Bab 169. MEMBELI VILLA UNTUK MERAWAT ANGELINA Mendengar perkataan dokter Irawati seketika Darko tersenyum dan melanjutkan perkataannya. “Kalau masalah biaya, pihak Rumah Sakit tidak perlu khawatir. Semua biaya akan saya bayar dimuka.” “Apa?”Sekali lagi dokter Irawati menajamkan pendengarannya, seakan dia takut kalau pendengarannya yang salah mendengar perkataan Darko. Darko langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanda kalau apa yang dikatakannya adalah benar. “Oh iya, kalau boleh tahu, Apa bu dokter tahu villa mana yang di jual dengan lokasi paling dekat dengan Rumah Sakit ini?” Dokter Irawati tidak langsung menjawab pertanyaan Darko, dia tampak serius untuk mengingat-ingat apalah di sekitar Rumah Sakit ada Villa yang akan dijual. Sebenarnya hal ini sangatlah wajar jika dokter Irawati memikirkan pertanyaan Darko, karena dia yang setiap hari berada di Rumah Sakit tidak terlalu memperhatikan villa mana saja yang kosong dan dij
Bab 170. DEPOSIT SATU MILIAR RUPIAH Maklumlah setelah mengalami guncangan demi guncangan dalam hidupnya, setegar apapun jiwa Angelina sebagai seorang wanita tentu saja dia akan menjadi lemah disaat tidak ada seseorang yang bisa dijadikan sebagai penguat hatinya. Sebenarnya sejak lama Angelina sudah merasa terbebani jiwanya dengan kehancuran perusahaan Angelina Diamond yang diberikan Darko kepadanya mengalami kebangkrutan dan tidak bisa dijaga serta dipertahankannya. Rasa bersalah yang dirasakannya membuat pikiran Angelina mengalami guncangan ringan. Hanya saja saat itu lahirlah Faizi anak dan buah hatinya dari hubungan semalam dengan Darko sanga suami sahnya. Dengan tanggung jawab untuk menjaga Faizi, amanah yang diberikan Tuhan kepadanya. Dengan hadirnya Faizi kecil, membuat hati dan jiwa Angelina menjadi kuat untuk menunjukkan kepada Darko, kalau dia adalah orang tua serta ibu yang baik bagi anaknya. Meskipun sejak kehidupannya berubah menjad
Bab 171. MENAWAR VILLA Tiba-tiba terdengar suara alarm dari mobil sport di depannya disusul menyalanya lampu sein kanan dan kirinya. “Ayo masuk.”Darko berjalan ke arah pintu pengemudi, tidak lupa dia menyuruh Sigit untuk masuk kedalam mobil sportnya. Sigit tidak langsung masuk kedalam mobil sport di depannya, dia malah terdiam dengan ekspresi aneh. Tentu saja Sigit tidak percaya kalau Darko yang terlihat seperti pria biasa dengan pakaiannya yang sederhana ternyata menaiki mobil sport yang hanya dimiliki para miliarder atau konglomerat saja. Dzin… dzinn…!Terdengar suara klakson dari mobil sport di depannya yang seketika membuat jantung Sigit berdetak lebih cepat dan kesadarannya langsung pulih. Dengan jantung berdebar-debar Sigit masuk kedalam mobil sport milik Darko. Setelah Sigit masuk kedalam mobil, segera saja Darko mengemudikan mobilnya keluar dari tempat parkir Rumah Sakit. Darko mengikuti petunjuk Sigit, kearah mana saja dia harus mengem
Bab 172. MEMBELI VILLA UNTUK ANGELINA Darko sengaja mengatakan alasan membeli villa ini, karena mempunyai bisnis di wilayah pinggiran, sehingga dia membutuhkan tempat tinggal. Tentu saja Darko tidak mengatakan kalau alasan dia membeli villa ini akan digunakan untuk merawat Angelina. Sastro memandang kearah Darko setelah mendengar perkataannya, sebelumnya dia memang pernah berbicara dengan Sigit kalau dia akan menjual Villanya dengan harga lima belas miliar. Akan tetapi ketika saat ini dia bertemu langsung dengan orang yang tertarik dengan villanya dan berniat untuk membelinya tentu saja pikirannya langsung berpikir keras. Sastro yang pada dasarnya ingin segera pergi keluar kota karena bisnisnya sudah pindah di luar kota bukan di kota Mandiraja lagi. Darko juga menatap dengan tatapan serius ke arah Sastro dan menunggu keputusan yang akan disampaikannya. Sementara itu Sigit hanya duduk diam menyaksikan dua orang kaya sedang berdiskusi, sebagai pegaw
Bab 173. BAMBANG DATANG Sambil menunggu kedatangan Bambang dan tim hukumnya, tuan rumah menyuguhkan secangkir kopi hitam dan berapa toples makanan ringan. Dari obrolan ini Darko jadi tahu kalau Sastro mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang properti, dikarenakan bisnis di wilayah kota Mandiraja kalah saing dengan perusahaan-perusahaan besar sehingga dia memindahkan lokasi bisnisnya di kota lain yang tidak sebesar kota Mandiraja. Akhirnya setelah tiga puluh menit menunggu, terdengar suara mobil berhenti di depan pintu gerbang Villa milik Sastro dimana Darko berada. Sastro langsung bangun dari duduknya dan pergi ke monitor pengawas yang merekam setiap kejadian di sekitar villanya. Dari layar monitor terlihat ada dua mobil sedan hitam berhenti di depan pintu gerbangnya. Kemudian terlihat dari dua mobil itu keluar empat orang berpakaian rapi dan berjalan ke arah pintu gerbang untuk membunyikan bell rumah yang ada di dinding pintu gerbang. “Sep
Bab 174. MENJENGUK ANGELINA DI RUMAH SAKIT JIWA Sementara itu Darko yang sudah berada di kamar villanya lebih tepatnya di Villa Bumi Hijau Persada tampak sedang duduk bersemedi mengolah pernafasannya untuk meningkatkan kekuatan energi sejatinya. Asap putih keluar dari atas kepalanya sebagai pertanda kalau Darko sedang sangat fokus bersemedi meningkatkan kemampuan dan kekuatan energi sejatinya setelah sebelumnya memakan buah Dewa Mistis. Akhirnya sepasang mata Darko yang berkilau seperti cahaya terbuka sesaat setelah semedinya berakhir. “Tubuhku terasa sangat penuh energi, entah sudah sampai tingkat berapa alam yang saya miliki. Selama ini saya belum pernah bertemu dengan lawan yang tangguh di alam manusia ini. Lawan yang tangguh hanya bisa di dapatkan saat berada di dimensi Katamaran tempat hidupnya para monster binatang dari berbagai jenis yang mempunyai kekuatan sangat hebat.” Sebenarnya apa yang menjadi kegundahan Darko sangatlah wajar, karena sebelum di
Bab 175. SALAH PAHAM Abimanyu tampak berwajah jelek saat mengusir Darko, sepertinya dia sudah sangat benci dengan mantan menantunya ini. “Ayah, apakah ayah benci dengan saya?” “Tentu saja, saya sangat membenci kamu. Apakah kamu tidak melihat keadaan Angelina? Sejak kamu pergi dan diikuti dengan Faizi, hidup Angelina langsung berubah menjadi buruk. Keluarga Wibisono bukanlah keluarga yang bisa dengan mudah kamu injak-injak. Sekarang kamu pergilah menjauh dari hadapan saya dan anak istri saya atau saya akan memanggil orang untuk mengusirmu.”Mata Abimanyu tampak melotot, ekspresi wajahnya memerah dengan nafas memburu seakan sedang menahan emosi yang melandanya. “Baiklah, saya akan pergi.”Dengan kedua tangan bertemu di depan dada, Darko segera pergi meninggalkan ruang IGD. Meskipun Darko sudah meninggalkan Abimanyu dan Ruang IGD, bukan berarti dia benar-benar meninggalkan Rumah Sakit Jiwa ini. Darko malahan duduk di ruang tunggu yang ada di lobi Rumah Sakit
Bab 176.TIDAK PERCAYA “Eh iya, tentu saja kami akan turun dari ambulans.”Dengan sedikit gugup Rossa membalas perkataan sopir ambulans. Sementara itu Angelina yang sudah masuk kedalam villa tampak terheran-heran dengan isi di dalamnya. “Bu dokter, ini villa siapa? Kenapa saya di bawa kemari?” “Ini villa ibu dan akan menjadi tempat tinggal ibu sejak saat ini hingga ibu menjadi benar-benar sehat.” “Apa maksud bu dokter kalau villa ini milik saya? Setahu saya, saya tidak pernah mempunyai villa di daerah ini?”Angelina langsung mengerutkan keningnya setelah mendengar perkataan dokter Irawati. Pada saat Angelina sedang tidak percaya dengan perkataan dokter Irawati, Rossa dan Abimanyu terlihat sedang memasuki pintu utama villa dengan ekspresi wajah bersemangat. “Ada apa ini? Kenapa kalian tampak sedang sangat serius sekali?” “Maaf bu, saya sedang menerangkan tentang villa ini kepada bu Angelina.” “Oh begitu? kalau boleh saya tahu, apa yang sed