Seika melangkah keluar rumah. Ia memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, disampirkan jas putih di lengan kanannya sedangkan tangan kirinya menjinjing tas kerja dan tidak lupa dengan sarung tangan khasnya. Di halaman rumah, para anak buah Kenichi sudah berdiri berjajar rapi menunggunya untuk berangkat kerja.
" ITTERASHAI ANEE-SAN(Hati-hati dijalan) !!" mereka serentak membungkukkan badan memberi hormat kepada Seika.
Seika menghela napas sambil memegang dadanya mencoba menenangkan jantungnya yang tidak terbiasa dengan suara teriakan. Dua orang pengawal yang telah ia pilih berjalan mengikutinya. Pengawal pertama adalah seorang laki-laki berumur 30-an, berkulit putih dengan rambut jingkrak berwarna hitam. Ia bernama Kenzo. Seika memilihnya karena laki-laki itu yang paling normal dimatanya di bandingkan anak buah Kenichi lainnya. Sedangkan pengawal kedua, Seika memilih Botan, karena ia terlihat tidak begitu mengerikan dimatanya.
Gadis itu masuk ke dalam mobil marcedes benz milik Kenichi, dan mobil pun melaju di jalan raya kota Kobe menuju kliniknya.
&&&
Aoi kaget ketika melihat Seika yang melangkah masuk ke dalam klinik di ikuti oleh Kenzo dan Botan yang memakai setelan jas hitam dan juga memakai kacamata dengan warna senada.
"Kalian tunggu disini, jangan melakukan apapun tanpa perintah dariku. Mengerti? " perintah Seika dengan tegas tanpa menyadari bahwa ia bertindak seperti selayaknya seorang anee-san.
"BAIK ANEE-SAN" Kedua laki-laki tersebut berdiri dengan tegap di depan pintu klinik dengan tatapan serius.
"Bisakah kalian mengatakan sesuatu tanpa harus berteriak?" Seika memegang jantungnya yang berdegup cepat, lama-lama ia bisa terkena serangan jantung jika seperti ini.
"BISA ANEE-SAN" jawab kedua kembali masih tetap dengan suara tinggi.
Seika menatap speechless lalu menghela napas panjang, tidak memperdulikan Kenzo dan Botan yang masih menunggu instruksi lain darinya. Ia menghampiri Aoi yang terus menatap takut kepada pengawalnya, gadis itu menoleh ke arahnya meminta penjelasan.
"Aoi ke ruanganku sekarang" Seika melangkah masuk ke ruang kerja miliknya.
Aoi mengikuti Seika dengan wajah pucat, ia tidak mengerti akan situasi yang sedang ia hadapi. Semenjak Seika pamit untuk melakukan panggilan rumah, gadis itu absen kerja tanpa ada kabar selama tiga hari, bahkan ia sempat mengunjungi rumah bosnya, namun tetangga Seika berkata bahwa atasannya tidak pulang ke rumah selama 3 hari dan sekarang bosnya muncul dengan membawa pengawal yang berwajah sangar.
"Kau pasti terkejut dan bingung sekarang ini" Seika tersenyum canggung dan menggaruk kepalanya, bingung harus menjelaskan mulai dari mana.
"Bagaimana aku ti..." ujaran Aoi yang bernada tinggi terhenti ketika melihat Seika meletakkan jari telunjuk ke bibirnya, menyuruh Aoi memelankan suaranya.
"Bagaimana aku tidak terkejut, sensei tidak ada kabar selama 3 hari dan sekarang sensei malah membawa pengawal yang mengerikan" Aoi berbisik.
"Ceritanya panjang" Seika mengeluarkan sebuah kunci dari dalam tasnya.
"Simpan ini bersamamu dan bisakah aku meminta tolong?" Pinta Seika berbisik sambil menyerahkan kunci ditangannya kepada Aoi.
Aoi menganggukkan kepalanya.
"Bisakah kau mengemas pakaianku dan meletakkannya di apartemenmu untuk sementara waktu? aku akan mengambilnya nanti jika suasana sudah aman" Ucap Seika masih dengan suara berbisik.
"Kenapa aku harus mengemas pakaian sensei?" Aoi menaikkan alisnya bingung.
"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang, jadi bisa aku minta tolong padamu? Onegaisimasu (aku mohon) " Seika mengkatubkan kedua tangannya dan sedikit menundukkan kepalanya, memohon kepada Aoi.
Aoi menghela napas panjang lalu mengangguk mengiyakan, walaupun ia tidak mengerti mengapa Seika memintanya tolong untuk mengemaskan pakaian, namun ia mempercayainya bosnya. Seika tidak akan meminta tolong jika tidak dalam keadaan terdesak.
Mereka berbincang-bincang sesaat membahas apa yang terjadi pada klinik selama Seika absen kemudian klinik dibuka untuk beroperasi namun tidak banyak pasien yang berkunjung karena ulah dua orang laki-laki berperawakan yakuza berdiri di depan pintu masuk klinik dengan badan tegap dan wajah yang tampak seperti ingin membunuh.
&&&
Seika melangkah gontai ke dalam rumah kelompok Yamaguchi-gumi, ia merasa lelah bukan karena banyak pasien yang ia layani namun lebih karena kedua pengawalnya. Bagaimana tidak? Kedua laki-laki itu mengikuti kemana pun ia pergi, bahwa sampai ke depan pintu toilet, membuatnya menjadi jengah.
Tidak hanya itu, Seika terpaksa melewatkan makan siang karena ketika ia masuk ke dalam restoran siap saji, Kenzo dan Botan juga mengikutinya masuk ke dalam restoran, mereka berdiri disisi kiri dan kanannya dan menatap pelanggan-pelanggan dalam restoran dengan tatapan curiga, penampilan yakuza keduanya membuat sebagian pengunjung restoran memilih untuk meninggalkan tempat membuat Seika ditegur oleh manajer restoran walaupun dengan nada takut.
"SELAMAT DATANG ANEE-SAN" Anak buah Kenichi menyapanya dengan tradisi khas mereka, berdiri berbaris sepanjang jalan halaman menuju ke rumah dan berteriak dengan suara lantang. Seika yang sedang melamun tersentak, jantungnya kembali memacu keras untuk kesekian kalinya. Lagi-lagi Seika menghela napas panjang.
"Okairi (selama datang)" Kenichi berdiri di pintu kamar Seika membuat gadis itu kembali terkejut dan menatap Kenichi kesal. Laki-laki itu memakai yukata biru tua dengan tangan yang ia masukkan ke dalamnya, ekspresi santai wajahnya membuatnya terlihat karismatik.
Mengapa semua laki-laki di sini sangat senang membuatku terkejut.
Wajah Seika memerah melihat ketampanan Kenichi, sangat kontras dengan omelan yang ada di hatinya.
"Makan malam sudah siap, kau tidak makan?" Kenichi menatap lembut kepada Seika.
Semua anggota Kenichi sudah berkumpul, menunggu Seika yang baru pulang kerja.
"Aku makan malam di kamar saja"
"Tidak, kau harus makan bersama dengan lainnya kalau kau tinggal disini" Kenichi mengulurkan tangannya ingin meraih lengan Seika.
"Jangan menyentuhku!!" Seika menjauhkan tangannya dengan reflek. ia terkejut dengan teriakannya sendiri.
"Maafkan aku, aku tidak nyaman jika ada orang yang menyentuhku" Wajah Seika tertunduk, ia tidak berani memandang Kenichi.
Kenichi mengangguk mengerti. Seika mempunyai penyakit Obsesive Compulsive Disorder. Walaupun ia tidak mengerti mengapa gadis itu bisa menyentuh anak kecil tanpa masalah. Kenichi sudah lama memantau malaikat penolongnya, jadi sedikit banyak ia tahu kebiasaan Seika.
"Ayo, semua orang sudah menunggumu" Kenichi lalu berjalan lebih dahulu menuju ruang washitsu.
Suasana sunyi di ruang serba guna yang luas membuat Seika menelan ludah, karena semua mata memandangnya dengan tatapan rasa ingin tau yang membuatnya kembali takut.
Kenichi duduk di meja tengah dan Seika duduk disebelah kirinya, diikuti oleh Arata dan Daiki, sedangkan disebelah kanan Kenichi adalah Akira yang diikuti oleh Gorou dan Kaede, mereka menghadap ke arah anggota yang duduk seperti susunan bangku sekolah.
"Ittadakimasu" Kenichi mengkatubkan kedua tangannya yang diikuti oleh anak buahnya. Mereka pun memulai makan malam, Seika melirik ke arah anak buah Kenichi yang makan dengan lahap dalam diam.
Mereka tidak menunjukkan ekspresi yang menyeramkan sedikitpun, pikir Seika tanpa sadar.
"Bagaimana tentang keadaan wilayah kita?" Kenichi memulai pembicaraan makan malam.
Arata melirik Seika yang masih tampak asing baginya.
"Tidak apa-apa" Kenichi kembali mengunyah makanannya seraya menatap Arata, menunggu laporan dari bawahannya.
"Semua aman terkendali kumicho"
"Kumicho" panggil Kaede dengan ragu.
Kenichi menoleh ke arah Kaede, menyuruhnya untuk melanjutkan perkataannya.
"Shigeo Nishiguchi-san ingin bertemu dengan anda" Kaede menundukkan kepalanya canggung. Ia tau bahwa Kenichi sangat sensitif dengan nama Shigeo.
"Ohya? Kapan aku harus menemuinya?" Kenichi membelai rahangnya sembari menyeringai, ia tampak tertarik dengan berita yang Kaede sampaikan.
"Minggu depan kumicho"
"Ini akan menjadi pertemuan yang menarik" Kenichi tersenyum sinis.
Seika yang duduk disamping Kenichi menelan ludah ketika mendengar gumaman Kenichi yang terdengar mengerikan di telinganya.
"Ohya Akira, bukankah besok Michio akan kembali ke Jepang?" Kenichi mengubah topik pembicaraan.
"Benar kumicho" Akira mengangguk.
"Setelah ia sampai ke rumah, suruh dia melapor padaku" Kenichi menoleh dan menatap Seika dengan tatapan misterius. Seika melirik sekilas lalu kembali menundukkan wajahnya dengan tenang walaupun tidak dengan jantungnya. Ia memasukkan nasi ke dalam mulut dan memainkan nasi di mangkuknya, melakukan apapun supaya terlihat sibuk.
Akira kembali mengangguk.
&&&
Seika berbaring di atas tatami sambil menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang. Hari ini adalah hari liburnya, mau tidak mau ia harus mendekam di kamar sampai waktunya makan, ia tidak mau bergabung dengan para anak buah Kenichi yang bertampang seram, lagipula ia seorang perempuan jadi wajar jika tidak bergabung dengan mereka yang notaben adalah laki-laki, walaupun dalam hati Seika tau bahwa tidak bersosialisasi dengan orang-orang yang tinggal serumah dengannya adalah tindakan yang tidak sopan, bagaimana pun ia hanya 'numpang dengan paksa' disini namun wajah sangar milik anak buah Kenichi membuatnya melakukan tindakan tidak sopan tersebut.
Seika menghela napas perlahan, sudah hampir seminggu ia berada di rumah Kenichi, namun ia masih belum punya rencana bagus apapun untuk melarikan diri secara aman. Kedua pengawalnya seperti perangko, menempel padanya kemana pun ia pergi.
"Sampai kapan harus seperti ini?" gumam Seika putus asa.
"Sampai kapan apa anee-san?" Seorang pemuda yang tiba-tiba muncul di atas kepala Seika, membuat gadis itu menjerit dan bangun dari baringannya.
Remaja tersebut berambut hitam bergelombang dan berponi, wajah innocent nya bak seorang malaikat yang turun dari khayangan. Ia tersenyum tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"Siapa kamu?" Seika menatap waspada, ia melirik kiri kanan tanpa menggerakkan kepalanya mencoba mencari jalan kabur.
Sang pemuda membungkuk rendah badannya.
"Hajimemasite, ore wa Michio desu (senang berkenalan denganmu. Namaku Michio) " Michio tersenyum lebar.
"Ah. Seika Aiko desu" Seika juga ikut membungkukkan badannya namun sedetik kemudian ia tersadar, tidak. Ia tidak boleh terbawa suasana karena kesopanan remaja di depannya.
"Sudah lama aku ingin melihatmu anee-san" Michio tersenyum lebar tidak terpengaruh oleh tatapan waspada milik Seika.
"Memangnya kau mengenalku?" Seika menaikkan alisnya.
Michio mengangguk, senyumnya semakin sumringah.
"Kumicho-san sering menceritakan tentang anee-san padaku" jelas Michio.
"Menceritakan bagaimana?" Seika tertarik akan ucapan Michio.
"Ya, kumicho-san mengatakan bahwa ada seorang perempuan yang memikat hatinya dua tahun yang lalu, seorang perempuan aneh. Bukan cuma gaya pakaiannya yang aneh tapi sikapnya juga aneh karena tidak takut padanya" Michio duduk bersila di atas tatami.
"Dua tahun yang lalu? Aku baru seminggu disini" Seika menatap curiga.
"Mungkin anee-san sudah melupakannya, tapi dua tahun yang lalu anee-san menolong kumicho-san yang sed..." Suara pintu yang didorong kuat membuat keduanya kaget dan menoleh.
Kenichi menatap Seika dan Michio dengan napas sedikit terengah lalu memfokuskan tatapannya kepada Michio.
"Cukup omong kosongnya, bukankah aku menyuruhmu untuk langsung melapor padaku ketika kau sampai di rumah?"
Michio tersenyum menyengir.
Seika masih penasaran dengan kelanjutan kata-kata Michio.
"Kau belum menyelesaikan kata-katamu" Seika tidak memperdulikan peringatan Kenichi.
Melihat gelagat Michio yang ingin kembali menjelaskan, Kenichi menghampirinya dan langsung mengunci lehernya kemudian menyeretnya keluar kamar. Michio hanya mengatakan 'maaf' sambil tertawa, tidak terlihat takut sedikitpun.
Sepertinya mereka terlihat sangat akrab.
Seika menghela napas, keningnya berkerut mencoba mengingat apa ia pernah bertemu dengan Kenichi dua tahun yang lalu, apa kenichi salah satu pasiennya? sepertinya tidak, tidak mungkin ia melupakan wajah setampan itu, berkali-kali Seika mencoba mengingat, namun tidak ada kilasan balik yang muncul di kepalanya.
Suasana di dalam ruang serba guna terasa hidup karena kehadiran Michio yang merupakan idola para anak buah Kenichi. Michio menanggapi semua perkataan atau candaan dari para seniornya sembari tersenyum lebar.Seika ikut tersenyum hangat melihat keakraban mereka. Ia menatap makanan yang tersaji diatas meja dengan antusias, malam ini mereka sepertinya akan berpesta, mungkin menyambut kepulangan Michio.Menu makan malam kali ini adalah Sukiyaki yang biasanya di sebut dengan shabu shabu, makanan yang sangat pas untuk dinikmati oleh banyak orang."Ittadakimasu (Selamat makan) " Ucap Kenichi yang diikuti oleh para anak buahnya.Mereka sangat antusias mencicipi kuah Sukiyaki, namun beberapa detik kemudian semua orang mematung karena rasa hambar di indera pengecap mereka, tidak terkecuali Seika."Michio mengapa skill memasakmu tidak ada perkembangan sedikit pun?" Kenichi menatap Michio speech
Kenichi berjalan masuk ke gedung Sands Macau, kasino terbesar yang ada di Macau, China. Ia didampingi oleh Akira yang berada di samping kanannya dan Tendo yang memiliki beberapa tindik di telinga, berambut jingkrak berwarna kuning keemasan disamping kirinya. Mereka mengelilingi meja-meja poker sambil sesekali Tendo menjelaskan kepada Kenichi mengenai bisnis mereka. Baik laki-laki maupun perempuan duduk di meja poker dengan chip chip dihadapan mereka. Akira menjawab telepon lalu berbisik kepada Kenichi. "Biarkan saja, aku akan memberinya kebebasan untuk terakhir kalinya, cukup awasi saja dia" instruksi Kenichi. Akira mengangguk kepalanya tanda mengerti lalu mulai menekan beberapa nomor dan menjauh dari Kenichi dan Tendo untuk mengintruksikan perintah pimpinannya. &&& Seika membuka mata dan tersenyum senang menatap langit-langit apartemen barunya, ini adala
Kenichi mengangkat tinggi gelas wine ke arah para anak buahnya, mereka sedang berada di salah satu club malam yang terkenal di Macau untuk merayakan keberhasilan bawahannya dalam mengelola usaha yang berada di Macau. Suara dentaman musik membuat suasana sangat pas untuk melepas stres entah karena kerja atau pun karena masalah hidup. "Untuk kesuksesan kita bersama" ucqp Kenichi dengan suara lantang. Para anak buah Kenichi mengikuti perkataan pimpinan mereka sambil mengangkat tinggi gelas wine. "Kampai" teriak mereka bersama lalu mulai meneguk minuman beralkohol. Dua orang wanita berbaju seksi menghampiri Kenichi dengan langkah sensual. Mereka duduk disisi kiri dan kanannya dan membelai bahunya dengan tatapan penuh hasrat. "Aku ingin sendiri malam ini, sebaiknya kalian goda Akira saja" ucap Kenichi sembari melepaskan tangan sang wanita dari bahunya. Kedua wanita itu mencoba bersikap manja agar Kenichi merubah keputusannya, namun tatapan datar Kenichi membuat mereka langsung berdiri
Suara ketukan pintu tidak membuat gadis itu menoleh, ia masih menatap tatami dengan pandangan kosong."Anee-san, bolehkah aku masuk?" suara Michio terdengar dari balik pintu.Seika hanya diam membisu.Beberapa saat kemudian, Michio menggeser pintu kamar dan melangkah masuk sambil membawakan meja kecil yang berisi makan malam untuk Seika."Anee-san, sudah waktunya makan malam, aku membawakan makanan yang enak, di makan ya?" Michio membujuk Seika dengan suara lembut.Seika tidak merespon, tatapannya masih berada di atas tatami menatap karpet hijau itu dengan pandangan hampa.Michio mencoba memegang pundak Seika dengan gerakan lembut namun membuat gadis itu terperanjat dan menepis kasar tangan pemuda itu."Jangan menyentuhku, aku mohon jangan menyentuhku. Aku mohon" Seika terisak, tubuhnya mundur ke ujung ruangan lalu meringkuk sambil memeluk lututnya.
Seika menatap pintu shogi dengan tatapan nanar, ia berbaring diatas futon dengan posisi menyamping menghadap pintu teras. Ia masih memikirkan kata-kata Michio. Lelah dengan pikirannya, Seika menghela napas berkali-kali untuk mengenyahkan pikiran yang membuat kepalanya menjadi sakit.Pintu digeser dengan kasar membuat mata Seika terbelalak tanpa berani untuk menoleh ke belakang."Kumicho, Anda salah kamar" Akira mencegah Kenichi untuk masuk kamar."Aku tau" Kenichi mengibaskan tangannya, wajahnya memerah karena sedang mabuk. Ia cekukuan sambil mengerjap matanya yang tidak fokus."Kumicho, kumohon sadarlah" Bujuk Akira pelan, takut membangunkan Seika."Minggir, tinggalkan aku. Ini perintah Akira" Kenichi menepis tangan Akira.Akira menghela napas panjang lalu keluar dari kamar.Tubuh Seika bergetar ketika Akira keluar kamar meninggalkannya bersamqa Ken
Pagi hari setelah sarapan bersama, Seika dan Kenichi berjalan menuju ke sebuah rumah kecil atau lebih tepatnya gudang yang jauh di halaman belakang. Seika sengaja hanya memakan sedikit sarapan karena nanti pasti ia akan memuntahkannya kembali. Anak buah Kenichi yang berjaga di depan gudang langsung membungkukkan badan mereka memberi hormat dan bingung melihat Seika yang berada di belakang pemimpin mereka."Bagaimana? Apa dia masih belum membuka mulutnya?"Akira yang duduk di kursi segera berdiri dan membungkuk hormat."Masih belum kumicho, dia sangat keras kepala" lapor Akira. Ia terkejut melihat Seika yang berdiri di belakang Kenichi.Seika tersentak lalu menutup mulutnya melihat pemandangan mengerikan di depannya, ia mundur beberapa langkah ke belakang. Seika melihat seorang laki-laki diikat di sebuah tiang dalam keadaan pingsan, dengan darah yang mengenang di lantai, tangannya di penuhi oleh luka bakar
Seika keluar dari kamarnya, ia memakai kemeja pink dan celana kain berwarna silver, rambutnya di biarkan tergerai.Seika berjalan lurus lalu berbelok ke kanan menuju pintu depan, namun di ruang tengah ia bertemu dengan Kenichi yang sedang duduk sambil membaca koran pagi. Ia selalu memakai yukata jika berada di rumah."Kau mau kemana?" tanya Kenichi sembari meletakkan koran di atas meja."Aku mau cari pekerjaan, sudah lama aku menganggur" jawab Seika."Kalau masalah pekerjaan, kau bisa kembali bekerja di klinik lamamu" jelas Kenichi.Seika menatap curiga."Kau pikir semudah itu aku bisa kembali bekerja disana?" tanya Seika bingung."Aku sudah mengaturnya, jadi kau bisa kembali bekerja disana minggu depan" ujar Kenichi.Seika terkejut. Semudah itu ia langsung bisa bekerja kembali?."Kalau begitu, aku bekerja hari ini saja" u
"SE..." ucapan para anak buah Kenichi terputus ketika melihat pimpinan mereka berjalan sembari menggendong Seika ala bridal style yang tertidur karena kelelahan."Kalian sudah bekerja keras, segera istirahat" perintah Kenichi pelan.Para anak buah Kenichi membungkuk hormat secara serentak lalu tersenyum melihat raut wajah bos mereka yang senang. Anee-san adalah memang gadis yang tepat untuk kumicho, pikir mereka.Kenichi berjalan menuju kamarnya, Akira yang sudah berada di rumah segera membukakan pintu kamar dan menggelar futon. Kenichi meletakkan Seika dengan hati hati, takut membangunnya.Ia melepas sepatu dan kedua sarung tangan Seika kemudian menyelimutinya.Kenichi tersenyum lembut menatap Seika, ia membelai pipi gadis yang sangat ia cintai dengan lembut lalu mengambil tangan Seika dan mengecupnya dengan penuh cinta.Seika terisak pelan dalam tidurnya, airmata menetes
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U