Aku langsung bersemangat. Aku bergegas turun ke lantai bawah dan memasukkan masakanku ke dalam microwave. Aku sangat antusias sampai-sampai tanganku bergetar.Aku juga pergi ke kamar mandi untuk melihat wajahku di cermin. Hari ini, aku ingin bertemu Taufan dalam kondisi terbaik. Aku harap dia bisa merasakan bahwa aku adalah keluarganya yang terus menemaninya. Aku juga berharap kelak kita bisa sama-sama merayakan ulang tahunnya.Pintu rumah dibuka. Aku menyambutnya dengan antusias, "Akhirnya kamu pulang!"Taufan tertegun. Dia memelukku saat melihat ekspresiku yang gembira, lalu bertanya, "Kenapa kamu belum tidur?"Aku mencium bau alkohol yang menyengat. Aku tidak pernah melihat Taufan minum begitu banyak anggur. Aku segera memapah Taufan, lalu mengambil sandal dan menarik Taufan masuk. Aku membawa Taufan ke meja makan dan menyuruhnya duduk.Aku segera menyalakan lilin dan memandang Taufan. Aku berujar dengan ekspresi lembut, "Cepat berdoa. Selamat ulang tahun, aku doakan semoga kamu seh
Aku melihat dapur dan ruang makan yang sudah bersih, lalu mencuci muka. Aku tidak kembali ke kamarku, melainkan pergi ke kamar Adele. Aku berbaring di samping Adele dan tertidur.Saat bangun, Adele sudah bangun dari tadi dan dia sedang bermain dengan bonekanya. Aku berpikir sejenak, lalu berkata kepada Adele, "Kita ganti baju dulu, Mama bawa kamu sarapan di luar dan kita pergi ke kantor. Kalau nggak terlalu sibuk, hari ini kita pergi ke rumah Nenek, ya?"Adele bersorak, dia bertanya apakah boleh membawa bonekanya atau tidak. Aku menelepon Oscar, aku berkata bahwa aku telat masuk. Kemudian, aku mendandani Adele dan memasukkan bajunya dan bajuku ke koper kecil. Setelah itu, kami baru keluar dari rumah.Setelah selesai sarapan, aku langsung pergi ke perusahaan. Ini adalah pertama kalinya Adele datang. Adele disayang oleh semua orang. Shea membawa Adele berkeliling di perusahaan.Sementara itu, aku dan Oscar membereskan beberapa urusan di perusahaan. Aku juga memberi tahu Oscar bahwa hari
Malam itu, aku mabuk. Oscar yang mengantarku pulang. Ketika turun dari mobil, Oscar menggendongku di punggungnya dan aku tergelak. Namun, aku bersikeras tidak mau masuk ke rumah.Oscar pun menggendongku sambil berjalan-jalan di area kompleks. Oscar menceritakan semua kejadian saat kami di universitas. Tentu saja aku tahu Oscar sangat baik kepadaku. Tak lama kemudian, aku tertidur di punggung Oscar.Aku sama sekali tidak ingat bagaimana aku pulang ke rumah dan diantar ke kamar. Pokoknya aku merasa tenang karena orang tuaku yang menjaga putriku. Aku tidak takut sedikit pun dan bisa melakukan apa pun yang kuinginkan.Tiba-tiba, aku terbangun karena ponselku berdering. Kepalaku sangat sakit, tetapi aku tahu hari ini libur. Aku mengakhiri panggilan telepon dan membenamkan wajahku di bantal. Aku berusaha untuk tidak memikirkan apa pun dan lanjut tidur.Namun, aku tidak bisa tidur lagi. Kesedihan terus memenuhi benakku.Tiba-tiba, ponselku berdering lagi. Aku melihat ponsel, ternyata Taufan y
Aku ragu harus menerima panggilan telepon atau tidak. Taufan yang meneleponku. Ayahku mengamati ekspresiku. Aku pun memutuskan untuk menjawab panggilan telepon, lalu terdengar suara Taufan. "Aku di bandara, cepat jemput aku."Lagi-lagi, Taufan memerintahku. Aku benar-benar tidak berdaya, Taufan punya asisten dan banyak bawahan, kenapa dia menyuruhku untuk menjemputnya di bandara? Dia pikir dia siapa? Apa aku ini sopir atau pelayannya?"Maaf, ada tamu di rumahku. Aku nggak bisa keluar," tolakku. Kemudian, Taufan mengakhiri panggilan telepon.Aku hampir memaki, dasar pria berengsek, beraninya dia mengakhiri panggilan teleponku lagi. Aku hendak meletakkan ponsel di meja, tiba-tiba ada pesan masuk. Aku membuka pesan itu, ternyata Taufan mengirim gambar Oscar yang membawa barang sambil mengetuk pintu dari rekaman kamera pengawas. Taufan juga mengirim pesan.[ Ini tamu kamu? Sejak kapan dia menjadi tamu istimewa yang membuatmu tidak bisa keluar? Adele pasti menungguku untuk makan bersama. ]
Aku merasa gugup. Bagiku, ucapan Taufan terlalu berlebihan.Aku melihat pemandangan indah di depanku dan bergeming. Aku memang takjub, apa ini rumah yang belum selesai itu? Benar-benar megah.Taufan turun dari mobil dan mengambil kopernya di kursi penumpang belakang. Kemudian, dia membuka pintu mobil kursi penumpang depan, lalu menggandengku dan berjalan masuk ke dalam rumah. Aku pun mengikutinya.Bagian dalam rumah itu sangat mewah. Begitu masuk, tiba-tiba terdengar suara seruan. "Bapak sudah pulang!"Beberapa pelayan menghampiri Taufan dan mengambil koper dengan gembira. Sepertinya, pelayan di sini sangat setia kepada Taufan. Setelah masuk ke kamar Taufan, dia menahanku di pintu dan bertanya dengan suara serak, "Kelihatannya, kamu tidak merindukanku?"Hatiku terasa sakit. Aku tersenyum dan menunduk. Sebenarnya, aku adalah orang yang keras kepala. Aku sulit mengungkapkan kekesalan di hatiku.Taufan mendekatiku dan terus mengamatiku, seperti sedang menebak pemikiranku. Taufan bertanya
Malam itu, aku tidak pulang untuk menemani Oscar dan keluargaku makan bersama. Aku tinggal di vila Taufan karena aku tidak tega membiarkan Taufan merayakan tahun baru sendirian di rumah yang besar ini. Taufan menceritakan banyak momen-momen bahagia bersama orang tuanya sebelum mereka meninggal. Namun, dia tidak menceritakan kehidupannya setelah itu.Aku tidak berani bertanya karena aku tidak ingin Taufan mengingat masa-masa yang menyakitkan itu. Pantas saja Taufan sangat suka merasakan kehangatan keluarga dan sangat sabar kepada Adele. Aku tebak Taufan pasti mengikuti jejak ayahnya.Namun, saat mendengar cerita Taufan, aku merasakan sesuatu yang aneh. Sepertinya, aku tidak bisa mengingat banyak hal. Hari ini, aku baru menyadarinya.Aku hanya ingat kejadian setelah tahun ketiga di SMA. Akan tetapi, aku tidak ingat dengan kejadian sebelum itu. Aku tidak ingat dengan masa kecilku dan seperti apa perlakuan orang tuaku kepadaku. Sepertinya, aku juga tidak punya teman.Aku bahkan sangat iri
Berhubung Luna datang dengan motif tersembunyi, aku terpaksa mengikuti arus, melihat apa yang hendak dilakukannya, lalu mencari petunjuk.Aku mengangguk. “Nona Luna memang baik hati!”“Nggak, gimanapun ini adalah simpul hatinya, nggak ada yang bisa membuka simpul ini.” Seusai berbicara, Luna pun melihatku dengan tatapan menantang.Aku tahu siapa orang yang dimaksud Luna, orang itu adalah aku.Pada acara malam ulang tahun itu, Taufan merasa sangat emosi. Aku yakin Luna pasti mengetahui hasil ini.“Sebenarnya Kak Taufan seharusnya tahu apa yang dia inginkan. Bright Celestial didirikan oleh ayahnya, Johan Celes.” Nada bicara Luna sangatlah yakin. Tidak dipungkiri, Luna memang berhak untuk bersuara soal Keluarga Celes.“Bukankah seharusnya Keluarga Celes sudah memiliki bisnis keluarga?” Aku merasa sangat tertarik, tidak mungkin mereka tidak memiliki apa-apa.“Awalnya memang ada, selama ini selalu dikelola oleh Tuan Besar Celes hingga dia berusia 60 tahun, baru dia menyerahkannya ke tangan
Aku samar-samar mengerti. Sepertinya kematian Alina tidak sesederhana itu.Luna segera merevisi ucapannya, “Maksudku adalah Kak Taufan nggak boleh memegang kendali. Meskipun Alina nggak tergantikan di hatinya, hubungan mereka juga nggak akan membuahkan hasil apa pun. Meskipun dia nggak mati, mereka juga nggak akan bisa bersama!”“Kalau Alina nggak tergantikan di hati Pak Taufan, sepertinya Nona Luna akan merasa sangat sengsara, ya!” Aku sengaja menyindirnya, “Gimanapun, masalah ini berdampak langsung sama kamu.”Raut wajah Luna langsung terkaku. Dia segera melengkungkan ujung bibirnya ke atas. “Aku nggak peduli dengan masalah ini. Meskipun ada seribu Alina di hadapanku, dia hanya boleh menjadi milikku,” Luna berkata dengan sangat percaya diri.Aku mengangguk tanda mengaguminya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan ucapan Luna, ada Grup Celes yang menyokongnya.“Gimana ceritanya Alina bisa meninggal?” Tiba-tiba aku bertanya. Sebelumnya saat Luna mengungkit masalah orang itu kepadaku,