"Ngelak tapi kok terbata-bata begitu sih, Kak Kenzo? Jangan-jangan apa yang Mama tebak benar adanya kalau Kak Kenzo suka sama Naura?" goda Khanza sambil menyikut pinggang saudara kembarnya itu. Dia yakin kalau jawaban Kenzo tadi tidak sesuai dengan kenyataan.
"Papa pernah muda dan pernah merasakan yang namanya jatuh cinta sebelum menikah dengan mamamu. Dari gerak-gerik kamu ini sepertinya kamu memang mempunyai perasaan khusus untuk Naura," ucap Ali yang malah mendukung komentar Khanza tadi dan semakin membuat Kenzo terpojok serta kebingungan mau merespon dengan cara apa agar orangtuanya percaya dengan elakannya."Ayo mengaku saja, Kak! Kakak mencintai Naura, 'kan?" tekan Khanza lagi semakin menggoda."Tidak! Aku tidak suka padanya, kalian jangan menggodaku seperti ini! Yang Naura sukai itu Ihsan, mana mungkin aku mencintai wanita yang menyukai sahabatku sendiri? Lagipula Naura juga sudah aku anggap seperti adik sendiri, jadi akan sangat mustahil kalau aku menyukainya," Kenzo mengatakannya dengan cepat kemudian dia cemberut, dia benar-benar kesal sekarang karena terus dipojokkan. Bisa-bisa apa yang selama ini dia sembunyikan dari kedua orangtunya terbongkar kalau terus didesak oleh mereka."Lah, kok malah marah sih?" Khanza tertawa melihat raut wajah tidak bersahabat saudaranya. "Kak Kenzo, di dunia ini tidak ada yang mustahil, lagipula Naura itu bukan adik kandung kamu sehingga tidak salah kalau seandainya kamu punya perasaan lebih untuknya, tetapi karena tadi Kakak bilang kalau Naura menyukai Dokter Ihsan, aku jadi bisa memaklumi kalau Kakak tidak menyukainya karena mungkin Kak Kenzo tidak mau menjadi laki-laki perusak hubungan orang," kata Khanza panjang lebar sambil mengangguk-anggukkan kepala pelan seolah apa yang dia katakan tadi sangatlah keren."Papa dulu juga menganggap mamamu seperti adik sendiri, eh tau-taunya papa malau jatuh cinta sama mamamu ini sampai akhirnya menikah dan punya bonus tiga anak." Ali tertawa sambil merangkul bahu istrinya dan mencium pelipis sang istri dengan penuh cinta. "Padahal papa pengen nambah buntut lagi, tetapi mama menolak kembali punya bayi," katanya dengan ekspresi wajah sedih."Anak-anak sudah besar, Sayang. Lebih cocok kalau kita punya cucu daripada punya anak lagi." Arumi mencubit gemas perut suaminya yang seperti tidak punya lemak karena begitu keras dan berbentuk indah."Nah, kalau gitu minta Khanza untuk segera menikah karena dia sudah cukup umur untuk menikah dan punya anak." Kenzo seperti menggunakan kesempatan itu untuk memojokkan kembarannya."Adik kamu belum ketemu sama jodohnya," kata Ali lembut."Betul banget papa, jodohku mungkin lagi otw dan entah kapan sampainya tidak tahu." Khanza tertawa canggung. "Em, misal Kak Kenzo atau Papa dan Mama punya kenalan seorang laki-laki muda dan masih lajang dan baik secara agama juga nasab boleh kok dijodohin sama aku," kata Khanza sungguh-sungguh, toh tidak akan jadi masalah jika dia menikah di usianya yang sekarang."Boleh-boleh, nanti misal dapat calon mantu yang cocok langsung kami kenalkan sama kamu, Nak." Ali tentu saja senang kalau putrinya mau dijodohkan walau dirinya sendiri belum tahu siapa yang akan dijodohkan dengan putrinya.***"Kak Ihsan romantis banget sih kemarin, aaa ... jadi makin suka sama dia," teriak Naura dari dalam kamar.Untung saja kamarnya kedap suara sehingga teriakannya tidak akan mengganggu penghuni rumah yang lain.Naura menelungkupkan wajah di bantal sambil menghentak-hentakkan kakinya saking salah tingkahnya dia sekarang."Rasanya aku pengen banget cepat dilamar sama Kak Ihsan supaya hubungan kita jadi halal." Naura senyum-senyum sendiri, benar-benar sudah seperti orang gila sekarang.Dia kemudian mengambil ponsel miliknya dari nakas kemudian mencari kontak Kenzo untuk berbagi kebahagiaan dengannya. Namun, dia sudah beberapakali menghubungi nomor Kenzo, nomor ponsel pria itu malah tidak aktif, bahkan kesan yang dia kirim belum terbaca.Naura yang awalnya sangat ceria mendadak jadi murung karena Kenzo. "Kak Kenzo lagi ngapain sih sampai-sampai nomornya tidak aktif begini? Apa mungkin dia lagi sibuk kerja ya?" gumamnya sambil menjatuhkan diri di ranjang kamarnya. "Sepi banget di rumah karena Nathan juga pergi ke rumah Kak Kenzo, apa aku pergi saja ke sana ya?" monolognya lagi sambil menimang-nimang apakah dia akan pergi atau tidak."Kalau nanti Kak Kenzo tanya kenapa aku datang ke sana, aku tinggal bilang mau jemput Nathan kan bisa," gumamnya lagi sambil terenyum lebar.Naura kemudian buru-buru beranjak bangun dari rebahannya lalu pergi ke kamar mandi untuk sekadar mencuci muka karena dia sudah mandi. Naura keluar dari sana tidak lama dan langsung ganti baju serta memoles wajah dengan make up tipis kemudian dia mengambil tas juga kunci mobil karena di benar-benar akan pergi ke rumah Kenzo sekarang."Semoga saja di sana tidak terlalu ramai," katanya yang sudah mengemudikan mobil melaju menuju rumah Kenzo.Naura berharap rumah Kenzo tidak ramai karena dia pasti malu seandainya tiba-tiba datang ke sana dan bertemu dengan banyak orang yang pasti semua perhatian akan langsung berpusat padanya."Eh, tapi tidak biasanya nomor Kak Kenzo tidak aktif. Apa jangan-jangan Kak Kenzo lagi sakit?" Naura mendadak khawatir dengan pria itu.Sebelum sampai di rumah Kenzo, dia menyempatkan mampir ke toko buah dan memberi parsel sebagai buah tangan nanti."Eh, tapi kenapa tiba-tiba aku malah jadi perhatian sama Kak Kenzo sih?" Naura bingung dengan dirinya sendiri.Naura mengatur napas sampai dirinya merasa tenang setelah mobil terparkir di halaman rumah Kenzo. Dia lalu turun dan berjalan pelan menuju pintu utama, menekan bel sampai akhirnya seorang pelayan membuka pintu itu."Eh, ternyata Non Naura," ucap pelayan itu ramah karena sudah cukup mengenal Naura. "Hehe iya, Bi. Kak Kenzo ada di rumah tidak, Bi?" tanyanya pada pelayan itu."Ada, Non. Tuan Muda sedang bersama keluarganya. Mari masuk!" ajak si pelayan dengan sopan.Naura mengangguk kemudian masuk dengan berjalan di belakang pelayan itu. Dia lalu duduk di sofa ruang tamu setelah pelayan mempersilakan."Non Naura tunggu di sini dulu ya, saya panggilan Nyonya dan Tuan Muda!""Iya, Bi. Silakan!" Naura mengangguk dan tersenyum ramah, entah kenapa jantungnya berdetak lebih kencang sekarang. Samar-samar dia mendengar suara berisik dari ruangan lain yang tidak jauh dari ruang tamu.Suara ramai dari ruang sebelah membuat Naura yakin kalau di rumah itu sedang banyak orang sekarang dan entah kena
"Cicin ini sangat cantik dan cocok disematkan di jari manis Naura, aku sangat harap malam ini berjalan sesuai dengan rencana." Kenzo mengulas senyum tampan yang jarang dia perlihatkan kepada orang lain. Dia sangat menantikan hari ini karena telah menetapkan hati untuk menyatakan cinta kepada anak dari sahabat orangtunya. Seorang gadis yang sudah menarik perhatiannya sejak mereka masih berusia belasan.Kenzo berdiri di depan cermin rias di kamarnya lalu merapikan rambut cepaknya yang sebenarnya sudah sangat rapi. Namun, dia harus tetap memastikan penampilannya rapi dan sempurna karena hari ini akan menjadi hari yang sangat spesial untuknya. Kenzo kemudian menyambar kunci mobil miliknya dari tempat gantungan kunci lalu keluar dari kamar dan berjalan cepat keluar rumah karena dia akan pergi ke restoran tempatnya membuat janji dengan Naura hari ini.Kenzo segera masuk ke mobil dan mengendarainya dengan kecepatan sedang menuju restoran. Tidak butuh waktu lama dia sampai juga di restoran dan
"Naura, kenapa kamu malah melamun?" Kenzo menepuk bahu Naura pelan sekali.Tepukan di bahunya membuat lamunan Naura tentang kejadian pada masa lalu buyar seketika. Dia tersenyum canggung dan merasa bersalah karena malah asik melamun sementara Kenzo menunggu jawabannya.Setelah mendengar Naura berkata kalau Ihsan pernah menyatakan menyukainya. Kenzo termenung beberapa saat dan merasakan rasa sakit yang teramat luar biasa di dalam hatinya. Dia masih sangat tidak menyangka kalau kedekatan mereka selama ini tidak membuat Naura jatuh hati padanya.Kenzo memegang dadanya untuk menahan sesak. Kepalanya menengadah menatap langit-langit restoran dan menahan rasa sakit di hatinya. Dia mengatur napas agar kembali tenang seperti sebelumnya. "Maaf Kak Kenzo, aku tadi hanya sedang mengingat-ingat tentang Kak Ihsan." Naura tersenyum tanpa tahu kalau senyumannya saat itu membuat hati Kenzo terluka. Naura lalu menceritakan semua yang dia ingat kepada Kenzo tanpa dilebih-lebihkan.Hati Kenzo semakin sa
"Tidak semudah itu aku melupakannya karena aku sudah suka padanya ketika kami masih berusia belasan tahun." "Yang benar saja, Kak?" Mata Naura membulat, dia berpikir jika Kenzo terlalu lama mencintai wanita itu. Akhirnya, dia pun hanya bisa mengusap pelan lengan Kenzo karena merasa prihatin."Tapi memang begitu faktanya, aku saja masih bingung kenapa bisa jatuh cinta padanya." Kenzo tersenyum masam."Ya Allah, padahal Kak Kenzo itu tampan dan mapan. Profesi bagus padahal baru satu tahun terjun langsung menjadi dokter. Apa mungkin wanita itu bodoh sampai tidak menyadari kalau Kak Kenzo mencintainya?" Naura sangat geram.Kenzo malah terkekeh geli, bisa-bisa Naura mengatai dirinya sendiri begitu. Namun, ya ... wajar saja karena Naura tidak tahu kalau yang sedang mereka bicarakan itu dirinya sendiri."Seandainya wanita yang aku cintai adalah kamu bagaimana, Naura?" Kenzo menatap lekat mata Naura."Itu tidak mungkin akan terjadi, Kak. Berandai-andai saja aku tidak bisa, selama ini aku meng
Kenzo terus mengikuti mobil Ihsan yang ternyata berhenti di sebuah restoran yang tidak jauh dari rumah Naura. Kenzo pun mengajak Nathan masuk dan duduk di pojok agar tidak ketahuan oleh Naura."Mereka duduk di pojok kiri sana." Kenzo memberitahu Nathan."Apa enaknya duduk di pojokan? Membuat orang curiga saja," komentar Nathan yang sebenarnya sama sekali tidak tertarik untuk berkomentar."Karena kalau dipojok itu sangat nyaman," jawab Kenzo dengan senyum simpul."Apa yang Kak Ihsan lakukan pada kakakku?" tanya Nathan ketika melihat Ihsan mendekatkan tubuhnya pada Naura."Aku juga tidak tahu." Kenzo menggeleng, hatinya terasa panas dan matanya tidak kuat lagi melihat keromantisan dua orang itu. Terlebih dia bisa melihat wajah Naura yang memerah karena perlukan romantis Ihsan. "Ayo pulang saja, Nat!" ajak Kenzo yang tidak ingin melihat kemesraan mereka lagi.Nathan mengangguk patuh dan mereka pun keluar dari restoran itu langsung menuju mobil. Lalu setelah sampai di parkiran, mereka lan
"Aku nggak mengada-ada kok, tadi pas aku masuk ke kamar Kak Kenzo, Kakak tuh lagi sedih, Pa, Ma. Kak Kenzo sudah seperti orang yang baru saja putus cinta." Khanza ini memang benar-benar tidak bisa menjaga rahasia, padahal Kenzo sudah sekuat tenaga menyembunyikan kesedihannya sekarang."Bohong, Pa, Ma. Orang tadi Khanza masuk ke kamar Kenzo setelah Kenzo selesai mandi kok. Lagipula putus cinta dari mana coba? Punya gebetan aja enggak," elak Kenzo langsung, jangan sampai orangtunya itu curiga karena perkataan adik kembarnya."Yang ada Kak Kenzo yang bohong!" seru Khanza kekeh pada pendapatnya."Enggak, Sayang. Ya Allah." Kenzo memiting leher adiknya sampai adiknya itu meronta-ronta minta dilepas."Lepasin aku, Kak! Aku nggak bisa napas!" rengek Khanza dengan mata berkaca-kaca."Kenzo, jangan seperti itu, Nak! Kasihan adik kamu." Arumi memberi peringatan, kasihan melihat wajah putrinya memerah karena ulah Kenzo."Maaf, Ma." Kenzo akhirnya membebaskan Khanza yang langsung kabur dari ruanga
Naura mengatur napas sampai dirinya merasa tenang setelah mobil terparkir di halaman rumah Kenzo. Dia lalu turun dan berjalan pelan menuju pintu utama, menekan bel sampai akhirnya seorang pelayan membuka pintu itu."Eh, ternyata Non Naura," ucap pelayan itu ramah karena sudah cukup mengenal Naura. "Hehe iya, Bi. Kak Kenzo ada di rumah tidak, Bi?" tanyanya pada pelayan itu."Ada, Non. Tuan Muda sedang bersama keluarganya. Mari masuk!" ajak si pelayan dengan sopan.Naura mengangguk kemudian masuk dengan berjalan di belakang pelayan itu. Dia lalu duduk di sofa ruang tamu setelah pelayan mempersilakan."Non Naura tunggu di sini dulu ya, saya panggilan Nyonya dan Tuan Muda!""Iya, Bi. Silakan!" Naura mengangguk dan tersenyum ramah, entah kenapa jantungnya berdetak lebih kencang sekarang. Samar-samar dia mendengar suara berisik dari ruangan lain yang tidak jauh dari ruang tamu.Suara ramai dari ruang sebelah membuat Naura yakin kalau di rumah itu sedang banyak orang sekarang dan entah kena
"Ngelak tapi kok terbata-bata begitu sih, Kak Kenzo? Jangan-jangan apa yang Mama tebak benar adanya kalau Kak Kenzo suka sama Naura?" goda Khanza sambil menyikut pinggang saudara kembarnya itu. Dia yakin kalau jawaban Kenzo tadi tidak sesuai dengan kenyataan."Papa pernah muda dan pernah merasakan yang namanya jatuh cinta sebelum menikah dengan mamamu. Dari gerak-gerik kamu ini sepertinya kamu memang mempunyai perasaan khusus untuk Naura," ucap Ali yang malah mendukung komentar Khanza tadi dan semakin membuat Kenzo terpojok serta kebingungan mau merespon dengan cara apa agar orangtuanya percaya dengan elakannya."Ayo mengaku saja, Kak! Kakak mencintai Naura, 'kan?" tekan Khanza lagi semakin menggoda."Tidak! Aku tidak suka padanya, kalian jangan menggodaku seperti ini! Yang Naura sukai itu Ihsan, mana mungkin aku mencintai wanita yang menyukai sahabatku sendiri? Lagipula Naura juga sudah aku anggap seperti adik sendiri, jadi akan sangat mustahil kalau aku menyukainya," Kenzo mengataka
"Aku nggak mengada-ada kok, tadi pas aku masuk ke kamar Kak Kenzo, Kakak tuh lagi sedih, Pa, Ma. Kak Kenzo sudah seperti orang yang baru saja putus cinta." Khanza ini memang benar-benar tidak bisa menjaga rahasia, padahal Kenzo sudah sekuat tenaga menyembunyikan kesedihannya sekarang."Bohong, Pa, Ma. Orang tadi Khanza masuk ke kamar Kenzo setelah Kenzo selesai mandi kok. Lagipula putus cinta dari mana coba? Punya gebetan aja enggak," elak Kenzo langsung, jangan sampai orangtunya itu curiga karena perkataan adik kembarnya."Yang ada Kak Kenzo yang bohong!" seru Khanza kekeh pada pendapatnya."Enggak, Sayang. Ya Allah." Kenzo memiting leher adiknya sampai adiknya itu meronta-ronta minta dilepas."Lepasin aku, Kak! Aku nggak bisa napas!" rengek Khanza dengan mata berkaca-kaca."Kenzo, jangan seperti itu, Nak! Kasihan adik kamu." Arumi memberi peringatan, kasihan melihat wajah putrinya memerah karena ulah Kenzo."Maaf, Ma." Kenzo akhirnya membebaskan Khanza yang langsung kabur dari ruanga
Kenzo terus mengikuti mobil Ihsan yang ternyata berhenti di sebuah restoran yang tidak jauh dari rumah Naura. Kenzo pun mengajak Nathan masuk dan duduk di pojok agar tidak ketahuan oleh Naura."Mereka duduk di pojok kiri sana." Kenzo memberitahu Nathan."Apa enaknya duduk di pojokan? Membuat orang curiga saja," komentar Nathan yang sebenarnya sama sekali tidak tertarik untuk berkomentar."Karena kalau dipojok itu sangat nyaman," jawab Kenzo dengan senyum simpul."Apa yang Kak Ihsan lakukan pada kakakku?" tanya Nathan ketika melihat Ihsan mendekatkan tubuhnya pada Naura."Aku juga tidak tahu." Kenzo menggeleng, hatinya terasa panas dan matanya tidak kuat lagi melihat keromantisan dua orang itu. Terlebih dia bisa melihat wajah Naura yang memerah karena perlukan romantis Ihsan. "Ayo pulang saja, Nat!" ajak Kenzo yang tidak ingin melihat kemesraan mereka lagi.Nathan mengangguk patuh dan mereka pun keluar dari restoran itu langsung menuju mobil. Lalu setelah sampai di parkiran, mereka lan
"Tidak semudah itu aku melupakannya karena aku sudah suka padanya ketika kami masih berusia belasan tahun." "Yang benar saja, Kak?" Mata Naura membulat, dia berpikir jika Kenzo terlalu lama mencintai wanita itu. Akhirnya, dia pun hanya bisa mengusap pelan lengan Kenzo karena merasa prihatin."Tapi memang begitu faktanya, aku saja masih bingung kenapa bisa jatuh cinta padanya." Kenzo tersenyum masam."Ya Allah, padahal Kak Kenzo itu tampan dan mapan. Profesi bagus padahal baru satu tahun terjun langsung menjadi dokter. Apa mungkin wanita itu bodoh sampai tidak menyadari kalau Kak Kenzo mencintainya?" Naura sangat geram.Kenzo malah terkekeh geli, bisa-bisa Naura mengatai dirinya sendiri begitu. Namun, ya ... wajar saja karena Naura tidak tahu kalau yang sedang mereka bicarakan itu dirinya sendiri."Seandainya wanita yang aku cintai adalah kamu bagaimana, Naura?" Kenzo menatap lekat mata Naura."Itu tidak mungkin akan terjadi, Kak. Berandai-andai saja aku tidak bisa, selama ini aku meng
"Naura, kenapa kamu malah melamun?" Kenzo menepuk bahu Naura pelan sekali.Tepukan di bahunya membuat lamunan Naura tentang kejadian pada masa lalu buyar seketika. Dia tersenyum canggung dan merasa bersalah karena malah asik melamun sementara Kenzo menunggu jawabannya.Setelah mendengar Naura berkata kalau Ihsan pernah menyatakan menyukainya. Kenzo termenung beberapa saat dan merasakan rasa sakit yang teramat luar biasa di dalam hatinya. Dia masih sangat tidak menyangka kalau kedekatan mereka selama ini tidak membuat Naura jatuh hati padanya.Kenzo memegang dadanya untuk menahan sesak. Kepalanya menengadah menatap langit-langit restoran dan menahan rasa sakit di hatinya. Dia mengatur napas agar kembali tenang seperti sebelumnya. "Maaf Kak Kenzo, aku tadi hanya sedang mengingat-ingat tentang Kak Ihsan." Naura tersenyum tanpa tahu kalau senyumannya saat itu membuat hati Kenzo terluka. Naura lalu menceritakan semua yang dia ingat kepada Kenzo tanpa dilebih-lebihkan.Hati Kenzo semakin sa
"Cicin ini sangat cantik dan cocok disematkan di jari manis Naura, aku sangat harap malam ini berjalan sesuai dengan rencana." Kenzo mengulas senyum tampan yang jarang dia perlihatkan kepada orang lain. Dia sangat menantikan hari ini karena telah menetapkan hati untuk menyatakan cinta kepada anak dari sahabat orangtunya. Seorang gadis yang sudah menarik perhatiannya sejak mereka masih berusia belasan.Kenzo berdiri di depan cermin rias di kamarnya lalu merapikan rambut cepaknya yang sebenarnya sudah sangat rapi. Namun, dia harus tetap memastikan penampilannya rapi dan sempurna karena hari ini akan menjadi hari yang sangat spesial untuknya. Kenzo kemudian menyambar kunci mobil miliknya dari tempat gantungan kunci lalu keluar dari kamar dan berjalan cepat keluar rumah karena dia akan pergi ke restoran tempatnya membuat janji dengan Naura hari ini.Kenzo segera masuk ke mobil dan mengendarainya dengan kecepatan sedang menuju restoran. Tidak butuh waktu lama dia sampai juga di restoran dan