Bab 154. HIT N RUN Bagi para kultivator dunia monster, darah makhluk yang memakan buah Dewa Mistis maka darah dan dagingnya mempunyai khasiat yang sama dengan buah Dewa Mistis itu sendiri. Karena mempunyai pemikiran seperti itu maka secara otomatis semua monster memandang ke arah Darko dengan apa liur menetes dari mulut mereka. Sementara itu Darko yang tubuhnya merasa sangat ringan dan penuh dengan energi sama sekali tidak takut menghadapi kepungan ratusan monster yang sangat kuat dengan tubuh rata-rata setinggi sepuluh meter. “Grrr… teman-teman serang manusia kerdil itu, siapapun yang lebih dulu memakannya maka dialah yang beruntung!”Monster singa bersayap berteriak dan tubuh besarnya melesat dengan cepat ke arah Darko yang sedang melayang di atas puncak gunung Dewa Mistis. Duar…!Suara ledakan yang sangat keras keluar dari benturan antara serangan monster singa bersayap dengan Darko. Efek ledakannya sampai menghembuskan angin yang sangat kuat seh
Bab 155. AURA INTIMIDASI Wuss….Pintu portal bergerak seperti bola besi yang berputar-putar dengan sangat cepat secara bersilangan membentuk arus udara yang sangat cepat. Tak lama kemudian sosok Darko langsung menghilang seakan tertelan pusaran angin yang masuk kedalam lobang hitam yang tak berujung. Sementara itu di gua rahasia yang ada di kerajaan Jin Harimau putih, terdengar suara pintu portal yang ada di gua rahasia milik kerajaan Jin Harimau, seperti suara angin yang mendesis. Tak lama kemudian sosok Darko mulai muncul di tengah-tengah pintu portal dimensi. Kedua sesepuh yang bertugas menjaga pintu portal tampak dalam keadaan siaga, begitu pintu portal dimensi tampak mulai aktif dengan sendirinya. Akan tetapi setelah melihat siapa yang keluar dari pintu portal dimensi, kedua orang sesepuh langsung bernafas lega. Perlahan Darko melangkah keluar dari dalam pintu portal. Darko tidak sadar kalau pada saat ini auranya sangatlah kuat. Saking
Bab 156. FAIZI RINDU IBUNYA “Kenapa nek? Apa nenek mengaku kalah?” “Iya, nenek mengaku kalah. Cucu nenek memang sangat jago.”Dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal Widyawati memuji kekuatan Faizi untuk menghentikan permainan kucing mengejar tikus. Faizi yang melihat keadaan neneknya yang terlihat sudah kelelahan segera menghampiri dan memegang tangannya. Melihat cucunya menghampiri dan berusaha menghiburnya seketika senyum diwajah Widyawati melebar. “Kena!”Dengan sigap Widyawati memeluk Faizi kedalam pelukannya sambil berteriak dan tertawa terbahak-bahak. Ekspresi wajah Faizi seketika menjadi buruk mengetahui kalau dirinya dijebak Widyawati dan sudah berada dalam pelukannya. “Nenek curang, nenek curang.”Dengan wajah yang menggemaskan Faizi berteriak berusaha melepaskan diri dari pelukan Widyawati. “He he he he nenek tidak curang, hanya saja nenek memang sudah tua jadi mudah capek.” “Nenek, ini tidak bagus.”Dengan tanpa daya Faizi ak
Bab 157. PUKULAN MAUT Suara tawa empat orang preman yang sedang menggoda perempuan muda itu terdengar sangat memandang rendah. Sementara perempuan muda itu terus berteriak sambil mencoba untuk merebut tas miliknya. “Kembalikan tasku cepat! Atau saya akan melaporkan kalian kepada Polisi.”Perempuan muda itu terus berteriak berusaha mengambil tas miliknya. Meskipun perempuan muda itu terus berteriak, keempat preman tetap menghiraukan nya. Pemandangan ini tentu saja membuat Darko yang tidak jauh dari tempat mereka menjadi tidak senang. “Hei apa yang sedang kalian lakukan?” Suara Darko yang menggelegar membuat keempat preman yang sedang mengganggu perempuan muda itu langsung menoleh dan memelototi Darko dengan tatapan mata penuh ekspresi membunuh. “Siapa kamu? Apakah kamu sudah bosan hidup, berani mengganggu urusan kami hah.”Salah seorang preman yang mempunyai luka sayatan di pipi kanannya membentak Darko dengan mata melotot seakan mau memakannya.
Bab 158. DARKO PULANG Apa yang dilakukan gadis itu tentu saja membuat kesal Darko. Meskipun keberadaan gadis itu sama sekali tidak mengganggu apa yang akan dia lakukan kepada para preman. Akan tetapi tidaklah baik jika seorang gadis melihat hukuman yang akan dia berikan pada para preman yang suka mengganggu warga. “Pergilah, atau kamu ingin menangis lagi jika para preman kembali menangkap mu?” Mendengar perkataan Darko, gadis itu seketika tersadar dari keterkejutannya. Dengan gugup gadis itu lari meninggalkan taman kota sambil membawa tasnya dengan wajah pucat membayangkan akan ditangkap para preman lagi. Sementara itu setelah melihat gadis yang ditolongnya pergi, mata Darko dialihkan ke arah para preman yang sedang memperagakan keadaan si Codet. Perlahan Darko berjalan mendekati para preman, melihat kedatangan Darko yang sudah membuat si Codet terkapar tak berdaya. Para preman yang sebelumnya terlihat garang langsung menciut melihat
Bab 159. KETERKEJUTAN WIDYAWATI “Sebenarnya ibu tidak merasa direpotkan jika diminta menjemput kamu di bandara, tapi karena kamu sudah pulang tentu saja ibu tidak bisa berkata apa-apa.”Widyawati tampak menghela nafas setelah mendengar penjelasan Darko, sebagai seorang ibu yang sudah sangat lama tidak bertemu dengan anaknya, tentu saja Widyawati teringat masa-masa ketika Darko masih kecil. Saat Widyawati dan Darko sedang berbicara, Faizi yang sedang berada di pangkuan Darko langsung menyela seakan tidak sabar dengan uneg-uneg yang ada di dalam hatinya. “Ayah ayah, kapan ayah mengajak faizii bertemu dengan ibu?”Faizi yang ada di pangkuan Darko tidak sabar menyela perkataan Widyawati. Nanti pasti Faizi ayah ajak menemui ibu, oh iya kamu senang tinggal bersama nenek atau tinggal bersama ayah di kota Mandiraja?” Tiba-tiba Darko menanyakan pendapat Faizi tentang perasaan hatinya pada saat ini. Sebagai anak kecil yang masih polos tentu saja Faizi langsung men
Bab 160. PILIHAN UNTUK FAIZI Dalam benak Widyawati, dia menganggap kalau Angelina bukanlah istri yang baik dan terlalu memandang rendah Darko dan terlalu materialistis. Padahal keluarga Mangkusadewo sudah berniat baik untuk mensejahterakan keluarga Wibisono yang merupakan mantan anak buahnya di militer. Akan tetapi harapannya sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan, apalagi setelah sekarang dia mendengar kabar kalau rumah tangga anaknya sudah berantakan. Tentu saja Widyawati tidak bisa menyembunyikan kekesalannya dari perubahan yang terjadi pada wajah dan tarikan nafasnya yang semakin cepat saat membahas masalah rumah tangga Darko. Tentu saja Darko tahu perubahan yang terjadi pada ekspresi wajah Widyawati serta aliran nafasnya yang sedikit memburu, sebagai tanda kalau ibunya sedang naik emosinya. Segera saja Darko berusaha menenangkan Widyawati dengan perkataan yang membela Angelina. Darko melakukan hal ini tentu saja dengan maksud agar ibunya
Bab 161. FAIZI DI TINGGAL Mendengar perkataan Darko, seketika Faizi memandang ayahnya dengan tatapan bingung. Sebagai seorang anak, tentu saja Faizi lebih suka setiap hari berkumpul dengan keluarganya. Akan tetapi dia sudah tahu kalau ayahnya tidak disukai nenek Rossa dan kakek Abimanyu. Meskipun Faizi masih kecil, akan tetapi setelah ditempa kehidupan yang serba sulit dan susah saat ayahnya pergi telah membuat Faizi kecil bisa berpikir lebih dewasa sebelum waktunya. Kini pada saat ayahnya sudah pulang dari perantauannya dan berkumpul bersamanya, sebuah cobaan menimpa dirinya yang harus melihat perpisahan antara ayah dan ibunya. Serta melihat kebencian yang diperlihatkan nenek dan kakek dari keluarga ibunya kepada ayahnya. “Terserah ayah saja. Izi menurut sama ayah.”Mendengar jawaban Faizi, senyum pahit menghiasi sudut bibir Darko, karena dia yang harus menentukan masalah Faizi akan tinggal dengan siapa. Sementara itu Widyawati yang mendengar per
Bab 216. AKHIR BAHAGIA Kini Rossa dan Abimanyu baru tersadar kalau pesan kakek Wibisono ternyata sangat benar dan bukan omong kosong biasa. Akan tetapi kekecewaan dan penyesalan pasti selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi dan terlewati, apalagi saat ini kebesaran keluarga besar Wibisono benar-benar sudah musne Pepatah asli dari Indonesia bisa mengungkapkan apa yang dialami keluarga besar Wibisono yaitu ‘Ibarat nasi sudah menjadi bubur’. Maka tidak ada yang bisa dilakukan keluarga besar Wibisono yang sudah hancur, sekarang yang ada hanya keluarga besar Mangkusadewo, karena Angelina sebagai generasi ketiga keluarga besar Wibisono sudah menjadi istri dan bagian dari keluarga besar Mangkusadewo. Kenapa menjadi keluarga Mangkusadewo bukannya keluarga besar Tegar dan Siti, hal ini disebabkan kedua orang tua kandung Darko tidak ingin merubah nama Darko yang memakai nama Mangkusadewo sejak kecil atau sejak mereka tinggalkan di depan pintu panti asuhan A
Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO Keinginannya Rossa untuk membelot dan menolak permintaan Darko seketika menghilang setelah di bentak oleh pengawal yang bersama mereka. Dengan gugup dan dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran mereka berdua berjalan memasuki Bandar udara kota Mandiraja tanpa tahu akan dibawa kemana oleh Darko. Hingga akhirnya ketika mereka melihat ada sebuah pesawat jet pribadi yang sangat indah berada di depan mata mereka, seketika rasa bingung dan shock mulai menghantui pikiran Rossa dan Abimanyu. Darko dan Angelina sama sekali tidak banyak bicara selama perjalan hingga memasuki jet pribadi milik Darko, hingga saking tidak sabarnya ingin tahu mereka akan dibawa kemana oleh Darko, Rossa memberanikan diri berbicara. “Darko, sebenarnya kami akan kamu bawa kemana? Dan kenapa kita naik jet pribadi yang begini bagus, apa maksudnya?” “Diamlah, jangan banyak bicara atau kalian akan saya lempar keluar dari pesawat.”Darko yang merasa kesal kep
Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT Sebelum Rossa tersadar dengan apa yang terjadi, Angelina sudah ditarik Darko ke sisinya. Seketika wajah Rossa menjadi jelek mengetahui Angelina sudah berpindah tempat lebih tepatnya di samping menantu yang tidak berguna itu. Ekspresi wajah Angelina juga terlihat sangat terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya bergeser kesamping Darko sesaat setelah terdengar suara Darko memanggil pengawal. Apalagi Rossa emosinya seakan meluap mengetahui Angelina sudah berdiri di samping Darko. Pada saat dia akan menarik tangan Angeline kembali, tiba-tiba ada sesosok tubuh kekar berdiri tepat di depannya seakan sebuah benteng yang kokoh sebagai pembatas antara dirinya dengan Angelina. “Minggir, jangan halangi jalanku.”Dengan kasar Rossa berusaha mendorong pengawal kekar yang diperintahkan Darko untuk melindungi Angelina. “Argh… Lepaskan.”Rossa menjerit kesakitan mengetahui tangan yang sebelumnya akan digunakan untuk mendorong pria kekar di depa
Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan di pihak kepolisian yang menyelidiki musibah kebakaran ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau sumber bencana itu ada didepan mereka, andai saja mereka tahu tentu Darko akan langsung ditangkap dan dimintai keterangan. Akan tetapi saat ini orang yang sudah membuat keonaran itu ekspresinya tampak datar dan tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih maupun belasungkawa mengetahui salah satu kerabatnya mengalami musibah. Untungnya tidak ada yang mencurigai Darko, karena banyak juga warga sekitar yang menonton lokasi kebakaran dengan ekspresi datar seperti halnya Darko. Angelina menangis di pelukan Rossa seakan dia lupa kalau sebelumnya Rossa sangat jahat kepada dirinya. Bagi Angelina sejahat apapun Rossa dia sudah sangat memahami sifatnya yang seperti flamboyan selalu berubah-ubah mengikuti arah angin. Meskipun dia selalu tidak setuju dengan nasehat serta saran Rossa, sebag
Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA Darko tetap diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya setelah Widyawati menyuruhnya untuk pergi ke kota Mandiraja melihat situasi terkini keluarga Wibisono. Hal ini membuat Widyawati menatap tajam ke arahnya, sementara itu Angelina sudah menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya sambil menunggu jawaban Darko dengan hati berdebar-debar. “Baiklah, saya akan mengajak Angelina menengok keluarga Wibisono. Ibu saya titip Faizi bersama kalian.”Setelah menghela nafas sebentar Darko menyetujui saran Widyawati untuk pergi ke kota Mandiraja, tak lupa dia menitipkan Faizi dalam pengawasan dua neneknya ini. Dengan mengatakan hal ini maka secara otomatis dia hanya ingin berdua saja tanpa mengajak Faizi maupun yang lainnya. “Kamu tenang saja, Faizi pasti akan kami jaga dengan baik. Pergilah, jangan lama-lama di rumah ingat kamu harus menjaga menantu ibu yang cantik ini dengan baik.” “Ba
Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI Widyawati membelai punggung Angelina untuk menenangkannya sambil menghibur agar Angelina tidak khawatir dengan Darko. “Tapi ibu?”Angelina masih khawatir kalau Darko tidak mengizinkan dia pulang ke kota Mandiraja untuk melihat dan mencari informasi lebih jelas keadaan nyonya besar Wibisono. Karena Angelina tahu kalau Darko sangat membenci keluarga nya, lebih utamanya kepada nenek dan pamannya. Karena hal inilah dia merasa sangat tertekan dan hanya bisa menangis saja. Melihat Angelina tampak bersedih seakan perkataan Widyawati masih belum cukup untuk membuatnya tenang. Hal ini membuat Widyawati segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Angelina masih diam dengan air mata terus membasahi pipinya. Sebenci apapun dia kepada nenek dan pamannya sebagai bagian dari keluarga besar Wibisono, tentu saja hatinya akan merasa sedih melihat mereka mati terpanggang oleh kebakaran di villanya. Sedangkan
Bab 210. KEPANIKAN ANGELINA, ROSSA DAN ABIMANYU Abimanyu yang sedang dalam keadaan shock menoleh ke arah Rossa dan menatapnya dengan tatapan sayu dengan mata memerah dan hanya bisa menganggukkan kepalanya saja untuk mengiyakan perkataan Rossa. “Ibu….” terdengar gumaman sendu dari bibir Abimanyu yang sedang dalam kondisi mental terendah dalam hidupnya. Meskipun selama ini dia sering direndahkan dan tidak dianggap oleh nyonya besar Wibisono, akan tetapi saat mendengar ibunya mati dengan cara mengenaskan tentu saja jiwanya langsung terpukul. Sebagai anak meskipun Abimanyu selalu dianggap sebagai anak yang tidak berguna, dia masih tetap menganggap nyonya besar Wibisono sebagai ibu kandungnya. Setelah mendapat persetujuan, pada akhirnya mereka berdua segera pergi mengunjungi villa keluarga Wibisono yang sudah menjadi abu. Sesampainya di Villa keluarga Wibisono, taksi yang mereka naiki ditahan petugas yang menjaga kawasan ini dan tidak membiarkan warga
Bab 209. TANGISAN ABIMANYU Ekspresi wajah Darko tidak berubah dan tetap datar seakan tanpa ekspresi apapun, bagi Darko membunuh sudah menjadi pekerjaannya selama di medan perang. Meskipun dia sudah terbiasa membunuh di medan perang, tapi sekarang adalah pertama kalinya membunuh orang yang bukan musuh di medan perang tapi musuh yang sudah berulang kali menyakiti anak dan istrinya. Meskipun mereka masih keluarga Angelina tapi kelakuannya bukan seperti seorang keluarga, maka hukuman yang pantas adalah kematian. Sebelumnya Darko sudah pernah menghukum Rinto Wibisono atau pamannya Angelina yang sering mengganggu. Akan tetapi setelah penyakit yang disebabkan Darko sembuh, bukannya berhenti mengganggu Angeline, Rinto masih saja mengganggunya bahkan meminta Angelina bercerai dengan Darko. Karena hal inilah Darko tidak ingin kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap Angelina dan Faizi. Dari keluarga besar Wibisono yang tersisa adalah Rossa dan Abimanyu
Bab 208. MUSNAHNYA KELUARGA BESAR WIBISONO Setelah mengakhiri pengawal keluarga Wibisono yang bernasib sial, Darko segera melanjutkan langkahnya memasuki Villa. Namun teriakan pengawal yang sebelumnya yang menghardik Darko terdengar oleh rekan-rekannya, sehingga beberapa pengawal keluar dari Villa dengan rasa penasaran ingin tahu siapa orang yang memasuki Villa Wibisono ini. Begitu memasuki pintu Villa, Darko langsung berpapasan dengan beberapa pengawal yang mau keluar. “Siapa kamu? Kenapa kamu masuk ke Villa keluarga Wibisono begitu saja sebelum melaporkan kedatanganmu?” Prok prok prokDarko tidak buru-buru menanggapi pertanyaan para pengawal keluarga Wibisono, emosinya sudah meluap merasakan tekanan penderitaan yang selama ini diderita Angelina. Tanpa banyak bicara dia langsung melambaikan tangannya ke arah kepala para pengawal ini, dan seperti teman mereka yang sudah menjadi mayat, pengawal-pengawal ini juga langsung mati begitu saja dengan kepala