Bab 166. DI USIR TIDAK DIAKUI SEBAGAI MENANTU Darko berusaha tenang dan bersabar melihat sikap mantan mertuanya yang berbicara dengan kasar kepadanya. Darko yang tahu kalau keadaan Angelina sedang tidak baik-baik saja, tentu tidak mau mengalah dan pergi dari Rumah Sakit Jiwa dan mengurungkan niatnya untuk melihat sendiri keadaan Angelina. “Pergilah, kamu itu bukan siapa-siapa lagi bagi kami. Jadi kamu tidak perlu terlalu memikirkan Angelina, biar kami sebagai orang tuanya yang mengurusi.”Abimanyu tetap tidak mengijinkan Darko untuk ikut menunggu Angelina, apalagi untuk bertemu dengannya. “Maafin Darko yah, sepertinya saya harus bertemu secara langsung dengan Angelina untuk melihat keadaannya.”Darko kemudian berjalan meninggalkan Abimanyu yang akan mencacinya, akan tetapi langkah kaki Darko cukup cepat hingga dalam sekejap sudah masuk ke ruang perawatan yang kebetulan tidak ada penjaganya. Mungkin karena waktu sudah mulai malam sehingga petugas yang berjaga d
Bab 167. MANTAN MENANTU SIALAN Demikian juga dengan Rossa dan Darko yang sedang beradu mulut. Semua orang sama sekali tidak menyangka kalau Angelina yang mereka vonis mengalami gangguan jiwa, pada saat ini bisa berbicara selayaknya orang normal. “Angelina, kamu sudah bisa ingat kami?”Rossa yang sedang kesal dengan Darko dan berusaha mengusirnya segera menoleh ke arah Angelina dan menyapanya dengan tatapan penuh rasa tidak percaya. “Jangan usir kak Darko, dia adalah suamiku.”Angelina sama sekali tidak mendengar perkataan Rossa, tatapan nya fokus menatap ke arah Darko dengan mata berbinar-binar dengan senyum yang merekah di bibirnya. “Kak Darko, kamu pergi kemana saja selama ini? Kenapa kak Darko lama tidak pulang-pulang?”Dengan ekspresi bahagia Angelina berusaha turun dari tempat tidur Rumah Sakit untuk mendatangi Darko dan memeluknya. Perasaan Darko seketika menjadi hancur melihat sikap dan perkataan Angelina, karena dia tahu jika Angelina sedang mengal
Bab 168. PERMINTAAN TAK MASUK AKAL Abimanyu tampak penasaran dengan kejadian apa yang terjadi di ruang IGD dimana Angelina sedang dilakukan pemeriksaan awal setelah masuk kedalam Rumah Sakit. “Yang menyuruhku tentu saja dokter yang memeriksa Angelina, kalau bukan dokter itu yang menyuruhku keluar saya pasti belum keluar dari ruang IGD.”Dengan muka masam Rossa membalas pertanyaan Abimanyu dengan kesal seakan dia sedang malas membahas masalah ini. Sementara itu Darko yang sedang berdua saja dengan Angelina ekspresi wajahnya terlihat sangat bersalah. Kedua tangan Darko terlihat sedang memegang tangan Angelina yang sedang berbaring di tempat tidur Rumah Sakit, sambil mencoba menghiburnya. “Sayang bagaimana kabar kamu? Apa kamu baik-baik saja?”Sebenarnya pertanyaan Darko sangatlah basi, karena dia sudah tahu dan melihat sendiri keadaan Angelina. Akan tetapi Darko melakukan ini bertujuan untuk memancing emosi Angelina agar bisa menceritakan apa yang selama
Bab 169. MEMBELI VILLA UNTUK MERAWAT ANGELINA Mendengar perkataan dokter Irawati seketika Darko tersenyum dan melanjutkan perkataannya. “Kalau masalah biaya, pihak Rumah Sakit tidak perlu khawatir. Semua biaya akan saya bayar dimuka.” “Apa?”Sekali lagi dokter Irawati menajamkan pendengarannya, seakan dia takut kalau pendengarannya yang salah mendengar perkataan Darko. Darko langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanda kalau apa yang dikatakannya adalah benar. “Oh iya, kalau boleh tahu, Apa bu dokter tahu villa mana yang di jual dengan lokasi paling dekat dengan Rumah Sakit ini?” Dokter Irawati tidak langsung menjawab pertanyaan Darko, dia tampak serius untuk mengingat-ingat apalah di sekitar Rumah Sakit ada Villa yang akan dijual. Sebenarnya hal ini sangatlah wajar jika dokter Irawati memikirkan pertanyaan Darko, karena dia yang setiap hari berada di Rumah Sakit tidak terlalu memperhatikan villa mana saja yang kosong dan dij
Bab 170. DEPOSIT SATU MILIAR RUPIAH Maklumlah setelah mengalami guncangan demi guncangan dalam hidupnya, setegar apapun jiwa Angelina sebagai seorang wanita tentu saja dia akan menjadi lemah disaat tidak ada seseorang yang bisa dijadikan sebagai penguat hatinya. Sebenarnya sejak lama Angelina sudah merasa terbebani jiwanya dengan kehancuran perusahaan Angelina Diamond yang diberikan Darko kepadanya mengalami kebangkrutan dan tidak bisa dijaga serta dipertahankannya. Rasa bersalah yang dirasakannya membuat pikiran Angelina mengalami guncangan ringan. Hanya saja saat itu lahirlah Faizi anak dan buah hatinya dari hubungan semalam dengan Darko sanga suami sahnya. Dengan tanggung jawab untuk menjaga Faizi, amanah yang diberikan Tuhan kepadanya. Dengan hadirnya Faizi kecil, membuat hati dan jiwa Angelina menjadi kuat untuk menunjukkan kepada Darko, kalau dia adalah orang tua serta ibu yang baik bagi anaknya. Meskipun sejak kehidupannya berubah menjad
Bab 171. MENAWAR VILLA Tiba-tiba terdengar suara alarm dari mobil sport di depannya disusul menyalanya lampu sein kanan dan kirinya. “Ayo masuk.”Darko berjalan ke arah pintu pengemudi, tidak lupa dia menyuruh Sigit untuk masuk kedalam mobil sportnya. Sigit tidak langsung masuk kedalam mobil sport di depannya, dia malah terdiam dengan ekspresi aneh. Tentu saja Sigit tidak percaya kalau Darko yang terlihat seperti pria biasa dengan pakaiannya yang sederhana ternyata menaiki mobil sport yang hanya dimiliki para miliarder atau konglomerat saja. Dzin… dzinn…!Terdengar suara klakson dari mobil sport di depannya yang seketika membuat jantung Sigit berdetak lebih cepat dan kesadarannya langsung pulih. Dengan jantung berdebar-debar Sigit masuk kedalam mobil sport milik Darko. Setelah Sigit masuk kedalam mobil, segera saja Darko mengemudikan mobilnya keluar dari tempat parkir Rumah Sakit. Darko mengikuti petunjuk Sigit, kearah mana saja dia harus mengem
Bab 172. MEMBELI VILLA UNTUK ANGELINA Darko sengaja mengatakan alasan membeli villa ini, karena mempunyai bisnis di wilayah pinggiran, sehingga dia membutuhkan tempat tinggal. Tentu saja Darko tidak mengatakan kalau alasan dia membeli villa ini akan digunakan untuk merawat Angelina. Sastro memandang kearah Darko setelah mendengar perkataannya, sebelumnya dia memang pernah berbicara dengan Sigit kalau dia akan menjual Villanya dengan harga lima belas miliar. Akan tetapi ketika saat ini dia bertemu langsung dengan orang yang tertarik dengan villanya dan berniat untuk membelinya tentu saja pikirannya langsung berpikir keras. Sastro yang pada dasarnya ingin segera pergi keluar kota karena bisnisnya sudah pindah di luar kota bukan di kota Mandiraja lagi. Darko juga menatap dengan tatapan serius ke arah Sastro dan menunggu keputusan yang akan disampaikannya. Sementara itu Sigit hanya duduk diam menyaksikan dua orang kaya sedang berdiskusi, sebagai pegaw
Bab 173. BAMBANG DATANG Sambil menunggu kedatangan Bambang dan tim hukumnya, tuan rumah menyuguhkan secangkir kopi hitam dan berapa toples makanan ringan. Dari obrolan ini Darko jadi tahu kalau Sastro mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang properti, dikarenakan bisnis di wilayah kota Mandiraja kalah saing dengan perusahaan-perusahaan besar sehingga dia memindahkan lokasi bisnisnya di kota lain yang tidak sebesar kota Mandiraja. Akhirnya setelah tiga puluh menit menunggu, terdengar suara mobil berhenti di depan pintu gerbang Villa milik Sastro dimana Darko berada. Sastro langsung bangun dari duduknya dan pergi ke monitor pengawas yang merekam setiap kejadian di sekitar villanya. Dari layar monitor terlihat ada dua mobil sedan hitam berhenti di depan pintu gerbangnya. Kemudian terlihat dari dua mobil itu keluar empat orang berpakaian rapi dan berjalan ke arah pintu gerbang untuk membunyikan bell rumah yang ada di dinding pintu gerbang. “Sep
Bab 194. NAPAK TILAS KE UNIVERSITAS “Bu Siti, sepertinya ibu perlu membawa bapak Bambang ini ke tempat-tempat yang dulunya pernah disinggahi sebelum beliau lupa ingatan. Terapi kenangan masa lalunya sangat penting untuk memancing daya ingat otaknya.”Dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang memberi saran kepada Siti setelah satu bulan lamanya dilakukan pemeriksaan otaknya dengan peralatan modern dan canggih tetap saja belum bisa menyembuhkan lupa ingatannya Bambang. Siti mendengarkan dengan serius saran dari dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang. Setelah pemeriksaan otak Bambang selesai, Siti segera mengajak Bambang untuk jalan-jalan. Bambang hanya diam dan mengikuti kemanapun Siti membawanya pergi, bahkan ketika dia di ajak naik pesawat terbang Bambang tidak banyak bertanya. Akhirnya pesawat yang dinaiki Siti mendarat di bandar udara kota Mandiraja. Ekspresi wajah Bambang terlihat aneh begitu menginjakkan kaki di kota Mandiraja lagi? Bu
Bab 193. MASA LALU BAMBANG “Mas Tegar….”Terdengar suara parau dari mulut Siti ketika berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan Bambang. Meskipun suara Siti tidak terlalu keras, akan tetapi bisa terdengar oleh pegawai Dinas Sosial yang ada di tempat ini. “Tegar? Kenapa wanita ini memanggil Bambang dengan nama Tegar?” “Mas Tegar, apakah kamu mas Tegar kan?” “Mas Tegar? Siapa mas tegar yang ibu maksud?”Bambang yang di panggil mas Tegar oleh Siti tampak bertanya balik dengan wajah penuh dengan kebingungan. “Mas Tegar, ini Siti. Apa mas Tegar lupa dengan Siti?” Mata Siti semakin berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Bambang. Pada akhirnya Siti harus mempercayai perkataan pihak Rumah Sakit Jiwa yang sebelumnya merawat Bambang, kalau Bambang memang benar-benar sudah lupa ingatan. Melihat situasi yang kurang kondusif, pegawai Dinas Sosial segera menyuruh Bambang untuk duduk berhadapan dengan Siti hanya terhalang sebuah meja Jati.
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis