Sesampainya di depan kantor, Taufan berpesan beberapa hal kepadaku. Aku mengingat semuanya, lalu berkata, "Kalau nggak sibuk, hubungi aku."Taufan tersenyum nakal sambil menggigit bibirku. "Ada kemajuan, sudah bisa menuntutku."Wajahku langsung terasa panas, aku membuka pintu mobil dan buru-buru pergi. Namun Taufan malah menarikku ke dalam dekapannya. Setelah puas, Taufan baru melepaskanku.Hari ini Danny bergabung di perusahaanku. Aku menaruh harapan besar kepadanya.Aku memanggil Shea sesaat masuk ke dalam ruangan. "Danny sudah datang?"Shea tersenyum riang. "Sudah. Kak Maya, lain kali kita harus merekrut karyawan seperti Danny. Ganteng banget."Aku tertawa mendengar ucapan Shea. "Kamu menyukainya?"Shea tersipu malu. Semua orang di dunia menyukai hal-hal yang enak dipandang, termasuk manusia.Aku dan Shea sudah akrab. Dia memutar bola mata sambil menjawabku dengan bercanda, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Bukannya kamu menyukai pria tampan? Aku kan belajar dari Kak May
Aku dan Harry sudah bercerai, tetapi kartu keluarga yang baru belum keluar.Untuk mengurus perpindahan sekolah Adele, aku harus menyertakan lampiran kartu keluarga. Setelah mempertimbangkan semuanya, aku terpaksa menghubungi Harry. Akan tetapi, malah Jasmine yang menjawab teleponku.Jasmine menjawab panggilanku dan langsung memakiku, "Kamu nggak tahu malu, ya? Masih berani menghubungi Harry?""Aku mau bicara dengan Harry," jawabku tenang."Bicara sama tembok!" Jasmine langsung menutup panggilannya.Sikap Jasmine membuatku kesal. Jika bukan demi Adele, aku pun tidak sudi menghubungi Harry. Hanya saja aku tidak memiliki pilihan lain, aku kembali meneleponnya.Jasmine menolak semua panggilanku. Akhirnya, aku terpaksa mendatangi perusahaan Harry.Ketika memasuki Gorgia Construction, aku melihat banyak wajah familier yang bekerja di sana. Mereka semua tersenyum canggung saat melihat kedatanganku. Aku tidak tertarik untuk meladeni mereka, lagi pula aku juga tidak pernah berpikir untuk memper
Aku tertegun selama beberapa menit.Akhirnya teriakan Jasmine yang menyadarkanku dari lamunan. "Kamu nggak dengar? Cepat pergi! Aku peringatkan, kamu dan anak haram itu jangan pernah mengganggu kehidupan kami lagi!"Aku menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan badan dan pergi meninggalkan tempat itu.Tiba-tiba Harry berteriak, "Maya ...."Aku tidak menghentikan langkahku. Sesaat membuka pintu, sekelompok karyawan yang sedang menguping langsung membubarkan diri.Sesampainya di mobil, aku duduk mematung selama beberapa saat. Tenggorokanku terasa pahit, tanganku bergetar memegang setir.Aku menggertakkan gigi dengan marah, aku tidak menyangka Harry tega membuang putrinya sendiri. Harry benar-benar telah berubah.Setelah menemui mereka, aku merasa seluruh tenagaku habis terkuras.Ponselku terus berdering, tetapi aku belum sanggup berbicara. Aku berusaha menenangkan diri, lalu baru menjawab panggilan tersebut."Kok lama jawab teleponnya?" Terdengar suara lembut di ujung telepon.Tangisan
Harry menatap aku dan Taufan yang beranjak pergi, dia masih berusaha mencerna semua yang terjadi.Dua hari kemudian, aku menyelesaikan serangkaian proses administrasi perpindahan sekolah Adele. Aku tinggal di daerah sini, jadi wajar saja aku memindahkan anakku ke sekolah ini.Ketika sedang mengunjungi kelas Adele, aku mendengar dua orang wanita yang bergosip di luar. "Bukannya kuota murid sudah penuh? Kok masih menerima siswa baru?""Kamu nggak tahu siapa murid baru itu?" tanya wanita yang lebih muda."Memangnya dia siapa?" Guru yang satu bertanya balik. Mereka berbisik-bisik, aku tidak mendengar jelas pembicaraannya.Aku hanya bisa melihat ekspresi guru yang begitu terkejut. Dia membelalak sampai menganga, aku tidak mengerti kenapa guru itu terlihat sangat kaget?Apakah Taufan menggunakan koneksi tertentu? Aku tidak mau berpikir terlalu banyak, memindahkan sekolah Adele adalah prioritas utama.Saat pulang sekolah, Adele menceritakan kegiatannya hari ini. "Mama, aku menyukai sekolah ya
"Harry, apa katamu?" Jasmine memelototi Harry. Dia mendengar ucapan Harry kepadaku.Aku muak melihat wajah Jasmine. "Silakan bertengkar di rumah, jangan membuat keributan di kantorku. Ini tempat kerja, bukan mengurus rumah tangga."Kebetulan Oscar masuk ke ruanganku sambil membawa setumpuk dokumen. Dia mengerutkan alis saat melihat ruanganku yang ramai.Shea bergegas mengulurkan tangan. "Pak Harry, silakan."Melihat satu per satu karyawan yang masuk ke ruanganku, Harry membalikkan badan dan pergi meninggalkan kantorku.Jasmine memelototiku. "Kamu menggodanya lagi? Maya, kamu nggak bisa hidup tanpa pria, ya? Cara apa lagi yang kamu gunakan untuk merayu Harry?"Aku mengambil selembar fotokopi kartu keluarga, lalu melemparkan dokumen asli ke kaki Jasmine. "Bawa pergi, jaga suamimu baik-baik. Jangan sampai direbut wanita lain."Amarah Jasmine langsung meledak saat melihat kartu keluarga yang aku lemparkan. "Bagus, bagus banget! Ternyata dia diam-diam mengantarkan kartu keluarga kepadamu. M
Teriakan Adele membangunkanku dari lamunan. "Mama, makan nggak boleh bicara. Kata Nenek, nggak bagus untuk pencernaan. Menjawab telepon saat makan salah, lho!"Aku tertawa mendengar omelan Adele. Aku bergegas menyimpan ponselku, lalu mencium pipinya. "Em, kamu benar."Aku lebih tenang setelah Taufan meneleponku. Tampaknya Taufan sudah memperhitungkan semuanya.Keesokan hari, Danny ke ruanganku sambil membawa sebuah kotak besar. "Bu Maya, gaun untukmu."Tadi malam Taufan mengatakan akan mengantarkan gaun pesta. Aku tidak menyangka dia benar-benar mengirimkannya.Danny meletakkan kotak tersebut ke atas sofa, lalu pamit dan pergi meninggalkan ruanganku.Aku penasaran, aku tidak sabar melihat gaun yang dikirimkan Taufan. Begitu membuka kotak tersebut, aku melihat sehelai gaun berwarna putih yang dihiasi berlian menyilaukan.Gaun ini seperti gaun di dalam dongeng. Aku tidak sabar ingin mengenakannya. Selam menjalin hubungan selama 10 tahun bersama Harry, aku tidak pernah membeli pakaian mah
Ketika menghampiri Gilbert, aku baru menyadari keberadaan Pak Arka, sosok misterius yang berdiri tak jauh dari sana.Otakku langsung berputar cepat, aku merangkul lengan Oscar sambil berbisik. "Pria paruh baya itu bernama Arka Storia. Aku harus menyapanya dulu."Aku menghampiri Arka sambil tersenyum. Dia memiliki mata yang tajam, dia langsung mengenaliku. "Maya?""Halo, Pak! Apa kabar?" Aku sengaja memanggilnya Pak, bukan Pak Arka.Aku tidak menjabat tangannya seperti orang lain. Aku berdiri di sampingnya sambil tersenyum ramah. "Aku tidak menyangka bisa bertemu Anda di sini. Terima kasih atas bantuan Anda tempo hari.""Ah, hal kecil, tidak perlu sungkan." Pak Arka bersikap santai. "Perkenalkan, Beliau adalah Harison Cakra."Aku baru sadar, ternyata pria yang sedang mengobrol dengan Pak Arka adalah Harison."Salam kenal, Pak Harison. Saya adalah Maya, pemilik perusahaan Aurous Construction." Aku memperkenalkan diri dengan sopan dan hormat.Awalnya Harison melirik Arka dengan tatapan ra
Manuela menyeringai dingin. "Salam kenal. Akhirnya aku berkesempatan bertemu kamu. Aku dengan Bu Maya adalah wanita yang tangguh dan pekerja keras. Aku harus banyak belajar darimu."Meskipun kata-katanya berisi pujian, aku merasa sikapnya tidak bersahabat. Terutama, dia menekankan kata "belajar"."Bu Manuela terlalu memujiku. Justru aku yang harus belajar dari Bu Manuela." Aku sengaja memuji Manuela, sekarang bukan momen yang tepat untuk bertengkar. Apalagi ada banyak tamu penting yang hadir, tidak boleh menyinggung siapa pun."Bu Maya terlalu rendah hati." Manuela berbicara kepadaku dengan intonasi yang sinis dan merendahkan. "Silakan nikmati pestanya. Para pria yang menghadiri pesta ini adalah orang baik. Tidak akan ada yang berani mengganggumu."Manuela membalikkan badan dan pergi meninggalkanku setelah mengobrol.Beberapa orang yang ada di sekitar pun menoleh ke arahku. Wajahku sontak memerah, Manuela sengaja mempermalukanku di depan umum. Manuela pasti mengetahui kejadian malam it