Seminggu berselang, acara pernikahan Fani dan Tiyan akhirnya dilangsungkan. Kini Fani sah secara hukum dan negara berstatus sebagai istri dari Septiyan Suseno. Acara digelar dari pagi hingga sore hari. Fani tampak cantik menggunakan kebaya brukat bewarna putih dengan hiasan sanggul dan mahkota siger di kepalanya. Septiyan juga sudah disulap menjadi lebih bersih dan gagah. Wajahnya segar dan kulit coklatnya membuat Tiyan lebih terlihat seksi. Fani masih malu-malu memandang wajah suaminya." De, jangan liatin aku begitu, bisa pingsan Mas mu ini De," goda Tiyan sambil berbisik di telinga Fani."Siapa yang liatin Mas? GR aja ih!" sahut Fani sambil mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan warna merah di kedua pipinya. Semua tamu hadir ikut berbahagia, memberikan doa dan selamat. Hingga tak terasa adzan magrib berkumandang. Fani telah selesai bersih-bersih begitu juga Tiyan. Mereka melaksanakan sholat magrib berjamaah. Dikecupnya kening Fani lembut setelah selesai sholat."Mau Mas gend
"De, Mas berangkat dulu ya," pamit Tiyan pada Fani istrinya."Iya Mas, hati-hati di jalan, cepat pulang," ucap Fani sambil mencium punggung tangan suaminya dan memberikan senyuman serta kecupan di pipi Tiyan."Mmmm...apa Mas izin dulu saja hari ini yaa, kayaknya mau pacaran aja sama kamu De?" goda Tiyan yang tiba-tiba berhenti memakai jaketnya."Eehh...eehh, jangan. Mas, nanti Pade Warmo ngambek kalau Mas izin.""Padahal aku masih mau pacaran lho De," ucap Tiyan sambil manyun."Pacarannya pulang kerja aja ya."Fani mengedipkan mata untuk suaminya."Cium dulu kalau gitu." Tiyan memajukan bibirnya.CuupFani mengecup pipi suaminya."Bukan yang itu sayaang, tapi yang ini." Tiyan memonyongkan bibirnya."Aaiihh...malu aahh Mas, semalamkan sudah." Fani tersipu malu, setelah menikah dua bulan, baru semalam menyambut ciuman bibir suaminya. Sebelumnya hanya pelukan dan ciuman di pipi. Beruntungnya Fani mendapatkan suami seperti Septiyan yang dengan sabar dan ikhlas mendampingi Fani, tanpa memak
Selamat membaca.Fani sudah menggelung handuk di kepalanya, wajahnya kelihatan segar dan bersih. Fani memang tidak cantik, namun wajahnya sangat manis dengan kulit sawo matangnya, dan itu salah satu yang membuat Tiyan tergila-gila pada Fani istrinya. Sebelum keluar kamar mandi, Fani sudah terlebih dahulu menggunakan pakaiannya di dalam kamar mandi. Selalu seperti itu setiap hari, jika suaminya masih berada di rumah. Fani tidak ingin menyiksa suaminya dengan tampilan tubuhnya yang menggoda. Tiyan yang sedang merapikan ranjangnya, tersenyum memperhatikan istrinya yang sangat indah di pandang matanya. Tiyan mendekati Fani yang sedang mengoleskan lotion dan minyak kayu putih di seluruh tubuhnya. Tiyan sangat hapal kebiasaan istrinya yang selalu mengoles minyak kayu putih di seluruh tubuhnya sehabis mandi. Wangi yang sangat disukai Tiyan."Cantik banget sih istri, Mas," puji Tiyan sambil memeluk pinggang Fani dari belakang."Makasih sayang," ucap Fani malu-malu."Emang mau ke mana sayang
Suara vespa Tiyan memasuki pekarangan rumah. Fani berusaha menahan degub dadanya, berusaha biasa saja, dia akan memberikan kejutan untuk suaminya."Assalamualaikum," salam Tiyan yang disambut Fani dengan senyuman manis."Wa'alaykumussalam suamiku," jawab Fani sembari mencium punggung tangan suaminya."Mas sudah makan?" tanya Fani lembut. "Mmm..belum De, tadi baru ngemil aja sore, Mas mandi dulu ya," pamit Tiyan lalu mengecup kening Fani. Fani mengangguk dan cepat menyiapkan makanan untuk suaminya.Hari ini Fani memasak sambal goreng udang dan sayur bening bayam, tak lupa bakwan goreng serta krupuk yang wajib berada di meja makan minimalisnya. Tiyan keluar kamar dengan menggunakan kaos oblong bewarna hijau dengan boxer sebetis. Rambutnya basah, wajahnya segar, Fani memandang takjub lelaki yang dia cintai ini. Wangi sampo khas lelaki menyeruak indera penciuman Fani."Sayaang, kok bengong?" tanya Tiyan memperhatikan Fani yang terpaku."Ehh, ngga kok Mas, ayo makan dulu Mas." Fani tersad
Fani sedang membuatkan sarapan untuk suaminya tercinta. Rambutnya basah tergerai, baju kaos kebesaran dengan celana pendek sepaha serta apron bergambar hello kitty, menemaninya di dapur pagi ini. Terlalu fokus memasak, Fani tak menyadari kehadiran Tiyan di belakangnya. Lengan Tiyan memeluk pinggul Fani."Astaghfirulloh,kaget Ade Mas!" Fani terpekik sambil mengurut dadanya."Masak apa sih sayang? Sampe ga tau ada suami di dekatnya?" bisik Tiyan mesra.Fani berbalik, menatap senang wajah suaminya yang segar habis mandi."Masak nasi digoreng, Masku," jawab Fani sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu berbalik lagi mengaduk nasi dipenggorengan."Seksi banget sih lagi masaknya, Mas jadi... pengen lagi," bisiknya sambil mengecup pundak istrinya, tangannya sudah melancong ke tubuh bagian atas istrinya. Fani hanya mendesah pasrah, alu mematikan kompor dengan kesadaran yang sudah setengah ambyar.Panci, telenan, kompor dan penghuni dapur lainnya menjadi saksi betapa panasnya udara pagi ini, m
Munos berkeringat dingin, semakin dia yakin bahwa Fani yang dia cari adalah Fani yang dibicarakan Pade Warmo. Tapi dia harus memastikannya."Ehh, kita jadi membicarakan istri orang jadinya, maafin saya Pak," ucap Munos berpura-pura sungkan."Ga papa, Pak, saya maklumin, bapak lagi kangen sama istri di Jakarta ya?" tanya Pakde Warmo."Ehh..iya, Pak," jawab Munos kikuk.Di pusat perbelanjaan kota Malang, Tiyan mengajak Fani masuk ke area pakaian dalam wanita."Mas, mau ngapain ke sini?"tanya Fani heran."Pakaian dalam Ade masih bagus semua Mas, masih baru lagi," lanjut Fani."Mulai sekarang Mas mau kamu tidur pake baju tidur kayak kemarin, apa namanya yaa...itu yang seksi menerawang ada rendanya." Mata Tiyan membayangkan tubuh Fani yang memakainya."Maksud Mas, Ade tidurnya pake lingerie?" mata Fani melotot tak percaya.Tiyan mengangguk pasti."Mbak, carikan lingerie yang seksi yang paling bagus." pinta Tiyan pada pelayan toko.Pelayan toko memberikan empat set lingerie bewarna ungu, hi
Sepulang dari menguntit kediaman Fani dan Tiyan, Munos tak bisa memejamkan mata, pikirannya melayang, mengingat kembali wajah manis Fani yang berbalut hijab, tubuh mantan istrinya itu terlihat lebih berisi dan lebih segar."Ah, kenapa gue jadi kepikiran Fani terus, ck, seandainya waktu bisa diulang, gue pasti udah punya anak kembar yang lucu-lucu, dan bundanya yang semok begitu, Ya...nasib, apa bisa dia jadi milik gue lagi?""Waduh, baru begini doang ponakan gue udah puyeng, lhaa...lhaaa..." Mata Munos terbelalak, menatap ke arah pukul enam, sudah hampir setahun ponakannya tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tapi baru kepikiran wajah Fani aja, ponakan langsung tersadar dari mati surinya."Alhamdulillah ya Allah akhirnya," ucap Munos penuh sukur diikuti dengan senyum gembira."Baiklah, besok gue uji coba," gumam Munos dengan senyum mesumnya.Dua hari berlalu, Munos belum sempat melakukan test drive untuk ponakannya. Pembangunan kos-kosan membuat waktunya banyak tersita. Tiyan jug
Fani mengurung diri dalam kamar, semua pintu di dalam rumah dikunci, Fani menggigil ketakutan. Wajah bengis Munos kala menyiksanya di ranjang, wajah Munos saat mendorongnya hingga jatuh berguling, semua hadir lagi di kepalanya. Fani menangis tersedu dan tak ada seorang pun menenangkannya, Tiyan suaminya masih di lokasi proyek, tempat di mana Munos juga berada. Fani melupakan suatu hal, nama Munos adalah Munos Karim."Kenapa kamu harus hadir lagi di hidup aku, malah begitu dekat, kenapa ya Allah? " isaknya, hingga waktu menjelang sore.Tiyan beberapa kali menelepon Fani, namun ia abaikan. Melihat ponselnya berdering pun, Fani takut, Munoslah yang menghubungi, jadi dia tak ingin melihatnya. Tiyan sangat khawatir, tepat pukul lima sore, Tiyan langsung pamit pulang pada Munos dan juga Pakde Warmo.Tuk!Tuk!"Sayaaang, buka pintunya!"Tak ada jawaban dari dalam rumah.Tuk!Tuk!Mata Tiyan menyapu sekitar teras, ada sepatu sandal yang dipakai Fani saat ke proyek tadi. Itu menandakan bahwa F