Share

Terbongkar

Penulis: dwi23end
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-17 19:27:07

Ganis mulai menghubungi Ramon lagi. Namun kali ini tak ada jawaban. Jadi Ganis langsung memotret Kato berikut wanita dari panti penitipan hewan. Masih tak ada balasan. Ia pun kembali menekan ikon panggilan video. Kali ini juga ia mengeraskan speaker suaranya agar wanita itu bisa mendengar.

Ramon yang saat itu baru saja mandi dan hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya langsung meraih ponselnya.

“Ya ada apa lagi Nis?” tanya Ramon. Melihat wajah Ramon yang tampak segar dengan rambut basahnya dan juga tubuh bagian atas yang sangat epik membuat Ganis terhenyak sejenak.

“Nis?” seru Ramon lagi merasa aneh melihat muka Ganis yang tak berkedip menatapnya.

“Eh iya. Ini kucing Marco,” kata Ganis gelagapan langsung mengarahkan ponselnya pada Kato.

“Kirain apa? Memang ada apa dengan kucing itu. Kenapa ia ada di apartemen?” ujar Ramon nggak menyangka kalau kucing itu akan kembali ke apartemen.

“Aku harus bagaimana? Kato datang dari panti. Ada biaya yang harus dikeluarkan,”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Merindukanmu

    Malam itu Ganis meminta Pak Dirman mengantarkannya lagi ke bengkel. "Non Ganis jangan pulang malam-malam," kata Pak Dirman sebelum pergi."Apa Pak Dirman disuruh kak Ramon terus mengawasiku?" ujar Ganis kini jengkel. Rasanya ia tak memiliki kebebasan sedikitpun."Ya itu perintah Pak Ramon. Dia sangat mengkhawatirkan anda Nona," seru Pak Dirman terus terang. Ia ingin Ganis mengerti betapa Pak Ramon selalu memikirkan keadaannya."Katakan padanya malam ini aku akan senang-senang sampai pagi. Tak ada yang bisa melarangku. Kak Ramon bukan apa-apaku. Aku sudah dewasa dan tahu apa yang aku perbuat," ucap Ganis kesal. "Jangan begitu Nona. Jangan membuat saya kesulitan," seru Pak Dirman dengan wajah memohon."Toh kak Ramon akan menikah. Dia pergi tak akan kembali. Semua akan dijual. Jadi Pak Dirman mulai hari ini bebas mengurusi urusanku," kata Ganis langsung berbalik dan menaiki motor yang telah berhenti di depannya. Shine telah sampai di depan bengkel untuk menjemput Ganis. Shine pun melar

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Tak Tahan

    Ganis tersadar saat ia mendengar suara keributan. Ia sedikit terkejut dengan pikiran yang nyaris masih terpengaruh alkohol. Ia melihat Shine sedang bertengkar dan berkelahi dengan Pak Dirman.“Shine pergilah! kenapa kau meladeni kakek tua ini?” teriak Ganis masih terhuyung setengah sadar. Ia tak tahu pasti kenapa mereka bertengkar.“Ya kau seharusnya pergi. Pemuda kurang ajar!” tantang Pak Dirman.“Pak tua jangan ikut campur urusanku. Kalau Ganis tak melarangku aku sudah membalasmu. Nis aku pergi dulu. Kita ketemu lagi nanti,” ucap Shine sebelum pergi.Ganis hanya mengangguk dan berjalan perlahan menuju kamar mandi. Samar-samar ingatannya mulai kembali. Di bawah guyuran shower malam itu Ganis menggigil. Pak Dirman telah menyelamatkannya dari ulah bejat Shine. Tak menyangka Shine mencuri kesempatan. Tadi ia sungguh mengira Shine adalah Ramon. Akibatnya Shine bisa mencuri ciuman bibirnya. Untungnya Pak Dirman tiba-tiba muncul dan langsung memukul Shine. Apakah setiap laki-laki akan ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Terhanyut

    Pagi itu Ramon sedang bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia sedang menuju meja makan untuk makan bersama dengan keluarga pamannya ketika ia menerima pesan dari pak Dirman. Di Indonesia saat ini sedang malam hari dan Pak Dirman melaporkan Ganis yang pergi berpesta dengan Shine. Ramon menghela nafas khawatir. Ia tak tahu apa yang bisa terjadi di pesta nanti. ‘Ganis tidak seperti biasanya. Saya tak bisa mengawasinya Pak Ramon. Saya kewalahan. Ia marah pada anda dan kelihatannya sangat merindukan anda Pak Ramon,’ tulis Pak Dirman. Kemudian Pak Dirman juga mengirimkan beberapa video CCTV yang ada di rumah. Ramon menunda untuk melihatnya. Ia ingin sarapan tanpa memikirkan apapun. Hari ini juga ada rapat penting. Jadi ia butuh konsentrasi. Semoga Ganis tidak gegabah dan berakhir mabuk atau yang lebih parah tidur tanpa sadar di ranjang pria tidak jelas. Shine pasti menjaga Ganis. Ia ingat penampilan Shir yang terlihat bukan pria mesum dan mata keranjang. Sarapan berlangsung seperti biasanya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Kacau Balau

    Alfaro mendesah berat. Tobias masih tampak santai. Sementara Mathias masih sibuk bertelepon dan juga mencoret jadwal.“Anak itu kembali lagi pergi secara tiba-tiba. Jalan pikirannya seperti apa aku makin tak mengerti. Ini sudah kurang seminggu pernikahannya,” gerutu Alfaro geram. Ia menahan diri untuk tidak langsung menelpon Ramon dan menyuruhnya kembali. Ramon masih calon menantunya bukan menantunya. Posisi Ramon yang lama ditinggalkannya baru saja ditempatinya kembali. Tak sampai sebulan ia sudah meninggalkannya. Tentu saja kinerja perusahaan sangat dirugikan. “Aku tak percaya kalau kakak sepupuku pergi hanya karena tertarik dengan bisnis di Indonesia. Indonesia bukan negara yang akan membuatnya kaya,” ucap Tobias sinis sambil melipat kedua tangannya di dada.“Lantas apa yang kau pikirkan selain bisnis yang membuat Ramon pergi? Marco telah tiada,” tukas Alfaro menatap tajam Tobias.Tobias tersenyum tipis.“Mungkin seorang wanita eksotik,” ujarnya membuat Alfaro marah.“Dia sudah ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Katy dan Kato

    Dalam balutan matahari pagi yang hangat di dapur dalam bungalow Ganis sedang memasak dengan Ramon yang ada di sekitarnya. Tampak kemesraan diantara keduanya. Ramon memeluk Ganis dari belakang dan mengecup tengkuknya. Ganis tersenyum melanjutkan untuk mengiris wortel. Masakan sederhana saja. Sebisa Ganis. Ramon suka masakan simpel. Memasak dimsum kuah yang segar di pagi hari. “Kak lepaskan. Biar cepat selesai,” seru Ganis mencoba mengendurkan pelukan Ramon di perutnya.“Hmm,” Ramon hanya menggeram. Tubuh Ganis sungguh bikin candu. Ia tak pernah puas. Mulutnya kembali memagut leher jenjang gadis muda itu. Rambut cepak Ganis ternyata begitu menggoda. Ganis memekik kecil. Ia kemudian meletakkan pisaunya dan menghadapi Ramon. Ramon segera menyerang bibir gadis itu. Tangannya mulai merapah punggung Ganis panas. Dalam suasana sunyi pagi itu mereka kembali terbawa gairah. Ramon menidurkan Ganis di meja dapur. Ia mulai melolosi semua pakaianya. Cecapan lidah terdengar basah. Ramon kembali me

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Kejutan

    Hari itu untuk pertama kalinya Ganis naik pesawat. Tentu saja terlihat norak. Apalagi Ganis seorang gadis yang mulutnya tak bisa diam. Ia terus mengoceh mengomentari semua yang dilihatnya. Bukanya malu. Ramon yang sudah hampir 5 tahun lebih tinggal di Indonesia dan sudah fasih berbahasa Indonesia tak begitu masalah. Malah ia merasa komentar Ganis cukup lucu.“Nis jangan makan terlalu banyak!” kata Ramon memperingatkan. Tangan Ganis berhenti untuk meraih makanan di depannya. Mereka kini sedang terbang menuju lombok tengah. Ganis langsung begitu bersemangat. Impiannya dengan Marco akan terwujud. Menonton motoGP di sirkuit Mandalika.“Kenapa memangnya. Sayang bukan kalau tak dihabiskan,” kata Ganis menatap Ramon. “Kau tak pernah naik pesawat. Aku tak mau kau jetlag dan kemudian muntah. Itu akan sangat merepotkan,” ujar Ramon tak mau mengambil resiko. Waktu mereka terbatas. Begitu turun dari bandaramereka akan langsung menuju sirkuit dimana motoGP akan segera berlangsung. Ia tak mau Ga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Seperti Mimpi

    Malam itu setelah menonton motorGP Ramon mengajak Ganis pergi ke penginapan dekat sirkuit Mandalika. Setelah mendapatkan kamar mereka makan malam terlebih dahulu. Makan malam paling mewah dan juga romantis. “Ini sangat berlebihan,” ujar Ganis menatap meja bertaplak putih dengan pendar lilin. “Tidak kalau untuk dirimu Ganis. Kau layak mendapatkanya,” ujar Ramon menggeser duduk untuk Ganis. Ganis menatap hidangan yang tersaji begitu sempurnanya. Ada anggur merahnya juga. “Ini nyata. Aku nggak mimpi, kan?” seru Ganis duduk dan masih terpesona melihat makanan yang bukan saja terlihat enak tapi juga penataannya yang estetik. Tentunya dimasak dan disajikan oleh Chef resort dengan hati-hati. Ramon membungkuk dan berbisik dekat telinga Ganis. “Anggap saja ini mimpi terindah kita,” Ganis tersenyum kecil menyentuh pucuk hidung Ramon mesra. Ramon mengecup dahi Ganis kemudian duduk di seberang Ganis. “Mari kita makan. Kau pasti sudah lapar,” serunya. Dan benar saja perut Ganis langsung berb

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Mencintai Kakak Sahabatku   Pulang

    Setelah Sofia menelepon semua jadi tak menyenangkan. Ganis tak bisa menikmati jalan jalan ke desa tanpa membayangkan Sofia yang kini hancur. Ramon berusaha untuk mengajak Ganis melihat pemandangan di pantai tapi Ganis sudah tak berminat. "Kak kita pulang. Segera kakak temui kak Sofia. Aku tak ingin pernikahan kakak batal gara-gara aku. Ramon tak bisa membujuk Ganis lagi. Mau tak mau ia harus menghadapi kenyataan yang ada. Meninggalkan Ganis dan menikahi Sofia itulah takdirnya. itulah jalan yang benar. Ia melihat Ganis kini tampak tegar. Entah kenapa kini hatinyalah yang hancur. "Nis kukira kita bisa punya waktu sedikit lagi," ujarnya menatap Ganis muram."Sebanyak apapun kita tak akan cukup kak. Kita pulang sekarang atau kita akan terjebak menjadi penghianat cinta," kata Ganis tegas. Ramon meraih tangan Ganis erat. Ia mendesah berat."Nis kita kawin lari saja. Persetan dengan Sofia," ujar Ramon penuh emosi. "Aku tak pernah bisa berbahagia di atas penderitaan wanita lain kak. Ayolah

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26

Bab terbaru

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 120

    Seperti kilatan mimpi upacara pernikahan berlangsung singkat dan mengundang haru. Pestanya di halaman panti, tamunya semua anak panti dan juga penduduk sekitarnya. Bagi Ganis ini sudah lebih dari cukup. Ia sempat mengira Ramon akan memberikannya pesta bak miliarder di ballroom hotel dengan tamu ribuan mengingat status Ramon. Alih-alih pria itu memberinya pesta yang intimate dan membuatnya meneteskan air mata. Tak ada pendeta yang ada Ramon mengundang petugas catatan sipil untuk memberikan surat nikah untuk ditandatangani. Mungkin Ramon ingin menghormatinya karena dirinya secara identitas juga beragama islam. Tak sampai di situ karena di negara ini tak diizinkan ada pernikahan beda agama Ramon mengganti agamanya menjadi islam di atas kertas.Ganis tahu semua mata yang hadir mendoakan kebahagiaan mereka begitu tulus. Bu Panca berulang kali mengusap matanya dengan sapu tangan. Beberapa pegawai panti ikut terharu. Lain halnya para anak. Mereka menyanyikan lagu wedding penuh semangat denga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 119

    Setelah perjalanan yang lumayan membosankan terbang dari Barcelona ke Indonesia pagi itu Ganis sampai kembali di tanah air. Ia menghembuskan nafas dalam sambil menyeret kopernya menuju peron bandara. Kali ini ia akan benar-benar pulang. Setelah sekian lama merantau ke luar negeri.Ia tersenyum tatkala ia tak melihat seorang pun menjemputnya. Biasanya bibi Sunnah dan juga Givani yang akan menyambutnya. Ia tak tahu harus bersyukur atau tidak. Ternyata Ramon tak menjemputnya dan juga Givani. Mereka juga tak menghubunginya. Belum selesai rasa keheranannya tiba tiba seorang pria berbadan tegap menghampirinya"Anda harus ikut kami.Anda Ganis, bukan?" "Ya benar. Anda siapa kok saya harus menuruti anda?" tanya Ganis sama sekali tak bergeming dari posisinya."Saya suruhan pak Ramon," ucap pria itu membungkuk hormat dan meraih koper Ganis. Ganis mendesah pelan dan mengikuti kemana pria itu.Ganis tak banyak bertanya meskipun pria itu membawanya ke daerah yang sama sekali tak dikenalnya. Mungk

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 118

    Terdengar suara panggilan dari pengeras suara. Mereka harus segera naik pesawat. "Kita bisa menundanya besok," kata Ramon masih menggenggam tangan Ganis. Givani tersenyum jahil pada Ganis."Tak perlu Ayah. Salah sendiri kakak tiba-tiba mau ikut," serunya membuat Ganis tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipi Givani. "Ok. Aku bisa menyusul kalian besok. Aku juga harus membereskan pekerjaanku sekalian aku ingin ziarah ke makam bi Sunnah. Jadi sekarang berangkatlah anak centil," ucap Ganis gemas. "Ku tunggu Nis," ucap Ramon seolah begitu berat melepaskan tangan Ganis."Ayah, jangan lebay ah," decak Givani berjalan lebih dahulu. Mereka pun berciuman sebentar dan melambaikan tangan. Ramon segera di dorong oleh perawat dan Raffi.Hari itu setelah Ganis pamit pada rekan kerja dan atasannya ia mengunjungi makan bibi Sunnah dengan ditemani Shawn dan juga bibi Merry."Aku ingin memindahkan makamnya ke Indonesia sebenarnya," kata Ganis ketika mereka dalam perjalanan pulang."Kalau kau

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 117

    Ramon menatap muram cincin berlian di tangannya. Detik demi detik berlalu. "Ramon," suara Ganis akhirnya terdengar. Ramon melihat wajah Ganis yang tampak ragu. "Bagaimana Nis?" tanya pria itu kini semangatnya mulai mengendur. "Cincinnya sangat bagus dan aku senang kakak melamarku. Tapi untuk menikah aku butuh waktu lagi. Kau tahu pekerjaanku," seru Ganis tercekat. Hatinya kini sedang bergulat hebat. "Tak apa. Aku akan menunggu. 7 tahun masih ditambah lagi beberapa tahun juga tak apa. Asal pada akhirnya kau bersamaku. Tapi apakah Givani bisa menunggu dan memahaminya," ujar Ramon perlahan meraih tangan Ganis yang menggenggam erat sisi kemejanya. Ganis tak punya kekuatan untuk menarik tangannya dan menolak saat Ramon mengecup punggung tangannya dan menatapnya dalam. Dalam sekejap mata cincin berlian itu kini sudah melingkar indah di jarinya. Air mata Ganis luruh. Ramon segara menarik tubuhnya ke dalam pelukannya. "Kau milikku. Dari dulu Nis," bisik Ramon di telinga Ga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 16

    Ganis merasa cepat atau lambat memang ia harus segera memutuskan. "Aku akan pikirkan. Aku akan segera mandi. Waktunya untuk bekerja," seru Ganis kemudian dengan cepat mengancingkan baju Ramon. Ramon hanya mengangguk tak mau terlalu menekan Ganis. Saat Ganis selesai membersihkan diri rupanya Givani, Shawn dan juga bibi Merry sudah datang termasuk juga asisten Ramon. "Kak kata Ayah besok aku akan pulang. Aku juga harus sekolah. Kakak ikut kan? Sekarang sudah tidak ada lagi ibu," tukas Givani dengan wajah sedihnya. Ganis menjadi tak enak."Kakak tidak bisa untuk langsung berhenti bekerja sayang. Beri kakak waktu " seru Ganis sambil mengelus rambut putrinya. Ramon memandang Givani"Vani jangan desak ibumu," seru Ramon tegas. Givani pun mundur dan kembali ke dekat Ramon. Ia pun terdiam dan tak banyak bicara lagi. Suasana hangat menjadi sedikit tegang."Ayo kita sarapan di kantin. Biar Shawn membawa Ramon ke toilet dulu," kata bibi Merrymengajak Ganis dan juga Givani. Setelah sarapan

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 115

    Ciuman itu berlangsung pelan dan intens. Pikiran Ganis kosong Telapak tangan Ramon mengelus pinggang dan punggungnya pelan. Ganis tak bisa menutupi perasaannya lagi. Senikmat ini bersama dengan orang benar-benar dicintai. Saat keduanya tengah tenggelam saling menghisap dan melumat, sebuah suara langsung menghentikan mereka. "Astaga! Apa kalian sudah tak bisa menahannya sama sekali Pintu ini terbuka. Bagaimana kalau ada perawat masuk," seru Shawn yang harus kembali untuk mengambil tasnya yang tertinggal. Keduanya perlahan saling menjauhkan diri. Rasanya Ganis ingin menghilang saja saking malunya. Seperti perempuan tak berhati saja. "Kau kembali," ucap Ganis dengan risih. Ramon sendiri tampak santai dengan menyentuh bibirnya dengan jemarinya. Shawn menahan perasaannya untuk tidak menonjok kakaknya itu. "Ada yang ketinggalan. Nis apa kau sudah makan?" tawar Shawn yang sengaja mengajaknya karena ingin berbicara dengannya. "Belum. Ayo pergi makan," ajak Ganis buru-buru bera

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 114

    "Sebaiknya kau harus membiasakan diri dengan perawat. Aku tak bisa terus-terusan merawatmu. Aku juga harus bekerja. Aku masih pegawai magang. Jadi tak bisa sembarangan libur," ucap Ganis berusaha mengendalikan dirinya dengan melepas baju Ramon dengan cepat. Walhasil Ramon mengernyit kesakitan. Pergerakan sedikit saja sudah berefek pada otot kaki dan tangannya yang sedang di gips. "Kau mau menyiksaku!" ucap Ramon dengan wajah keras."Kau mengada-ngada. Pakai sendiri saja kalau bisa," seru Ganis menyodorkan pakaian ganti dan beranjak duduk di sofa sambil mulai menyalakan TV. Ramon tak bergeming sedikitpun. Malah dengan tangan kanannya yang sehat ia meraih ponselnya dan segera berbicara dengan bawahannya tentang semua pekerjaannya yang semuanya harus terbengkalai. Ramon menghubungi asistennya dan juga sekretarisnya Mara. Ia meminta Mara untuk mengatasi semua pekerjaannya selama ia belum bisa kembali ke Indonesia. Sementara asistennya Raffi ia perintahkan untuk segera terbang ke Spanyol

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 13

    Ganis pergi menuju bangsal dimana Ramon di rawat. Dengan kekayaannya sungguh Ramon tak membutuhkan dirinya. Ia hanya perlu memancing Ramon untuk mengusirnya sehingga ia bisa menghindar dari keharusan untuk menungguinya. Dengan begitu Givani tak lagi bisa menyudutkannya agar mau merawat Ramon.Sesampai di depan bangsal ia sedikit terpana melihat beberapa orang berjas hitam layaknya pengawal sedang mondar-mandir di dekat pintu kamar. Apakah orang orang ini adalah pengawal dan suruhan Ramon pikir Ganis memutuskan untuk segera masuk saja. Bayangan seorang pasien yang kesepian dan menyedihkan seperti bayangan Givani tak terjadi pada Ramon. Ganis melihat Ramon kini dikelilingi beberapa orang. Ganis tak asing dengan mereka.Mereka adalah Sir Ferguso beserta keluarganya. Perlahan Ganis mundur untuk berbalik. Tapi wanita cantik sang pengantin baru yang merupakan anak Sir Ferguso memergokinya."Hai, kau darimana? Bukankah kau seharusnya ada di samping kekasihmu saat ini?" ucap wanita itu denga

  • Mencintai Kakak Sahabatku   Bab 112

    Seorang dokter keluar dari ruang operasi. Shawn yang mewakili sebagai keluarga mengikuti dokter masuk ke ruangan dokter. Ganis yang baru saja tiba berusaha mencegah Givani untuk ikut masuk ke dalam ruangan. "Dia Ayahku. Aku juga berhak tahu keadaanya," sahut Givani tak bisa menahan perasaannya."Aku tahu kamu sangat menyayangi Ayah. Apa dokter akan mau menceritakan semuanya pada anak umur 7 tahun? tentu saja tidak. Meskipun mungkin kau cukup pintar. Tetap saja kau tak bisa menandatangi persetujuan atas tindakan dokter," seru Ganis kini menjadi tak sabar. Givani menghempaskan tubuhnya di sofa depan ruang ICU."Aku harap setelah ini kakak segera saja melanjutkan acara pernikahan kakak dengan Shawn," seru Givani dengan wajah tertekuk. "Bagaimana bisa kau mengatakan itu. Sementara bibi Sunnah baru saja meninggal," seru Ganis mengelus dada menahan emosinya. Ganis menatap wajah Givani yang mengeras. Ganis pun perlahan berjalan menuju ruang dokter. Ia tak ingin memperpanjang perdebatan l

DMCA.com Protection Status