Bab 155. AURA INTIMIDASI Wuss….Pintu portal bergerak seperti bola besi yang berputar-putar dengan sangat cepat secara bersilangan membentuk arus udara yang sangat cepat. Tak lama kemudian sosok Darko langsung menghilang seakan tertelan pusaran angin yang masuk kedalam lobang hitam yang tak berujung. Sementara itu di gua rahasia yang ada di kerajaan Jin Harimau putih, terdengar suara pintu portal yang ada di gua rahasia milik kerajaan Jin Harimau, seperti suara angin yang mendesis. Tak lama kemudian sosok Darko mulai muncul di tengah-tengah pintu portal dimensi. Kedua sesepuh yang bertugas menjaga pintu portal tampak dalam keadaan siaga, begitu pintu portal dimensi tampak mulai aktif dengan sendirinya. Akan tetapi setelah melihat siapa yang keluar dari pintu portal dimensi, kedua orang sesepuh langsung bernafas lega. Perlahan Darko melangkah keluar dari dalam pintu portal. Darko tidak sadar kalau pada saat ini auranya sangatlah kuat. Saking
Bab 156. FAIZI RINDU IBUNYA “Kenapa nek? Apa nenek mengaku kalah?” “Iya, nenek mengaku kalah. Cucu nenek memang sangat jago.”Dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal Widyawati memuji kekuatan Faizi untuk menghentikan permainan kucing mengejar tikus. Faizi yang melihat keadaan neneknya yang terlihat sudah kelelahan segera menghampiri dan memegang tangannya. Melihat cucunya menghampiri dan berusaha menghiburnya seketika senyum diwajah Widyawati melebar. “Kena!”Dengan sigap Widyawati memeluk Faizi kedalam pelukannya sambil berteriak dan tertawa terbahak-bahak. Ekspresi wajah Faizi seketika menjadi buruk mengetahui kalau dirinya dijebak Widyawati dan sudah berada dalam pelukannya. “Nenek curang, nenek curang.”Dengan wajah yang menggemaskan Faizi berteriak berusaha melepaskan diri dari pelukan Widyawati. “He he he he nenek tidak curang, hanya saja nenek memang sudah tua jadi mudah capek.” “Nenek, ini tidak bagus.”Dengan tanpa daya Faizi ak
Bab 157. PUKULAN MAUT Suara tawa empat orang preman yang sedang menggoda perempuan muda itu terdengar sangat memandang rendah. Sementara perempuan muda itu terus berteriak sambil mencoba untuk merebut tas miliknya. “Kembalikan tasku cepat! Atau saya akan melaporkan kalian kepada Polisi.”Perempuan muda itu terus berteriak berusaha mengambil tas miliknya. Meskipun perempuan muda itu terus berteriak, keempat preman tetap menghiraukan nya. Pemandangan ini tentu saja membuat Darko yang tidak jauh dari tempat mereka menjadi tidak senang. “Hei apa yang sedang kalian lakukan?” Suara Darko yang menggelegar membuat keempat preman yang sedang mengganggu perempuan muda itu langsung menoleh dan memelototi Darko dengan tatapan mata penuh ekspresi membunuh. “Siapa kamu? Apakah kamu sudah bosan hidup, berani mengganggu urusan kami hah.”Salah seorang preman yang mempunyai luka sayatan di pipi kanannya membentak Darko dengan mata melotot seakan mau memakannya.
Bab 158. DARKO PULANG Apa yang dilakukan gadis itu tentu saja membuat kesal Darko. Meskipun keberadaan gadis itu sama sekali tidak mengganggu apa yang akan dia lakukan kepada para preman. Akan tetapi tidaklah baik jika seorang gadis melihat hukuman yang akan dia berikan pada para preman yang suka mengganggu warga. “Pergilah, atau kamu ingin menangis lagi jika para preman kembali menangkap mu?” Mendengar perkataan Darko, gadis itu seketika tersadar dari keterkejutannya. Dengan gugup gadis itu lari meninggalkan taman kota sambil membawa tasnya dengan wajah pucat membayangkan akan ditangkap para preman lagi. Sementara itu setelah melihat gadis yang ditolongnya pergi, mata Darko dialihkan ke arah para preman yang sedang memperagakan keadaan si Codet. Perlahan Darko berjalan mendekati para preman, melihat kedatangan Darko yang sudah membuat si Codet terkapar tak berdaya. Para preman yang sebelumnya terlihat garang langsung menciut melihat
Bab 159. KETERKEJUTAN WIDYAWATI “Sebenarnya ibu tidak merasa direpotkan jika diminta menjemput kamu di bandara, tapi karena kamu sudah pulang tentu saja ibu tidak bisa berkata apa-apa.”Widyawati tampak menghela nafas setelah mendengar penjelasan Darko, sebagai seorang ibu yang sudah sangat lama tidak bertemu dengan anaknya, tentu saja Widyawati teringat masa-masa ketika Darko masih kecil. Saat Widyawati dan Darko sedang berbicara, Faizi yang sedang berada di pangkuan Darko langsung menyela seakan tidak sabar dengan uneg-uneg yang ada di dalam hatinya. “Ayah ayah, kapan ayah mengajak faizii bertemu dengan ibu?”Faizi yang ada di pangkuan Darko tidak sabar menyela perkataan Widyawati. Nanti pasti Faizi ayah ajak menemui ibu, oh iya kamu senang tinggal bersama nenek atau tinggal bersama ayah di kota Mandiraja?” Tiba-tiba Darko menanyakan pendapat Faizi tentang perasaan hatinya pada saat ini. Sebagai anak kecil yang masih polos tentu saja Faizi langsung men
Bab 160. PILIHAN UNTUK FAIZI Dalam benak Widyawati, dia menganggap kalau Angelina bukanlah istri yang baik dan terlalu memandang rendah Darko dan terlalu materialistis. Padahal keluarga Mangkusadewo sudah berniat baik untuk mensejahterakan keluarga Wibisono yang merupakan mantan anak buahnya di militer. Akan tetapi harapannya sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan, apalagi setelah sekarang dia mendengar kabar kalau rumah tangga anaknya sudah berantakan. Tentu saja Widyawati tidak bisa menyembunyikan kekesalannya dari perubahan yang terjadi pada wajah dan tarikan nafasnya yang semakin cepat saat membahas masalah rumah tangga Darko. Tentu saja Darko tahu perubahan yang terjadi pada ekspresi wajah Widyawati serta aliran nafasnya yang sedikit memburu, sebagai tanda kalau ibunya sedang naik emosinya. Segera saja Darko berusaha menenangkan Widyawati dengan perkataan yang membela Angelina. Darko melakukan hal ini tentu saja dengan maksud agar ibunya
Bab 161. FAIZI DI TINGGAL Mendengar perkataan Darko, seketika Faizi memandang ayahnya dengan tatapan bingung. Sebagai seorang anak, tentu saja Faizi lebih suka setiap hari berkumpul dengan keluarganya. Akan tetapi dia sudah tahu kalau ayahnya tidak disukai nenek Rossa dan kakek Abimanyu. Meskipun Faizi masih kecil, akan tetapi setelah ditempa kehidupan yang serba sulit dan susah saat ayahnya pergi telah membuat Faizi kecil bisa berpikir lebih dewasa sebelum waktunya. Kini pada saat ayahnya sudah pulang dari perantauannya dan berkumpul bersamanya, sebuah cobaan menimpa dirinya yang harus melihat perpisahan antara ayah dan ibunya. Serta melihat kebencian yang diperlihatkan nenek dan kakek dari keluarga ibunya kepada ayahnya. “Terserah ayah saja. Izi menurut sama ayah.”Mendengar jawaban Faizi, senyum pahit menghiasi sudut bibir Darko, karena dia yang harus menentukan masalah Faizi akan tinggal dengan siapa. Sementara itu Widyawati yang mendengar per
Bab 162. ANGELINA BERUBAH SEPERTI KUNTILANAK Dengan tergopoh-gopoh Abimanyu naik ke lantai dua memenuhi panggilan Rossa. “Ada apa sih? Kenapa ibu panggil-panggil ayah seperti orang kesurupan?” “Kesurupan, kesurupan ayah jangan suka bercanda, ibu sedang panik nih. Apa kamu sebagai seorang ayah sama sekali tidak memikirkan anak kamu? Lihat apa yang sedang dilakukan Angelina. Sudah satu minggu lamanya Angelina tidak keluar dari kamar dan ibu juga tidak bisa masuk. Kamu sebagai seorang ayah dan seorang pria cobalah pikirkan bagaimana caranya agar anak kita mau makan.”Mulut Rossa sampai berbusa dan air liurnya terbang kemana-mana saat berbicara kepada Abimanyu dengan perasaan campur aduk, antara takut, khawatir dan cemas bercampur menjadi satu. Tanpa sadar Abimanyu mengusap wajahnya yang kena cipratan air ludah dari mulut Rossa yang nyinyir seperti burung beo. “Terus ayah harus ngapain?”Memang pada dasarnya punya sifat yang serba mengalah dan selalu berada di
Bab 194. NAPAK TILAS KE UNIVERSITAS “Bu Siti, sepertinya ibu perlu membawa bapak Bambang ini ke tempat-tempat yang dulunya pernah disinggahi sebelum beliau lupa ingatan. Terapi kenangan masa lalunya sangat penting untuk memancing daya ingat otaknya.”Dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang memberi saran kepada Siti setelah satu bulan lamanya dilakukan pemeriksaan otaknya dengan peralatan modern dan canggih tetap saja belum bisa menyembuhkan lupa ingatannya Bambang. Siti mendengarkan dengan serius saran dari dokter spesialis otak yang memeriksa Bambang. Setelah pemeriksaan otak Bambang selesai, Siti segera mengajak Bambang untuk jalan-jalan. Bambang hanya diam dan mengikuti kemanapun Siti membawanya pergi, bahkan ketika dia di ajak naik pesawat terbang Bambang tidak banyak bertanya. Akhirnya pesawat yang dinaiki Siti mendarat di bandar udara kota Mandiraja. Ekspresi wajah Bambang terlihat aneh begitu menginjakkan kaki di kota Mandiraja lagi? Bu
Bab 193. MASA LALU BAMBANG “Mas Tegar….”Terdengar suara parau dari mulut Siti ketika berhadapan dengan jarak yang sangat dekat dengan Bambang. Meskipun suara Siti tidak terlalu keras, akan tetapi bisa terdengar oleh pegawai Dinas Sosial yang ada di tempat ini. “Tegar? Kenapa wanita ini memanggil Bambang dengan nama Tegar?” “Mas Tegar, apakah kamu mas Tegar kan?” “Mas Tegar? Siapa mas tegar yang ibu maksud?”Bambang yang di panggil mas Tegar oleh Siti tampak bertanya balik dengan wajah penuh dengan kebingungan. “Mas Tegar, ini Siti. Apa mas Tegar lupa dengan Siti?” Mata Siti semakin berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Bambang. Pada akhirnya Siti harus mempercayai perkataan pihak Rumah Sakit Jiwa yang sebelumnya merawat Bambang, kalau Bambang memang benar-benar sudah lupa ingatan. Melihat situasi yang kurang kondusif, pegawai Dinas Sosial segera menyuruh Bambang untuk duduk berhadapan dengan Siti hanya terhalang sebuah meja Jati.
Bab 192. BERTEMU PRIA PARUH BAYA YANG DICARINYA “Bu Siti, apa yang membuat anda datang ke Rumah Sakit ini? Apakah anda bersama pak Darko?” “Saya datang sendiri ke Rumah Sakit ini, kemarin saya seperti mengenali seseorang yang ada di Rumah Sakit ini, sehingga saya ingin menghilangkan rasa penasaran saya.” “Ibu punya kenalan orang di Rumah Sakit ini? Apakah karyawan di tempat ini atau siapa?”Dokter Irawati tampak sangat serius mendengarkan apa yang dikatakan Siti. Bagaimanapun juga dia tidak ingin mengecewakan orang sekelas Siti dan Darko yang masih deposit uang perawatan untuk Angelina yang sisanya masih sangat banyak. “Saya tidak tahu, orang itu kerja di Rumah Sakit ini atau pasiennya. Tapi yang jelas saya penasaran dengan sosok pria yang saya lihat kemarin itu.” Dokter irawati tampak semakin bingung dengan perkataan Siti, kemudian dia minta informasi lebih lengkap tentang pria paruh baya yang dilihat Siti saat itu. Setelah Siti menceritakan ihwal
Bab 191. SITI MENCARI PRIA PARUH BAYA DI RUMAH SAKIT JIWA “Apa Darko? Bagaimana bisa pria tidak berguna itu membawa pergi Angelina.?”Rossa tampak sangat kesal begitu mendengar perkataan petugas resepsionis yang sedang melayaninya. Melihat dan mendengar perkataan Rossa, Resepsionis ini hanya bisa diam, baginya dia tidak tahu menahu masalah pasien maupun keluar masuknya pasien ke Rumah Sakit ini. Karena tugasnya hanya menerima tamu dan memberikan informasi sesuai data yang tersedia di komputernya. “Sudahlah bu, sebaiknya kita pulang saja. Kita tidak usah ribut-ribut di tempat ini.”Abimanyu yang masih mempunyai pikiran panjang, segera membujuk Rossa untuk kembali saja. Apalagi dari catatan yang terdokumentasi oleh komputer Rumah sakit di beritahukan kalau Angelina keluar dari Rumah Sakit bersama Darko. Meskipun dengan perasaan kesal, akhirnya Rossa tetap mengikuti perkataan Abimanyu untuk pulang tanpa bersama Angelina. Tak lama setelah Rossa dan Abim
Bab 190. ROSSA INGIN MEMBAWA PULANG ANGELINA Tanpa sadar Siti menggumamkan sebuah nama yang selama ini selalu tersimpan di hatinya. Siapakah mas Tegar itu? Mas Tegar adalah suami Siti sewaktu mereka muda dan masih kuliah di Universitas Mandiraja. Sedangkan Tegar itu sendiri adalah ayah biologis dari Darko sang tokoh utama yang selama ini belum pernah dilihatnya. “Tunggu….”Tiba-tiba Siti berkata dengan sedikit ragu-ragu tergambar jelas di raut wajahnya. “Sepertinya saya pernah melihat mas Tegar, tapi dimana ya?” “Betul sekali, pria itu.” “Pria yang ada di Rumah Sakit Jiwa tempat Angelina dirawat, wajahnya sangat mirip dengan mas Tegar.”Siti tampak sedang mengingat-ingat sosok pria paruh baya yang sedang duduk di bawah pohon yang sebelumnya di lihatnya. Semakin dipikirkan, Siti semakin penasaran dengan pria paruh baya itu yang ada di Rumah Sakit Jiwa. Pria paruh baya itu adalah gelandangan yang ditemukan petugas polisi kota di pi
Bab 189. PELUKAN MENGHARUKAN Kedatangan Darko yang mendadak bersama Angelina serta Siti tentu saja mengejutkan Widyawati dan George, demikian juga dengan Faizi yang sedang bersama kakek dan neneknya. “Assalamu’alaikum.” “Wa’alaikum salam.” “Eh ada tamu agung datang mengunjungi gubuk kami yang reot ini.”Widyawati langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina dengan sebuah sapaan merendah sebagai sopan santun yang umum bagi masyarakat jawadwipa setelah sebelumnya menjawab salam mereka. Darko terlebih dahulu melakukan sungkem dengan menjabat tangan kedua orang tuanya dengan cara mencium punggung tangannya. Setelah itu barulah Widyawati serta George langsung menyambut kedatangan Siti dan Angelina. “Anakku… kamu juga ikut pulang kerumah ibu?”Widyawati segera memeluk tubuh Angelina yang terlihat kurus, sebelumnya kedua orang tuanya sudah tahu kalau hubungan Darko dan Angelina sudah bercerai karena permintaan keluarga Wibisono. Karena hal in
Bab 188. ANGELINA DIBAWA KE IBUKOTA Setelah melihat Darko menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan, seketika ekspresi panik Angelina pun menghilang. “Betul sekali, kamu tidak akan bertemu dengan Rossa dan Abimanyu. Kamu akan tinggal bersama kami, disana juga ada Faizi.” “Apa? Saya akan bertemu dengan Faizi?” “Betul sekali, untuk apa aku berkata bohong?” “Tapi… tapi bagaimana kalau Rossa tahu dan mencari kita?” “Kamu tidak usah khawatir, di tempat ini Rossa dan keluarga Wibisono tidak akan berani macam-macam lagi.” Setelah berbincang-bincang sebentar meluapkan rasa rindu dengan saling berpelukan, Darko segera mengajak semua orang untuk kembali. Tapi sebelum kembali Darko menghubungi Bambang untuk menyiapkan pakaian untuk Angelina, serta membawakan mobil yang cukup besar untuk membawa mereka bertiga, karena sebelumnya Darko membawa mobil sport yang hanya mempunyai dua kursi penumpang saja. Dan tak lupa Darko meminta Bambang untuk me
Bab 187. MEMBAWA PULANG ANGELINA “Apakah itu Angelina? Kenapa dia tinggal di tempat seperti ini?”Tanda tanya besar menghantui pikirannya setelah melihat Angelina yang berwajah pucat dan terlihat kerutan di keningnya. Maklumlah kalau Siti terkejut, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau menantunya ternyata dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. “Sayang, aku datang.”Darko berteriak ketika jaraknya tinggal lima puluh meter dari Angelina yang sedang asik dengan tanaman bunganya. Angelina segera menoleh ke arah sumber suara, seketika ekspresi wajahnya bersinar melihat Darko yang memanggilnya. “Kak Darko.”Angelina berbisik pelan memanggil nama Darko, karena saking gembiranya mengetahui kedatangan Darko, Angelina sampai mengabaikan keberadaan Siti yang berjalan di belakangnya. Sementara itu dokter Irawati hanya berdiri diam sambil tersenyum melihat interaksi antara Angelina dan Darko. Sebagai seorang dokter jiwa, tentu saja dokter Irawati tahu
Bab 186. SITI MENJENGUK ANGELINA “Rumah Sakit Jiwa? Kenapa Darko membawaku ke Rumah Sakit Jiwa? Bukankah saya ingin bertemu dengan Angelina?”Kepala Siti langsung berdenyut ketika memikirkan apa yang sedang direncanakan Darko. Meskipun dia penasaran, Siti tetap diam tidak bertanya apa yang menjadi uneg-uneg dalam hatinya. “Mari turun bu.”Setelah sampai di tempat parkir, Darko keluar dari mobil sportnya terlebih dahulu, kemudian dia berjalan memutar untuk membuka pintu dimana Siti berada. Pemandangan ketika Darko membuka pintu dan mempersilahkan Siti keluar dari mobil sportnya tampak menarik perhatian masyarakat serta karyawan Rumah Sakit Jiwa yang sedang di lobi maupun di tempat parkir. “Coba lihat itu, Boss dari mana tuh yang datang ke Rumah Sakit Jiwa yang khusus untuk orang tidak waras?” “Iya, apa mungkin keluarga mereka ada yang sakit jiwa?” “Bisa saja, namanya orang gila itu bisa melanda siapapun tidak pandang orang kaya maupun orang mis