Bab 72. PERANG STRATEGI Betapa mengerikannya telapak tangan Darko, seperti apa jadinya jika tubuh seorang manusia yang terdiri dari daging dan tulang terkena tamparan tangan Darko. Bambang menelan ludah berulang kali membayangkan hal ini, tapi dia segera bisa menyembunyikan keterkejutannya setelah beberapa saat dan menunggu perintah lebih lanjut dari Darko. “Bambang, apa kamu sudah tahu markas orang yang memerintahkan menghancurkan bisnis orang tuaku?” Darko menatap tajam kearah Bambang dengan aura membunuh perlahan mulai keluar dari tubuhnya. Bambang yang di tatap Darko tampak mulai berkeringat dingin, meskipun dia tahu kalau Darko tidak bakal memukulnya, akan tetapi dia tetap merasa ngeri merasakan aura membunuh yang mulai keluar dari tubuh Darko. “Menurut orang-orang kita, markas mereka berada di negara Samanta, tapi mereka juga sudah masuk ke Nusantara melalui perusahaan-perusahaan multinasional yang membuka cabang di negara kita.” “Berarti mereka
Bab 73. BOSS KECIL “Iya, nama kakak Anna Sahara.” “Kak Anna bisa temani Izi jalan-jalan di gedung ini?” Anna Sahara tidak bisa langsung menjawab pertanyaan Faizi, dia tampak termangu. Kemudian dia menatap kapten Trimo seakan sedang meminta persetujuannya, orang yang ditatap hanya mengangkat bahu seakan tidak bisa memutuskan. Maklumlah kapten Trimo hanya bertugas mengawal Faizi, jadi dia tidak bisa memberi keputusan seperti yang diminta Anna Sahara. Sementara itu Anna Sahara yang bekerja sebagai resepsionis seperti dalam dilema, di satu sisi dia takut untuk meninggalkan meja kerjanya, disisi lain dia benar-benar ingin menemani Faizi yang dia tahu adalah tuan muda dari pemilik perusahaan tempat dia bekerja. “Ayolah kak Anna, apa yang kakak pikirkan?” Faizi tampak tidak sabar untuk mengajak pergi Anna Sahara, sebagai anak kecil tentu saja Faizi tidak terlalu tahu tugas setiap karyawan di perusahaan ayahnya ini. Yang dia tahu semua karyawan sam
Bab 74. MEMBUAT RENCANA Karena hal inilah dia hanya tersenyum saja mendengar perkataan Faizi, sebaliknya dia ingin tahu cerita sebenarnya dari kapten Trimo. Kapten Trimo yang ditanya Darko tentu saja tidak bisa berbohong, sebelum menjawab pertanyaan Darko dia melirik ke arah Faizi yang sedang asik duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. “Tadi karyawan di bagian resepsionis yang bernama Anna Sahara di minta tuan muda untuk menemaninya bermain kucing dan tikus. Tuan muda mengajak resepsionis itu mengejarnya dan berlarian menaiki tangga darurat hingga lantai lima. Saat sampai di lantai lima, sepatu hak tingginya patah dan resepsionis itu terjatuh, karena hal ini tuan muda langsung meninggalkannya yang sedang kelelahan.”Kapten Trimo berkata dengan pelan, sambil sesekali melirik kearah Faizi. Darko hanya bisa menghela nafas, mendengar cerita kapten Trimo. Darko langsung menoleh ke arah Faizi yang seperti anak tidak mempunyai salah. Sepertinya hal ini sangat waja
Bab 1. SANG JENDRAL BESAR Seorang pria dengan pakaian militer yang lusuh tengah memandang ke arah ratusan ribu prajurit yang menyerukan namanya berkali-kali dengan gemuruh. Selama lima tahun, Darko Mangkusadewo berhasil bertahan dan memukul mundur pasukan negara Godriel yang berusaha untuk mencaplok wilayah Nusantara. Kemenangan besar ini tentu semakin mengharumkan nama Darko di mata militer Nusantara. Namun, walaupun diakui sebagai legenda perang, Darko tak pernah sekalipun membusungkan dadanya di depan orang banyak. Bahkan, ia tak pernah sekalipun minta namanya dimunculkan sebagai pimpinan pasukan yang memenangkan peperangan dengan gemilang di setiap surat kabar dan televisi. Setelah menyambut para pasukannya ini, tiba-tiba seorang tangan kanannya muncul sambil tergopoh-gopoh. "Jendral! Ada kabar buruk..." Senyum di wajah Darko seketika berubah. Ia menatap sang asisten dengan mengernyitkan dahinya seraya menunggu kabar buruk yang ia ut
Bab 2. AYAH Semua orang segera menoleh ke arah sumber suara, di hadapan mereka terlihat sesosok pria kurus tinggi dengan pakaian lusuh berjalan ke arah mereka. Wajah sosok pria ini sangat dingin, matanya begitu tajam menatap ke arah ketiga rentenir yang akan mengganggu Angeline, seakan ingin menelan mereka bertiga hidup-hidup. “Siapa kamu? Kalau ingin selamat pergilah!” Dengan suara kesal, ketua Rentenir balik membentak Darko. Ketua Rentenir sama sekali tidak merasa takut melihat wajah dingin Darko yang tiba-tiba datang mengganggu pekerjaan mereka. Mereka bertiga yang biasa bersikap arogan kepada siapapun, tentu saja memandang rendah Darko yang berpakaian kumal dan tampak kurus. Berbeda dengan ekspresi wajah Angeline ketika mendengar suara Darko, seketika ekspresi wajahnya tampak berseri dan jantungnya penuh dengan kebahagiaan. Apalagi setelah melihat sosok pria yang selama ini selalu di rindukannya. “Kak Darko…” Menden
Bab 3. MEMBAYAR HUTANG DENGAN MUDAH “Mmm… benar saya berhutang dua milyar kepada tuan Parijo itu sebelumnya?” “Dua milyar, baiklah biar saya lunasi dulu hutangnya biar brengsek itu tidak menggonggong dan mengganggu kita.” Setelah berkata, Darko segera berbalik dan perlahan berjalan ke arah ketua Rentenir yang sedang berdiri sambil memegangi wajahnya yang bengkak seperti balon. Sementara itu ketua Rentenir yang melihat Darko berjalan ke arahnya, tanpa sadar dia juga berjalan mundur untuk menjauhi Darko. Kekejaman dan kekuatan Darko yang sudah menamparnya tanpa terlihat dan menendang kedua anak buahnya hingga terlempar sejauh sepuluh meter telah membuat hatinya menciut. “Apa… apa yang akan kamu lakukan?” Dengan suara tergagap, ketua Rentenir berkata sambil memandang ke arah Darko dengan panik. “Berapa hutang istri saya?” “Hutang?” Ketua Rentenir menatap Darko dengan tatapan dipenuhi rasa tidak percaya. “Iya, berapa hutang istri saya?” “
Bab 4. SEDIH MELIHAT KEHIDUPAN ANAK DAN ISTRINYA Sementara itu Rossa dan Abimanyu yang tampak tidak senang dengan sikap Darko melanjutkan kesibukannya menonton acara televisi. “Ayah kita bermain di luar saja yuk…” Tiba-tiba Faizi berkata sambil menggandeng tangan Darko dan menariknya keluar dari rumah. Sambil tersenyum Darko hanya bisa mengikuti apa yang diinginkan anaknya yang baru saja bertemu sejak dilahirkan. Ternyata Faizi mengajak Darko pergi ke halaman belakang rumahnya. meskipun rumah yang di tinggali Angeline sudah sangat tua dan kecil akan tetapi halamannya sangat luas. Di sekeliling rumah tua ini dipenuhi aneka ragam sayuran, dari kangkung, bayam, sawi, lombok, kacang panjang, tomat dan lainnya. Ternyata uang terakhir yang dimiliki Angeline di gunakan untuk membeli rumah tua yang mempunyai halaman luas setelah perusahaannya bangkrut. “Ayah, kenalin ini Boy, kelinci kesayangan Izi.” Faizi mengajak Darko pergi ke kandang ke
Bab 5. ANGELINE DIGANGGU PREMAN PASAR Saat ini semua orang memandang ke arah Darko yang berdiri di samping Angeline dengan ekspresi penuh dengan tanya. “Ehem… ehem… siapa ini? Sepertinya ada teman baru nih?” Salah seorang penumpang wanita tiba-tiba berkata setelah sebelumnya berdehem seakan sedang mengajak bercanda Angeline. Darko yang mendengar candaan teman-teman Angeline sesama pedagang sayur pasar pagi segera memperkenalkan diri. “Ibu-ibu perkenalkan saya Darko suaminya Angeline.” “Suaminya Angeline…?” Suara kaget dan wajah penuh dengan rasa heran menghiasi wajah semua penumpang mobil pick up yang membawa sayuran. Mereka memandangi Darko dengan tatapan penuh selidik, tatapannya seakan tidak percaya kalau suami Angeline begitu kurus dan pakaian yang dikenakannya juga terlihat sangat tua hingga warnanya sudah memudar. Semua orang memandang ke arah Darko dan Angeline silih berganti sambil menggelengkan kepalanya. Mereka merasa betapa ma