Share

Pingsan

Via membuka mata dengan perlahan. Kepalanya terasa sakit, dan dia melihat adanya Rizal di sini. Membuat gadis cantik itu sangat terkejut.

"Aaahhh!" jerit Via.

Spontan Rizal terkejut dan menghampiri gadis cantik tersebut dan berkata, "Kenapa?"

"Ngapain Anda ada di kam–" Via tidak meneruskan ucapannya, karena dia melihat kamar yang berbeda dari miliknya.

Kamar ini sangat kecil. Bahkan, pintu kamar mandinya sangat buluk dimata Via. Sangat jauh berbeda dari miliknya.

"Ini kamar saya!" terang Rizal ketus sambil duduk di samping Via.

"Saya yakin pasti kamu mau macam-macam, 'kan? Membawa saya ke rumah buluk ini!" tuduh Via.

Rizal menggelengkan kepala, karena gadis cantik ini sangat sombong menghina kos-kosannya buluk.

"Kamu tidak tahu berterima kasih! Sudah saya selamatkan dari permen tadi!" kesal Rizal. Sebab, Via bukannya mengucapkan terima kasih malah menghina dia.

"Liat kepala kamu itu! Sudah saya obati!" kesal Rizal sambil bergegas bangun dari duduknya.

"Tunggu! Semua ini terjadi karena Anda ya! Sudah meninggalkan saya, saat di bengkel tadi!" teriak Via.

Rizal langsung cepat-cepat menutup mulut Via menggunakan kedua tangannya, karena takut ada yang mendengar suara gadis itu. Sebab, mereka tengah berdua di dalam kots.

"Bisa tidak suaramu dikecilkan sedikit! Bagaimana kalau ada yang mendengar? Mau kamu dinikahkan paksa oleh warga!" seru Rizal.

Via tidak menjawab, karena saat ini gadis itu tengah memandangi wajah Rizal yang terlihat sangat tampan bila dilihat dengan jarak dekat. Kemudian, gadis itu tersadar dan mundur agar jarak mereka sedikit jauh.

"Pasti Anda mau mengambil keperawanan saya,'kan. Karena itu membawa saya ke sini?" tuduh Via. Sebab, dia tidak ingin Rizal tahu kalau dirinya tengah mengagumi sang guru.

Di luar dugaan Rizal membalas, "Tidak sudi saya walaupun kamu masih perawan! Gunung kembarmu saja belum tumbuh betul. Tidak bernafsu saya!"

Via langsung menatap ke arah gunung kembarnya, terlihat sudah cukup besar seperti orang dewasa. Kemudian, dia menatap Rizal dengan tajam.

"Saya juga tidak sudi tidur sama Bapak, walaupun Anda ganteng. Apalagi Keris pusaka kamu kecil!" balas Via yang tak mau kalah dari Rizal.

Rizal langsung menatap gadis itu. Ingin rasanya dia memperlihatkan Kris miliknya yang besar dan tegak. Namun, ia ingat Via masih dibawah umur. Jadi, harus mengurungkan niatnya.

"Masih mau berlama-lama di sini? Kalau terjadi apa-apa padamu, saya tidak akan tanggung jawab!" ucap Rizal ketus dengan wajah datarnya.

Via menggelengkan kepala, karena tiba-tiba dia ingat video dewasa yang pernah dilihat bersama temannya. Seram saat membayangkan adegan tersebut.

Gadis cantik itu takut Rizal menidurinya dan ia bergegas bangun dari tempat tidur sang guru yang sangat keras.

Setelah itu, Rizal melihat keadaan luar dan sudah tidak ada orang lagi. Kemudian, membawa Via pergi dari kos-kosannya.

***

Pagi ini Rizal sedikit terlambat ke sekolah. Sebab, semalaman dia tidak bisa tidur terus-menerus memikirkan Via. Gadis itu terus saja mengusik pikiran dan hatinya setiap hari.

Padahal, Rizal sudah berusaha semaksimal mungkin untuk melupakan Via. Namun, setiap hari mereka bertemu membuat rasa cinta tumbuh. Walaupun dia dan gadis cantik dan imut itu selalu bertengkar.

Saat di parkiran, Rizal kembali bertemu dengan Via terlihat gadis itu baru juga tiba di sekolah.

"Pak Rizal. Tunggu!" panggil Via saat Rizal cepat-cepat pergi saat melihat dirinya.

Namun, pria itu sama sekali tidak mau berhenti dan terus berjalan. Via mengejar sang guru, karena ingin meledak Rizal yang datang terlambat sama seperti dirinya.

"Tunggu Pak!" Via menarik tangan Rizal, membuat pria itu menghentikan langkah dan menoleh.

"Mau apa?! Saya sudah terlambat?" tanya Rizal ketus sambil menatap Via dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Via tertawa lepas, karena ini kali pertama Rizal terlambat selama dia ada di sekolah ini. "Ternyata Khairul Rizal bisa terlambat juga," ledek Via.

Rizal menghempaskan tangan Via, kemudian bergegas pergi dari sana tanpa mengatakan apapun. Tiba-tiba saja pria itu menghentikan langkah, dan kembali menarik tangan sang murid.

"Lepas Pak! Saya bisa jalan sendiri!" teriak Via.

"Kamu mau meninggalkan pelajaran pagi ini?!" sahut Rizal ketus sambil terus berjalan dengan cepat, membuat Via kesulitan mengikuti langkah sang guru.

Namun, Rizal tiba-tiba menghentikan langkah saat mereka berada di lapangan sekolah. Hal itu membuat Via memeluk sang guru dengan spontan.

"Kenapa sih Pak berhenti? Cari-cari kesempatan aja! Biar kita berpelukan!" kesal Via.

"Pagi Pak Edwin," sapa Rizal. Via membulatkan mata dengan sempurna dan melihat ada kepala sekolah di hadapan sang guru.

"Pagi Pak Rizal, kalian berdua kompak sekali baru sampai?" sahut Pak Edwin rama.

Rizal menjelaskan kalau dia tidak sengaja datang bersamaan dengan Via, kemudian berpamitan melanjutkan kembali perjalanan mereka menuju kesal, dan bergandengan tangan dengan gadis cantik tersebut.

Ya Tuhan, rasanya seperti mimpi di atas awan bisa bergandengan tangan seperti ini dengan pria pujaan. Pikir Via.

"Hey! Pakaian melamun segala, kita sudah sampai. Lepaskan tanganmu!" bentak Rizal.

Spontan Via langsung melepaskan tangannya, kemudian menatap Rizal dengan kesal. Karena sudah mengganggu lamunannya.

"Dasar guru galak gila!" kesal Via. Namun, Rizal tidak menjawab dan pergi dari sana menuju ruang guru.

***

Seminggu kemudian …

Tepat di hari Senin ini, semua murid dan para guru berkumpul di lapangan sekolah untuk melaksanakan upacara bendera merah putih.

Rizal terus memperhatikan wajah Via yang terlihat sangat pucat. Bahkan, gadis cantik itu memegang kepalanya dan terjatuh. Spontan membuat Rizal langsung berlari menghampiri sang murid.

"Via, kamu kenapa?" tanya Yulia, sahabat baik Via.

"Minggir semuanya! Biar saya bawa Via ke UKS," ucap Rizal sambil menggendong tubuh Via menuju UKS.

Semua murid Rizal heran melihat pemandangan langkah itu. Sebab, biasanya, sang guru dan Via terus-menerus bertengkar, tidak pernah akur.

Namun, Rizal kali ini terlihat sangat cemas saat Via pingsan. Semua anak murid dan para guru yang lain kembali melaksanakan upacara.

Sedangkan Rizal, menemani Via yang tengah diperiksa oleh bidan yang dipanggil oleh pria itu.

"Via tidak apa-apa. Pak, dia sedang datang bulan. Mungkin, karena itu kelelahan dan pingsan," terang bidan tersebut.

"Datang bulan?" tanya Rizal.

Bidan tersebut menjelaskan kalau Via datang. Karena rok mini gadis itu ada bercak darah.

Setelah bidan itu pergi, Rizal membuka kemeja yang dipakai untuk menutupi rok sang murid.

"Via, pasti pusing karena dia fobia darah. Sebab itu ia pingsan," gumam Rizal pelan.

Rizal tidak meninggalkan Via, karena dia sangat cemas akan keadaan gadis cantik itu. Apalagi sampai saat ini sang murid belum sadarkan diri. Padahal, bidan sudah memberikan suntikan vitamin.

Pada saat itu juga Rizal bangun dan tangannya ditarik oleh Via, membuat pria itu terjatuh dan menimpa tubuh sang murid.

"Pak Rizal! Via!" teriak para murid yang baru saja tiba.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status