya, wajahnya memerah karena sedang mabuk. Ia cekukuan sambil mengerjap matanya yang tidak fokus."Kumicho, kumohon sadarlah" Bujuk Akira pelan, takut membangunkan Seika."Minggir, tinggalkan aku. Ini perintah Akira" Kenichi menepis tangan Akira.Akira menghela napas panjang lalu keluar dari kamar.Tubuh Seika bergetar ketika Akira keluar kamar meninggalkannya bersamqa Ken
Pagi hari setelah sarapan bersama, Seika dan Kenichi berjalan menuju ke sebuah rumah kecil atau lebih tepatnya gudang yang jauh di halaman belakang. Seika sengaja hanya memakan sedikit sarapan karena nanti pasti ia akan memuntahkannya kembali. Anak buah Kenichi yang berjaga di depan gudang langsung membungkukkan badan mereka memberi hormat dan bingung melihat Seika yang berada di belakang pemimpin mereka."Bagaimana? Apa dia masih belum membuka mulutnya?"Akira yang duduk di kursi segera berdiri dan membungkuk hormat."Masih belum kumicho, dia sangat keras kepala" lapor Akira. Ia terkejut melihat Seika yang berdiri di belakang Kenichi.Seika tersentak lalu menutup mulutnya melihat pemandangan mengerikan di depannya, ia mundur beberapa langkah ke belakang. Seika melihat seorang laki-laki diikat di sebuah tiang dalam keadaan pingsan, dengan darah yang mengenang di lantai, tangannya di penuhi oleh luka bakar
Seika keluar dari kamarnya, ia memakai kemeja pink dan celana kain berwarna silver, rambutnya di biarkan tergerai.Seika berjalan lurus lalu berbelok ke kanan menuju pintu depan, namun di ruang tengah ia bertemu dengan Kenichi yang sedang duduk sambil membaca koran pagi. Ia selalu memakai yukata jika berada di rumah."Kau mau kemana?" tanya Kenichi sembari meletakkan koran di atas meja."Aku mau cari pekerjaan, sudah lama aku menganggur" jawab Seika."Kalau masalah pekerjaan, kau bisa kembali bekerja di klinik lamamu" jelas Kenichi.Seika menatap curiga."Kau pikir semudah itu aku bisa kembali bekerja disana?" tanya Seika bingung."Aku sudah mengaturnya, jadi kau bisa kembali bekerja disana minggu depan" ujar Kenichi.Seika terkejut. Semudah itu ia langsung bisa bekerja kembali?."Kalau begitu, aku bekerja hari ini saja" u
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U