Pada pagi hari buta, Baron sudah terbangun dan Baron tidur di sofa karena Aghnia jelas tidak memperbolehkan Baron untuk tidur seranjang karena ini adalah keinginan dari Aghnia sendiri.
Baron menatap ke arah Aghnia yang tertidur menghadap ke Baron, Baron hanya tersenyum dan mengingat hari-hari indah pernikahan mereka. Namun, itu semua langsung Baron hiraukan karena ini masih langkah awal untuk ia bisa bersatu kembali dengan istrinya. Baron pergi ke area balkon dan menatap kota J yang bersinar karena lampu perkotaan, Baron memulai pagi dengan berolahraga calisthenic untuk melatih otot punggungnya. Aghnia terbangun sedikit dan melihat siluet Baron yang sedang melakukan hand stand di besi pembatas balkon."Apa itu?" gumam Aghnia, namun Aghnia tidak mengindahkannya dan kembali tidur. ... Pada pukul 7 pagi, Aghnia sudah rapi menggunakan blazer untuk ia pergi ke kantor dan Baron hanya mengenakan kemeja polos berwarna putih."Baron, kita akan turun secara bersamaan kalau kita turun sendiri-sendiri itu akan menimbulkan kecurigaan di keluargaku!" ujar Aghnia."Tentu, Aghnia!" Baron hanya melihat Aghnia dengan tersenyum karena sikap acuh tak acuh terhadap dirinya.Kring....kring...kring Ponsel jadul milik Baron berbunyi dan itu dari Nolan."Dia, masih mengenakan ponsel jadul miliknya? Apa dia benar-benar tidak peduli dengan perkembangan zaman?" gumam Aghnia yang melihat Baron memegangi ponselnya."Nolan? Aku rasa dia ingin mengabarkan bahwa yang aku minta telah disiapkan!""Siapa?" tanya Aghnia."Ah? Hanya dari temanku saja," jawab Baron. Baron mengangkat telepon itu namun ia mengangkatnya di balkon."Halo Nolan.""Ketua, uangnya sudah kusiapkan untuk perintah selanjutnya saya menunggu perintah dari anda!""Bagus, nanti akan kuberitahu selanjutnya!""Baik ketua!" Aghnia melihat Baron yang akan kembali dengan pertanyaan dibenaknya."Sebenarnya selama ini, Baron pergi kemana dan dia sudah melewati apa saja?" gumam Aghnia. Baron kembali dengan tersenyum namun hanya dibalas dengan senyum ketus dari Aghnia."Dasar!" batin Baron. Mereka berdua turun dan ternyata sudah ditunggu oleh keluarga Hasya dengan bingkisan yang ada di ruang makan. Baron disambut dengan pandangan sinis dari Ivan dan juga Jessica, dan tatapan dingin dari mertuanya, Baron membalas itu semua dengan wajah datar seakan tidak memperdulikan keluarga Hasya."Pagi!" sapa Aghnia kepada keluarganya, namun jelas saja itu semua tidak dipedulikan oleh yang lainnya. Saat Baron akan duduk tiba-tiba ia dihentikan oleh Sophie."Baron, tunggu sebentar! Ini bukalah!" ujar Sophie dengan memberikan bingkisan tersebut kepada Baron. Baron cukup waspada dengan apa yang diberikan oleh ibu mertuanya, dikhawatirkan ada sebuah ancaman entah ular atau hal yang bisa membahayakannya."Apa ini ibu?" tanya Baron."Buka saja! Itu untukmu!" Baron membuka bingkisan itu dengan memberi jarak karena masih curiga dengan mertuanya, dan saat Baron membuka bingkisannya terlihat sebuah pakaian office boy."Ini apa?" tanya Baron."Itu adalah pakaian yang akan kamu gunakan untuk bekerja di perusahaan milik keluarga Hasya!" jawab Sophie dengan wajah yang sinis. Baron melihat ke arah wajah keluarga Hasya yang memandangi Baron dengan sebelah mata, Baron jelas sangat mengetahui watak keluarga Hasya yang sangat busuk dan rela melakukan apapun untuk kejayaan keluarga mereka tanpa mempedulikan orang-orang yang menderita akibat ketamakan mereka sendiri."Jadi begitu? Mereka ingin aku berada di posisi terbawah? Jelas sekali apa yang akan mereka lakukan padaku nantinya!" batin Baron."Dan seharusnya, kau sudah pergi sekarang dan tidak berada di rumah untuk bersantai-santai!" imbuh Joshua. Baron hanya tersenyum tipis kepada Joshua dan juga Sophie."Baiklah, tidak nyaman juga jika aku tidak segera bekerja. Aku pergi dulu ya!" ujar Baron sembari memberi kecupan di kepala Aghnia. Baron pun keluar dan meninggalkan Aghnia di kediamannya."Br*ngs*k! Mereka benar-benar ingin merendahkan ku ya? Akan aku ikuti permainan kalian!" ujar Baron. Kepergian Baron pun disusul oleh Aghnia yang menyusul Baron."Kita pergi bersama!" ujar Aghnia dengan nada yang ketus."Baik!" Baron dan Aghnia pergi bersama namun di mobil Porsche milik Aghnia mereka hanya saling diam. Sesampainya di Hasya Company, Baron diturunkan cukup jauh dari perusahaan agar tidak ketahuan oleh pegawai yang lain, Baron pun pergi dan ia langsung pergi ke ruangan staff OB. Baru saja masuk Baron langsung disuguhkan oleh seseorang yang sudah memegang peralatan kebersihan."Hei anak baru! Cepat kau bersihkan lobby kantor!" ujar seorang wanita yang sekitar umur 50 tahun."Apa? Aku baru saja masuk!""Kata Bu Sophie cepat!" Baron mengangguk dan sebelum Baron membersihkan lobby, Baron menelpon Nolan."Halo Nolan! Kamu datang ke perusahaan Hasya Company, aku memiliki firasat yang buruk dan bawa uang-uang itu!""Baik ketua! Tapi, apa yang membuat ketua terburu-buru?""Lakukan saja!" Baron membersihkan lobby dan ia sangat menarik perhatian para pegawai dan staff karena seorang office boy memiliki perawakan layaknya seorang tentara."Itu OB baru ya?""Iya, katanya sih rekomendasi dari Bu Sophie." Perlakuan ini sangat keterlaluan dilakukan oleh Sophie ketika merendahkan seorang Jendral, jika Tzagia Romanov mengetahui hal ini ia tidak akan segan untuk menghabisi sebuah keluarga hingga akarnya. Tiba-tiba datang seseorang yang asing di matanya, seorang wanita dengan rambut sepundak datang dengan rombongan orang-orang berjas hitam. Baron memandangi mereka dan ia ketahuan oleh seseorang."Lihat apa kamu?!""Tidak, Maaf." ujar Baron dengan tersenyum. Wanita itu melihat Baron sejenak dan ia langsung pergi, namun yang membuat Baron heran adalah kedatangan wanita cukup ditakuti oleh pegawai disana."Siapa dia?" gumam Baron. Setelah Baron menyelesaikan pekerjaannya ia langsung kembali namun baru saja dia mau duduk, Baron sudah disuruh membuat minuman dan dibawa ke ruangannya Aghnia."Hmm, tidak ada ruginya aku mengantarkan minuman, aku akan tahu siapa mereka!" gumam Baron. Baron membuat 3 teh dan ia naik ke lantai dimana ruangan Aghnia berada. Saat berada di depan pintu ia dihadang oleh satu penjaga."Kamu lagi! Apa yang mau kamu lakukan?""Saya hanya mengantarkan teh ini!" Baron menjawab pertanyaan itu dengan nada yang dingin. Tiba-tiba Baron di dorong oleh pria itu."Pergi!" Baron langsung meninju pria itu dan pria itu langsung pingsan hanya dengan satu pukulan."B*jing*n! Baru beberapa hari aku kembali ternyata aku langsung direndahkan seperti ini!" Baron akan mengetuk pintu namun di dalam terdengar suara orang yang sedang berdebat."Jual perusahaanmu padaku!""Itu tidak mungkin!""Jual perusahaan?" gumam Baron."Ayolah Aghnia! Jangan membuat dirimu itu menjadi lebih payah lagi! Value perusahaanmu sudah sangat turun drastis beberapa tahun lalu dan sekarang apa yang kamu pertahankan!""Perusahaan ini tidak akan pernah dijual kepada keluarga Vigo!" Mendengar nama keluarga Vigo emosi Baron memuncak."Keluarga Vigo si*l*n! Ternyata ini ulah kalian!" BersambungEmosi Baron jelas memuncak karena orang dari keluarga Vigo datang sendirinya dan ingin membeli perusahaan yang telah dibangun oleh Aghnia bertahun-tahun."Br*ngs*k! Ternyata mereka ingin membeli perusahaan ini hanya karena value yang sudah turun bertahun-tahun! Lagi pula apa yang Aghnia lakukan selama ini? Dia bukan orang yang dengan mudahnya membuat perusahaan mengalami penurunan!" batin Baron. Baron hendak masuk namun ia tertahan karena mendengarkan perbincangan Aghnia dengan seseorang dari keluarga Vigo."Aghnia, aku jujur saja ya padamu. Kau itu bisa mencapai titik ini karena bantuan suamimu itu! Terlepas dari skandal yang ia miliki dia adalah pria yang jenius. Jika aku jadi dirimu, aku akan mencoba menepis semua itu dan tentunya aku akan memperlakukan dia dengan baik!" Baron jelas bingung karena ia belum pernah bertemu dengan wanita itu tapi ia bisa mengenal Baron dengan cukup baik, seakan-akan ia sudah lama mengetahui Baron."Tahu apa kamu soal dia?!" Aghnia meninggikan suara
Wajah Aghnia sempat bingung, karena penggelapan dana di perusahaan Hasya Company merupakan sebuah penghinaan, karena Hasya Company dikenal dengan aturan yang ketat dan tidak segan untuk memecat bahkan memenjarakan orang yang melakukan tindakan kriminal di perusahaan.“Penggelapan dana? Di perusahaan ini?” tanya Aghnia dengan wajah yang tidak percaya dengan Baron.“Iya, seperti yang kamu bilang, orang yang menulis laporan ini mengatakan bahwa memang yang tercatat adalah setengah dari jumlah dana investor, menurut kamu kemana setengahnya? Apa itu hilang begitu saja?” Aghnia masih tidak percaya dengan Baron, bahkan wajahnya menunjukkan bahwa Baron mengatakan hal tersebut tanpa bukti.“Baron, kamu mengatakan itu tanpa hal mendasar! Kamu hanya berspekulasi bahwa ada penggelapan di sini!” ujar Aghnia. Baron pun menyabarkan dirinya karena ia sangat mengerti bagaimana sifat Aghnia yang keras kepala dan juga selalu ingin menang.“Aghnia, jika bukan penggelapan dana lalu apa? Ada alternatif
Mereka semua benar-benar mencari Baron di semua jalanan, bahkan mereka tidak melewatkan tempat-tempat kecil yang memungkinkan untuk Baron bersembunyi.“Di mana dia?! Bisa gawat kalau Bos tahu kita tidak bisa menemukan dia!” Saat Baron melihat sebuah kesempatan dengan menemukan seseorang yang datang sendiri ke tempatnya, Baron langsung menyergap orang itu dari belakang dan melakukan Rear naked choke dan membuat orang itu pingsan dengan seketika. Baron membawa orang itu dan menyembunyikan dia di tong sampah, setelahnya Baron memperhatikan semua kondisi di lingkungan itu, yang dimana tidak memungkinkan untuk Baron menghindari pertarungan. Sebuah jalan yang sempit dan juga padat. Saat Baron sedang memperhatikan, tiba-tiba seseorang dengan pisau lipat menemukan Baron dan menodong Baron dengan pisau kecil itu.“Ketemu juga!” Sebuah tindakan konyol ketika menodong seorang Jendral besar hanya dengan bermodalkan pisau lipat kecil yang tidak ada artinya bagi Baron Vasilias yang sudah meng
Baron pulang dengan Nolan yang berada di bangku kemudi, Nolan sempat melihat ke arah Baron melalui convex mirror. Wajah Baron terlihat begitu kesal dengan beberapa otot wajah yang terlihat jelas.“Wah, sebaiknya aku diam saja. Lagian, Jendral punya masalah pribadi di sini,” batin Nolan. Baron melihat ke arah jalanan yang bisa membuat Baron sedikit tenang, lalu Baron bertanya pada Nolan, “Nolan, apa ada kabar soal pencarian Vanessa?” Dengan melihat convex mirror, Nolan menjawab pertanyaan dari Baron, “Maaf, Jendra. Kami belum menemukan informasi mengenai orang yang dicari oleh Jendral. Tapi, kamu akan berusaha secepat mungkin, kita benar-benar baru di sini.” Baron menganggukkan kepalanya, lantas mereka pun hampir tiba di dekat rumah keluarga Hasya.“Nolan, aku turun di sini saja. Lagian, di depan sana sudah terpantau oleh cctv dan juga ini sudah cukup larut,” ucap Baron dengan menunjuk ke arah rumah keluarga Hasya.“Siap, Jendral!” Baron pun pulang dengan rasa yang kuat untuk men
“Lama tidak bertemu, Baron Vasilias dan Anda pasti Aghnia Hasya!” sapa Laksdya Wirnata dengan penuh hormat dan juga wajah yang berseri.“Wirnata?”“Benar sekali, astaga Saya tidak menyangka bisa bertemu dengan Anda di sini, dan ini istri Anda yang sering Anda ceritakan?” “Iya, dia yang sering aku ceritakan, kenalkan, Aghnia Hasya istri saya yang paling saya cintai!” ucap Baron sembari memperkenalkan Aghnia kepada Laksdya Wirnata, “Halo!”“Ah, salam kenal ternyata memang benar apa yang diucapkan oleh Baron dulu, anda memang sangat cantik!” Wajah Aghnia sempat memerah karena tanpa ia ketahui Baron masih memuji Aghnia di hadapan orang lain. Pemandangan itu, jelas membuat semua yang ada di sana tercengang. Terlebih lagi, Baron belum lama ada di Indonesia, tapi Laksdya Wirnata yang terkenal baru-baru ini mengenal Baron bahkan Aghnia juga.“La-laksdya Wirnata menyapa Baron dan juga Aghnia? Bagaimana mungkin?” batin Sophie dengan wajahnya yang terkejut, “Sophie, apa yang baru saja kulih
Walikota Andre yang melihat semua orang yang ada di sana memberi hormat kepada Baron, bahkan Laksda Wirnata memperingatkan mereka agar tidak memicu perang dengan pasukan yang dipimpin oleh Baron.“W-wirnata, ada apa ini?” tanya Walikota Andre.“Andre….dia bukanlah sosok yang bisa di sentuh sembarangan, sosok Jendral yang memimpin Pertempuran Agung beberapa waktu lalu, pertempuran itu diikuti oleh 5 Negara besar, tapi mereka bisa dikalahkan dalam waktu 1 bulan!” Wajah Walikota Andre memunculkan keringat kecil dan melihat ke arah Baron, Baron menatap balik dan perasaan yang sama di rasakan oleh Walikota Andre. Perbedaan aura dan juga karisma Baron Vasilias yang semakin tinggi, membuat ia bertanya kepada dirinya sendiri, “Apa dia orang yang sama, orang yang tadi aku temui? Kenapa rasanya dia memberikan aura mengancam?” “Juga, Jendral Theos merupakan pemimpin dari 12 Dynami, Batalion yang memuncaki daftar pasukan terkuat!” imbuh Laksdya Wirnata. Dengan wajah Baron yang tidak memuncu
Mereka membentuk lingkaran dan Baron berada di tengah-tengah kerumunan, dengan Baron yang ditodong pistol harusnya itu membuat mereka jauh lebih berani. Justru, malah sebaliknya tak ada yang berani menarik pelatuk. Baron melirik mereka dengan lirikan yang tajam, lalu Baron pun tersenyum dan mengatakan yang membuat kepercayaan diri mereka jatuh, "Kenapa? Ragu untuk menembakku?" Salah satu dari mereka terkejut karena Baron seakan mengetahui ketidakpercyaan mereka dalam menarik pelatuk, alasannya karena Baron berada di tngah akan sangat berbahaya jika mereka menembak dengan gegabah, bisa-bisa mereka sendiri yang akan tertembak."B-bagaimana bisa dia tahu?" Baron yang mendengar hal tersebut langsung melihat ke arah orang yang berbicara dan tersenyum sinis padanya, "Bagaimana aku bisa tahu? Mudah saja, aku sudah sangat berpengalaman di medan perang dan pasti kalian tidak pernah terjun ke sana. Tapi, kalian dengan beraninya menculik istri dari Baron Vasilias. Tembak saja, kita akan lihat
Baron sudah berada di puncak emosinya, karena istri yang ia cintai akan dinodai oleh seseorang yang bahkan tidak ia kenal.“Menyentuh istriku, artinya kematian untukmu!” ujar Baron dengan wajahnya yang menegang, Billy masih mencoba untuk meminta pertolongan, “D-dia itu akan menjadi milikku! Aku Billy Hatarajasa, bisa memiliki apapun yang aku mau!” Baron mengangkat pria itu dan melemparkannya ke arah pintu kamar mandi, pintu itu pun pecah karena terbuat dari akrilik jadi tidak menyebabkan luka yang fatal.“Bersyukurlah! Pintu itu terbuat dari akrilik, buka dari kaca jika itu dari kaca. Kau, pasti akan mati!” Saat Baron berjalan mendekat ke arah Billy, Billy masih saja mengoceh seperti orang b*doh yang tidak paham akan situasi.“K-k-kau mau apa apa? Jangan mendekat, keluarga Hatarajasa bisa saja membuat keluarga Hasya hilang dari kota J!”“Yah, kita akan lihat siapa yang akan mati lebih dulu!” ujar Baron, dengan berjalan semakin cepat.“B-batsa!” Tiba-tiba terdengar suara langkah k
Dandy sudah termakan oleh egonya, ia benar-benar tidak peduli dengan uang yang ia keluarkan hanya gengsi yang ia miliki.“12 miliar! Aku tawar itu, anak-anak seperti kalian tidak cocok dengan giok!” Surya yang kini menunjukkan aura yang ia miliki adalah keangkuhan yang absolut.Baron tersenyum sinis. Dia tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya. Dandy, dengan egonya yang tinggi, pasti akan terus menaikkan harga sampai titik di mana dia tidak mampu lagi, “Surya, dia benar-benar ingin menunjukkan semuanya, ya?” gumam Baron. Baron sebenarnya sudah tidak begitu tertarik kepada giok itu dan dia memilih untuk mundur terlebih dahulu, “Praja, aku rasa aku akan mundur kali ini. Aku ingin melihat sejauh mana ego Dandy akan mengelabuinya,” bisik Baron yang disetujui oleh Praja.“Bagus Baron, tidak ada gunanya jika kamu hanya terus memberi makan ego Dandy!” balas Praja. Dandy semakin frustasi karena ia harus kembali merogoh kocek dengan harga yang fantastis. Tapi, ketika ia melirik ke Baro
Seorang pria tua usianya namun tidak dengan fisiknya yang seperti pria berusia 30 tahun, pria itu menawar dengan jumlah yang lebih tinggi dari yang ditawar oleh Dandy. 3 miliar adalah jumlah yang cukup banyak untuk sebuah kalung giok, terutama itu merupakan giok yang memiliki kualitas tinggi. Namun, dibalik itu Baron seperti cukup familiar dengan pria tua tersebut terutama orang-orang dibelakangnya.“Pria itu, apa mungkin dia—”“Baron, dia Surya Vigo pemimpin keluarga Vigo. Dia, adalah harimau yang sudah tua namun harimau tetaplah harimau,” bisik Praja. Baron pun tertawa kecil, “Baru saja aku atasi anaknya, apa kini aku harus bersinggungan dengannya?” kata Baron. Praja menasehati Baron dengan kata-kata yang sedikit menyindir Baron, “Baron, aku tidak tahu kamu tinggal di negara mana yang bisa bebas memukul orang. Tapi, jangan gegabah melawan Surya Vigo, dia salah satu orang yang berpengaruh di negeri ini. Dan, dia juga pernah masuk jajaran orang terkaya di dunia, kamu pasti tahu F
“Selamat malam, para kolektor sejati! Malam ini, kita menghadirkan banyak sekali barang-barang yang berkualitas tinggi serta langka! Dan, hasil dari lelang ini semuanya akan diserahkan ke panti asuhan!”Ruang lelang yang mewah itu dipenuhi oleh para kolektor kaya raya dan pengusaha sukses. Mata mereka berbinar-binar penuh ambisi, siap untuk saling sikut demi mendapatkan harta yang mereka inginkan Biasanya, orang-orang yang menghadiri lelang hanyalah perwakilan saja. Dan, orang kaya yang sesungguhnya tidak perlu repot-repot pergi ke tempat lelang. Namun, beda halnya dengan Tarot Palace Auction, tidak boleh ada perwakilan sama sekali, hanya orang-orang yang memiliki kekayaan yang cukup untuk ikut salan lelang tersebut . Praja berbisik pada Baron, “Baron lihat semua orang-orang ini. Mereka, bukan hanya dari negara Asia saja. Bahkan, orang Eropa pun ada!” Baron melihat semua orang dan memang benar, mereka semua adalah orang yang cukup berpengaruh. Terutama, ada seseorang yang menjadi
Di tengah ketegangan antara Baron, Dandy, dan Elina, Louis muncul dengan ide baru untuk meredakan situasi dan sekaligus membuat Baron semakin dihormati.Louis mengumumkan diadakannya lelang amal di Tarot Palace Auction, sebuah tempat lelang ternama yang hanya dihadiri oleh para elit dan orang-orang kaya. Lelang ini akan menjadi kesempatan bagi para tamu untuk menunjukkan kekayaan mereka dan saling memperkuat posisi dan juga kehormatan mereka. Dandy dan Elina, yang terobsesi dengan kekayaan dan status, langsung tertarik dengan ide lelang ini. Mereka berdua bertekad untuk menjadi pemenang lelang dan menunjukkan kepada Baron siapa yang lebih kaya dan berkuasa.“Bagaimana? Tarot Palace Auction sangat terkenal melelang banyak sekali barang-barang berharga. Bahkan, tidak jarang para Raja-raja di Timur Tengah datang untuk mendapatkan permata,” jelas Louis. Dandy tersenyum sinis, “Untuk apa melakukan lelang? Bukannya sudah jelas, bahwa aku adalah yang paling kaya?” Elina melirik Baron ya
Louis mengantarkan hidangan King Crab, Kaviar Almas yang mewah ke meja Baron, dengan suara penuh hormat, “Silahkan menikmati hidangan kami, Monsieur Baron.” Para tamu restoran terkejut dan membuka mata lebar-lebar. Mereka tidak menyangka bahwa hidangan super mewah itu akan diberikan kepada Baron.“Apa? Kenapa Baron yang mendapatkan hidangan itu?”“Aku tidak tahu. Seharusnya hidangan itu diberikan kepada Dandy.” Dandy menjadi bingung sekaligus kesal, “Apa yang terjadi? Kenapa hidangan itu diberikan kepada Baron?” batin Dandy. Baron melihat hidangan itu dan tersenyum pada Louis, “Terima kasih, Louis. Hidangan ini terlihat sangat lezat, apa kamu serius menghidangkan makanan ini untukku?” tanya Baron.“Tentu saja Monsieur, Anda adalah tamu kehormatan di restoran kami, Monsieur Baron Vasilias!” Semakin banyak kesal yang ditumpuk oleh Dandy hingga urat di wajahnya terlihat jelas, “Baron Vasilias! Takkan aku ampuni kau!” gerutu Dandy dengan menggertakan giginya. Baron mengangkat bahun
Dandy yang meninggikan suaranya dan memesan makanan mewah yang ada di restoran LLDC pun kurang mendapat tanggapan baik dari staff yang ada di sana, “Apa dia baru saja memesan makanan mewah setelah menantang Monsieur Baron?” batin Louis. Dandy melihat ke arah Louis yang menatapnya, “Kamu! Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?! Bawa semua makanan mewah yang kalian miliki!” perintah Dandy. Louis menghela nafasnya, “Aku bukan pelayan, aku adalah manajer restoran ini!“ kata Louis. Tapi dengan sifat angkuh dari Dandy, ia benar-benar tidak memperdulikan siapa orangnya, ia selalu berpikir bahwa selama ia ada uang, maka siapapun bisa ia suruh.“Kamu pikir aku peduli? Cepat, bawakan semuanya!” kata Louis yang mengeluarkan sebuah kartu kredit yang terkenal, yaitu American Express. Semua teman yang ada bersama Louis pun begitu memuji dan menyanjung Dandy.“Dandy! Kamu serius kan? Kita bisa memesan apa saja?”“Tentu saja! Pesan saja sesuka kalian!” Baron yang sedang memutar gelas wine
Ucapannya seperti seseorang yang sudah lama tidak bertemu orang yang sering ia hina. Baron dan juga Praja menoleh dengan cepat dan itu adalah orang yang sering merendahkan Baron saat masih SMA. Pria yang diikuti oleh banyak orang, yang jelas-jelas mereka semua adalah penjilat yang handal, dikelilingi oleh wanita. Dan juga, ada seseorang yang mereka berdua sangat kenal, “Gino Auriga?” batin Baron yang melihat temannya dengan rambut yang baru saja dipotong paksa hingga meninggalkan beberapa bekas luka.“Dandy! Kau, ada disini ternyata?” tanya Praja dengan tegas.“Jelaslah, aku punya uang untuk makan di sini, oh dan juga bagaimana perusahaanmu? Kapan akan hancur? Sayang sekali ya, harus menjadi orang dengan status rendah!” sindir Dandy. Dandy merupakan seorang anak dari keluarga yang cukup ternama, keluarganya menjalankan pertambangan. Jadi, akan ada banyak orang yang begitu dekat dengannya agar kecipratan uang. Praja pun sedikit emosi, saat ia akan mengajar Dandy Baron menahannya s
Pembicaraan yang sangat jarang bahkan tidak pernah terjadi di keluarga Hasya, yaitu dimana Baron ditanyai langkah yang harus dilakukan oleh Aghnia. Semuanya melihat ke Baron, “Adinata Building sekarang, terasa seperti air yang suci, tidak memiliki track record buruk. Tapi, itu tidak menutup kemungkinan kita akan menang,” ujar Baron.“Aghnia, apa kamu bisa menghandle itu?” tanya Joshua dengan mencengkram tongkat, Aghnia sedikit kebingungan akan apa yang harus ia lakukan, kemudian Aghnia menyenggol Baron, “Tidak Aghnia, sepenuhnya itu ada di tanganmu,” kata Baron. Baron kembali ke kamarnya meninggalkan Aghnia dan kedua mertuanya yang masih memikirkan cara agar bisa menang dalam perebutan projek. Kemudian tak lama dari itu, Baron yang sedang menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan pun disusul oleh Aghnia yang langsung duduk di tepi ranjang. Aghnia melihat punggung Baron dan ia memperhatikan Baron, “Kamu, pergi dengan jas itu?” tanya Aghnia dengan memegang dagunya, “Iya, temanku sih
Tawaran dari Vanessa sempat terpikirkan olqh Aghnia, namun ia hanya mematung dan mengingat semua yang telah dihadapi oleh Baron. Bahkan, Baron tidak protes sama sekali kepada Aghnia akan apa yang ia alami. Vanessa pun menunggu dengan penuh harap sambil melihat Baron, “Hei Baron, aku dengar ada beberapa restoran yang terkenal di sini. Bagaimana, kita kesana?” ajak Vanessa dengan gayanya yang sangat centil. Baron melirik ke Aghnia, lalu berbisik padanya, “Jika tawaran itu baik untukmu, maka aku akan melakukannya,” bisik Baron yang pikirannya kini telah kembali. Aghnia segera menarik tangan Vanessa untuk segera keluar dari rumahnya, “Vanessa, sampai kapan pun Baron akan menjadi milikku! Kamu sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk itu!” kata Aghnia. Vanessa jelas hanya tertawa kepada Aghnia, karena dia sangat terobsesi dengan Baron, “Aghnia-aghnia, untuk sekarang sih kamu memang istrinya, tapi apa pernikahan kalian itu didasarkan cinta? Aku tunggu saja kabar Baron menjadi duda,