Bab 71. KERINDUAN SEORANG IBU Sementara itu Darko sama sekali tidak tahu kalau saat ini Angeline sedang bersedih dan tubuhnya sudah lebih kurus dari sebulan yang lalu. “Faizi, apakah kamu baik-baik saja bersama ayahmu?” “Ibu sangat merindukanmu, apakah kamu tidak rindu dengan ibu?” “Faizi, seperti apakah kamu saat ini?” “Faizi, ibu sangat rindu. Pulanglah, ibu ingin memelukmu.”Angeline hanya bisa bergumam sambil memegangi foto Faizi yang ada di tangannya, sementara pipinya sudah basah di penuhi air mata kerinduan. Angeline hanya bisa berbaring sambil memeluk foto Faizi yang memakai seragam Taman Kanak Kanak saat tinggal di kecamatan Karangkobar.*** Sementara itu Darko sedang menikmati kebahagiaan hidup bersama anak yang selama lima tahun tidak pernah dilihat dan tidak diketahui kehadirannya di dunia ini. Bila ingat keadaan saat ini, dia merasa sangat aneh. Sebelumnya dia hidup sendiri, mau pergi kemana pun terasa sebebas burung yang terbang di langi
Bab 72. PERANG STRATEGI Betapa mengerikannya telapak tangan Darko, seperti apa jadinya jika tubuh seorang manusia yang terdiri dari daging dan tulang terkena tamparan tangan Darko. Bambang menelan ludah berulang kali membayangkan hal ini, tapi dia segera bisa menyembunyikan keterkejutannya setelah beberapa saat dan menunggu perintah lebih lanjut dari Darko. “Bambang, apa kamu sudah tahu markas orang yang memerintahkan menghancurkan bisnis orang tuaku?” Darko menatap tajam kearah Bambang dengan aura membunuh perlahan mulai keluar dari tubuhnya. Bambang yang di tatap Darko tampak mulai berkeringat dingin, meskipun dia tahu kalau Darko tidak bakal memukulnya, akan tetapi dia tetap merasa ngeri merasakan aura membunuh yang mulai keluar dari tubuh Darko. “Menurut orang-orang kita, markas mereka berada di negara Samanta, tapi mereka juga sudah masuk ke Nusantara melalui perusahaan-perusahaan multinasional yang membuka cabang di negara kita.” “Berarti mereka
Bab 73. BOSS KECIL “Iya, nama kakak Anna Sahara.” “Kak Anna bisa temani Izi jalan-jalan di gedung ini?” Anna Sahara tidak bisa langsung menjawab pertanyaan Faizi, dia tampak termangu. Kemudian dia menatap kapten Trimo seakan sedang meminta persetujuannya, orang yang ditatap hanya mengangkat bahu seakan tidak bisa memutuskan. Maklumlah kapten Trimo hanya bertugas mengawal Faizi, jadi dia tidak bisa memberi keputusan seperti yang diminta Anna Sahara. Sementara itu Anna Sahara yang bekerja sebagai resepsionis seperti dalam dilema, di satu sisi dia takut untuk meninggalkan meja kerjanya, disisi lain dia benar-benar ingin menemani Faizi yang dia tahu adalah tuan muda dari pemilik perusahaan tempat dia bekerja. “Ayolah kak Anna, apa yang kakak pikirkan?” Faizi tampak tidak sabar untuk mengajak pergi Anna Sahara, sebagai anak kecil tentu saja Faizi tidak terlalu tahu tugas setiap karyawan di perusahaan ayahnya ini. Yang dia tahu semua karyawan sam
Bab 74. MEMBUAT RENCANA Karena hal inilah dia hanya tersenyum saja mendengar perkataan Faizi, sebaliknya dia ingin tahu cerita sebenarnya dari kapten Trimo. Kapten Trimo yang ditanya Darko tentu saja tidak bisa berbohong, sebelum menjawab pertanyaan Darko dia melirik ke arah Faizi yang sedang asik duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. “Tadi karyawan di bagian resepsionis yang bernama Anna Sahara di minta tuan muda untuk menemaninya bermain kucing dan tikus. Tuan muda mengajak resepsionis itu mengejarnya dan berlarian menaiki tangga darurat hingga lantai lima. Saat sampai di lantai lima, sepatu hak tingginya patah dan resepsionis itu terjatuh, karena hal ini tuan muda langsung meninggalkannya yang sedang kelelahan.”Kapten Trimo berkata dengan pelan, sambil sesekali melirik kearah Faizi. Darko hanya bisa menghela nafas, mendengar cerita kapten Trimo. Darko langsung menoleh ke arah Faizi yang seperti anak tidak mempunyai salah. Sepertinya hal ini sangat waja
Bab 75. WANITA BERAMBUT PIRANG Di dalam pesawat, Darko naik di kelas ekonomi agar penyamarannya tidak diketahui musuh-musuhnya di dunia bisnis maupun militer. Meskipun dia tidak takut jika bertemu dengan musuh-musuhnya, akan tetapi jika bisa bersikap sederhana dan menyembunyikan jati dirinya, maka penyamarannya akan semakin baik. Darko duduk di dekat jendela, di sampingnya ada seorang wanita berambut pirang usia dua puluh tujuh tahunan yang usianya tidak jauh berbeda darinya yang berusia dua puluh sembilan tahun pada saat ini. Masa muda Darko habis di medan perang dan di militer, sehingga dia tidak menyadari kalau umurnya sudah cukup dewasa. Pada saat dia menikah dengan Angeline, usianya awal dua puluh empat tahunan, setelah menikah dia harus pergi kemedan perang selama lima tahun, hingga usianya pada saat ini sekitar dua puluh sembilan tahun hingga tiga puluh tahunan. Karena Darko tidak ingin bercakap-cakap dengan orang yang tidak dikenal, maka begitu
Bab 76. WANITA TAK TAHU DIRI Kedua pramugari dan para penumpang tampak menatap kearah Darko dengan tatapan curiga. Mereka tidak mengerti apa yang akan dilakukan Darko dengan memasukkan jari telunjuknya kedalam mulut wanita berambut pirang yang sedang dalam kondisi kritis. Sesuatu yang menakjubkan terlihat oleh puluhan pasang mata yang sedang menatap kearah Darko. “Huek…”Wanita berambut pirang yang wajahnya sudah membiru dan nafasnya tersengal-sengal seperti sedang sakaratul maut, tiba-tiba memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Sebuah benda sebesar ibu jari tangan terlihat meloncat keluar dari mulutnya, sesaat setelah Darko memasukkan jari telunjuknya ke tenggorokan wanita berambut pirang ini. Ternyata yang barusan keluar dari mulutnya adalah segumpal permen karet yang membentuk bola sebesar ibu jari tangan. Sepertinya permen karet itu tanpa sengaja tertelan, akan tetapi bukannya langsung masuk kedalam perut, malahan permen karet itu nyangkut di tengg
Bab 77. PERTEMPURAN DUA MAKHLUK SPIRITUAL Semua menumpang langsung mendengarkan dengan serius apa yang dikatakan kapten pilot pesawat Garuda Indo Airlines. Tak lama kemudian Kapten segera memberi pengumuman baru yang langsung membuat semua penumpang menjadi panik. “Penumpang yang terhormat, dimohon segera duduk dengan tertib di kursi kalian dan pasang sabuk pengaman, di depan cuaca sangat buruk, dimohon para penumpang segera duduk dengan tertib.” Jantung semua penumpang segera berdegup dengan kencang begitu mendengar pengumuman dari kapten pesawat. Memang benar, di depan pesawat Garuda Indo Airlines yang dinaiki Darko, langit terlihat menghitam dan mendung secara tiba-tiba sebagai tanda akan ada hujan badai. Kilatan cahaya mulai terlihat dari jendela pesawat, wajah para penumpang langsung memucat mengetahui hal ini. Pesawat tiba-tiba berbelok beberapa derajat untuk menjauhi awan hitam yang datang entah dari mana. Padahal menurut petugas menara
Bab 78. PESAWAT TERHEMPAS Wanita berambut pirang itu seketika tertidur pulas seakan-akan terkena anestesi yang membuatnya tak sadarkan diri. Setelah melihat keadaan wanita berambut pirang yang duduk disampingnya benar-benar tak sadarkan diri, sosok Darko tiba-tiba menghilang dari tempat duduknya. Kemudian sosok Darko sudah berada di luar pesawat terbang, lebih tepatnya di bagian ekor. Tubuh Darko melayang di udara, sebenarnya hal ini tidaklah aneh, karena Darko pada dasarnya memang bisa terbang dengan tingkat kultivasinya yang tinggi. Sebenarnya Darko berteleportasi dari dalam pesawat langsung berpindah tempat, tepat di ekor pesawat. Dengan berteleportasi dinding maupun gunung bukanlah halangan baginya untuk berpindah tempat dalam sekejap. Hal ini dilakukan Darko agar kemunculannya diluar pesawat terbang tidak diketahui oleh crew pesawat terbang maupun oleh para penumpang. Setelah berada di ekor pesawat terbang, Darko segera mendorong pesawat terbang ini untuk menjau
Bab 193. MASA LALU BAMBANG “Mas Tegar….”Terdengar suara parau dari mulut Siti ketika berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan Bambang. Meskipun suara Siti tidak terlalu keras, akan tetapi bisa terdengar oleh pegawai Dinas Sosial yang ada di tempat ini. “Tegar? Kenapa wanita ini memanggil Bambang dengan nama Tegar?” “Mas Tegar, apakah kamu mas Tegar kan?” “Mas Tegar? Siapa mas tegar yang ibu maksud?”Bambang yang di panggil mas Tegar oleh Siti tampak bertanya balik dengan wajah penuh dengan kebingungan. “Mas Tegar, ini Siti. Apa mas Tegar lupa dengan Siti?” Mata Siti semakin berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Bambang. Pada akhirnya Siti harus mempercayai perkataan pihak Rumah Sakit Jiwa yang sebelumnya merawat Bambang, kalau Bambang memang benar-benar sudah lupa ingatan. Melihat situasi yang kurang kondusif, pegawai Dinas Sosial segera menyuruh Bambang untuk duduk berhadapan dengan Siti hanya terhalang sebuah meja Jati.
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis
Bab 185. KEDATANGAN SITI Airmata kebahagiaan bercampur dengan kesedihan tiada henti membasahi pipi Siti yang sedang terlarut dalam euforia yang sama sekali tidak pernah disangka-sangkanya. Hingga pada akhirnya dia menghela nafas berat setelah memandangi foto Faizi di ponselnya. “Sebaiknya saya menemui cucuku ini, daripada selalu rindu dan bersalah tidak bisa membahagiakan Darko saat kecil.”Setelah bergumam dan menentukan pilihan apa yang akan dilakukan, Siti segera bangkit dari duduknya dan merapikan semua barang yang ada di atas meja kerja. Kemudian Siti pulang lebih awal, dia berpesan kepada sekretaris dan bawahannya kalau dia akan pergi ke Nusantara untuk beberapa hari. Siti sudah berada di bandar udara Internasional kota Parigi untuk menuju negara Nusantara. Siti dikawal lima orang pengawal kepercayaannya selama bepergian ke Nusantara. Akhirnya pesawat yang ditunggu pun tiba, Siti dan kelima pengawalnya menaiki pesawat yang akan terbang men