Share

Naif

last update Last Updated: 2024-03-08 04:02:50

Wajah Aghnia sempat bingung, karena penggelapan dana di perusahaan Hasya Company merupakan sebuah penghinaan, karena Hasya Company dikenal dengan aturan yang ketat dan tidak segan untuk memecat bahkan memenjarakan orang yang melakukan tindakan kriminal di perusahaan.

“Penggelapan dana? Di perusahaan ini?” tanya Aghnia dengan wajah yang tidak percaya dengan Baron.

“Iya, seperti yang kamu bilang, orang yang menulis laporan ini mengatakan bahwa memang yang tercatat adalah setengah dari jumlah dana investor, menurut kamu kemana setengahnya? Apa itu hilang begitu saja?”

Aghnia masih tidak percaya dengan Baron, bahkan wajahnya menunjukkan bahwa Baron mengatakan hal tersebut tanpa bukti.

“Baron, kamu mengatakan itu tanpa hal mendasar! Kamu hanya berspekulasi bahwa ada penggelapan di sini!” ujar Aghnia.

Baron pun menyabarkan dirinya karena ia sangat mengerti bagaimana sifat Aghnia yang keras kepala dan juga selalu ingin menang.

“Aghnia, jika bukan penggelapan dana lalu apa? Ada alternatif lain sebagai alasan uang itu hilang setengah?” tanya Baron dengan wajah yang tegas.

Aghnia menggeleng dan melihat Baron seakan-akan Baron selalu sama dari dulu.

“Baron, aku masih tidak paham dengan jalan pikiranmu! Kamu masih saja naif dari dulu, selalu berpikiran negatif tanpa memikirkan hal yang lain terlebih dahulu! Sudahlah, dari dulu kamu memang selalu seenaknya!”

Aghnia berjalan pergi meninggalkan Baron, Baron pun memanggil Aghnia.

“Aghnia!”

“Jangan panggil namaku di sini! Aku atasanmu, paham?! Harusnya kamu sudah mengerti bahwa kamu hanya OB di sini!”

Baron hanya melihat istrinya pergi ke ruangannya tapi dalam hatinya jelas ada kekhawatiran yang mendalam.

“Kamu yang naif Aghnia,” batin Baron.

Baron pun kembali ke ruangan staff dan sedang beristirahat sejenak, ia sempat berpikiran bahwa Aghnia memang tidak akan bisa merubah perusahaan ini lebih baik karena sifat Aghnia yang keras kepala.

“Hah, sebenarnya apa tindakan aku ini benar dengan membiarkan Aghnia mengurus semuanya sendirian?” gumam Baron.

Baron memandangi ponselnya dan tidak lama kemudian datanglah seorang wanita yang bertinggi sekitar 170 cm dan berambut panjang berwarna hitam.

Wanita tersebut melihat Baron yang sedang fokus dengan pikirannya.

“Mas? Mas?” panggil wanita itu berkali-kali.

Baron pun dikejutkan oleh wanita itu karena ia tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke wajah Baron.

“Astaga, ada apa ya?”

“Kamu kan, kamu yang tadi ke ruangan Bu Aghnia kan?”

Baron ingat ternyata wanita itu adalah wanita yang ada di sisi Aghnia, dia adalah asisten pribadi Aghnia.

“Iya Bu, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Baron.

Wanita itu hanya tersenyum dan menjulurkan tangannya.

“Perkenalkan, nama saya Miya. Saya asisten Bu Aghnia,” ucap Miya.

Baron pun berdiri dan menjabat balik Miya.

“Halo Miya, saya Baron. OB baru di sini,” ucap Baron.

“Baron? Nama yang bagus, saya harap kamu tidak memikirkan apa yang terjadi tadi,” kata Miya.

Miya merupakan asisten baru Aghnia, wajar memang belum pernah ada yang mengenal wajah Baron dulu, karena perusahaan tersebut sering memecat para pekerja. Meskipun, ada beberapa orang yang lama di sana tapi Baron yang sudah berubah pun cukup sulit untuk dikenali.

Baron hanya mengangguk dan kembali duduk, lalu Miya pun membuat kopi dan tiba-tiba Miya pun duduk di sebelah Baron.

Baron sempat merasa tidak nyaman karena ia memang tidak pernah terlalu dekat dengan wanita selama di kamp.

Miya pun melihat gelagat Baron yang terlihat tidak nyaman, dan ia pun mendekati Baron lalu ia melihat wajah Baron.

“Kamu jangan khawatir, Bu Aghnia itu sebenarnya baik hanya saja akhir-akhir Vanessa itu sering datang ke sini untuk mengakuisisi perusahaan ini,” ujar Miya.

Baron melihat Miya yang sepertinya juga sudah cukup muak dengan perlakuan dari Vanessa.

Baron tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dengan Miya, Baron bisa mengulik permasalahan perusahaan Aghnia.

“Maaf, Bu apa tidak masalah menceritakan itu kepada saya? Padahal, saya ini kan hanya OB baru.”

Miya melihat ke arah Baron dan tersenyum tipis.

“Memangnya kenapa? Memangnya kamu mata-matanya Vanessa? Yah, memang aneh karena menceritakan ini tapi kamu tetaplah karyawan di sini, bahkan hampir semua karyawan tau permasalahannya.”

Baron mengerutkan keningnya dan semakin penasaran akan awal permasalahan perusahaan ini.

“Permasalahan Bu?” tanya Baron.

“Sebenernya, beberapa tahun yang lalu perusahaan ini masih sangat jaya tapi entah apa yang terjadi, setiap vendor yang akan kerjasama dengan kita pasti disabotase oleh orang lain, setiap projekan pasti langsung diambil alih oleh mereka, itu jelas membuat value perusahaan turun secara berkala, ada banyak pemegang saham yang ikut lepas setelah menurunnya kinerja perusahaan. Lalu, dalam beberapa saat Vanessa mencoba untuk mengakuisisi perusahaan ini dengan cara apapun, bahkan tadi saja Vanessa mengultimatum Bu Aghnia, entah kapan perusahaan ini akan kembali dalam masa jaya nya,” ujar Miya.

Baron yang mendengarnya pun terlihat tidak terlalu semangat karena Miya terlalu panjang dalam menjelaskan.

“Jadi, singkatnya selama beberapa tahun kebelakang ada yang menyabotase vendor lalu Vanessa datang untuk membeli perusahaan yang sudah turun valuenya?”

“Kamu cerdas juga, sayang kalau cuma jadi OB.”

Miya pun berdiri dan beranjak untuk pergi, sebelum pergi Baron dititipi pesan oleh Miya.

“Mas Baron, saya harap kamu sabar menghadapi Bu Aghnia,” ucap Miya yang langsung pergi.

Pada sore hari saat jam kerja usai, Baron menelepon Nolan.

“Halo, Nolan. Aku mau kamu selidiki wanita yang sudah aku kirim fotonya, dia bernama Vanessa aku ingin tahu apa dan siapa dia di keluarga Vigo!” ujar Baron.

“Baik, ketua. Apa ketua masih akan berada di rumah istri ketua?” tanya Nolan.

“Iya, untuk sementara waktu akan ada di rumah istriku,” jawab Baron.

Baron berjalan sambil menelepon, tapi dari jauh Baron menyadari bahwa dia dibuntuti oleh beberapa mobil.

“Nolan, apa Tzagia memberikan aturan khusus padaku?” tanya Baron sembari melirik ke sekelilingnya.

“Tidak ada ketua, mungkin Tzagia Romanov mengharapkan agar ketua bisa menahan diri,” jawab Nolan.

“Begitu?”

“Ada apa ketua?”

“Ada beberapa mobil yang sedari tadi mengikuti ku, aku tidak terlalu yakin tapi rasanya mereka mengincarku!”

Mendengar itu, Nolan pun langsung bersiaga.

“Ketua, saya akan mengirimkan beberapa pasukan ke sana!”

Nolan langsung mematikan telponnya, Baron kembali melihat sekeliling, ada sekitar 6 mobil yang berjalan pelan seperti dikomandoi seseorang.

Baron berjalan dengan mempercepat temponya, Baron sempat melirik sedikit lalu Baron memutari beberapa tempat yang sama dan memang benar, Baron diikuti oleh beberapa mobil.

Baron pergi ke jalan yang sepi dan orang-orang yang ada di mobil itu pun keluar.

“Kemana dia?!”

“Cari-cari cepat!”

Baron yang ada di atas sebuah bangunan yang hanya 1 lantai bertinggi 10 meter.

“Si*l*n! Mereka mengikutiku, pasti ada seseorang yang menyuruh mereka! Baiklah, akan aku tunjukkan dengan siapa mereka berhadapan!”

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu sang Dewa Perang   Termakan Oleh Ego!

    Dandy sudah termakan oleh egonya, ia benar-benar tidak peduli dengan uang yang ia keluarkan hanya gengsi yang ia miliki.“12 miliar! Aku tawar itu, anak-anak seperti kalian tidak cocok dengan giok!” Surya yang kini menunjukkan aura yang ia miliki adalah keangkuhan yang absolut.Baron tersenyum sinis. Dia tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya. Dandy, dengan egonya yang tinggi, pasti akan terus menaikkan harga sampai titik di mana dia tidak mampu lagi, “Surya, dia benar-benar ingin menunjukkan semuanya, ya?” gumam Baron. Baron sebenarnya sudah tidak begitu tertarik kepada giok itu dan dia memilih untuk mundur terlebih dahulu, “Praja, aku rasa aku akan mundur kali ini. Aku ingin melihat sejauh mana ego Dandy akan mengelabuinya,” bisik Baron yang disetujui oleh Praja.“Bagus Baron, tidak ada gunanya jika kamu hanya terus memberi makan ego Dandy!” balas Praja. Dandy semakin frustasi karena ia harus kembali merogoh kocek dengan harga yang fantastis. Tapi, ketika ia melirik ke Baro

  • Menantu sang Dewa Perang   Permainan Anak-anak?

    Seorang pria tua usianya namun tidak dengan fisiknya yang seperti pria berusia 30 tahun, pria itu menawar dengan jumlah yang lebih tinggi dari yang ditawar oleh Dandy. 3 miliar adalah jumlah yang cukup banyak untuk sebuah kalung giok, terutama itu merupakan giok yang memiliki kualitas tinggi. Namun, dibalik itu Baron seperti cukup familiar dengan pria tua tersebut terutama orang-orang dibelakangnya.“Pria itu, apa mungkin dia—”“Baron, dia Surya Vigo pemimpin keluarga Vigo. Dia, adalah harimau yang sudah tua namun harimau tetaplah harimau,” bisik Praja. Baron pun tertawa kecil, “Baru saja aku atasi anaknya, apa kini aku harus bersinggungan dengannya?” kata Baron. Praja menasehati Baron dengan kata-kata yang sedikit menyindir Baron, “Baron, aku tidak tahu kamu tinggal di negara mana yang bisa bebas memukul orang. Tapi, jangan gegabah melawan Surya Vigo, dia salah satu orang yang berpengaruh di negeri ini. Dan, dia juga pernah masuk jajaran orang terkaya di dunia, kamu pasti tahu F

  • Menantu sang Dewa Perang   Pelelangan!

    “Selamat malam, para kolektor sejati! Malam ini, kita menghadirkan banyak sekali barang-barang yang berkualitas tinggi serta langka! Dan, hasil dari lelang ini semuanya akan diserahkan ke panti asuhan!”Ruang lelang yang mewah itu dipenuhi oleh para kolektor kaya raya dan pengusaha sukses. Mata mereka berbinar-binar penuh ambisi, siap untuk saling sikut demi mendapatkan harta yang mereka inginkan Biasanya, orang-orang yang menghadiri lelang hanyalah perwakilan saja. Dan, orang kaya yang sesungguhnya tidak perlu repot-repot pergi ke tempat lelang. Namun, beda halnya dengan Tarot Palace Auction, tidak boleh ada perwakilan sama sekali, hanya orang-orang yang memiliki kekayaan yang cukup untuk ikut salan lelang tersebut . Praja berbisik pada Baron, “Baron lihat semua orang-orang ini. Mereka, bukan hanya dari negara Asia saja. Bahkan, orang Eropa pun ada!” Baron melihat semua orang dan memang benar, mereka semua adalah orang yang cukup berpengaruh. Terutama, ada seseorang yang menjadi

  • Menantu sang Dewa Perang   Dipeluk Kematian?

    Di tengah ketegangan antara Baron, Dandy, dan Elina, Louis muncul dengan ide baru untuk meredakan situasi dan sekaligus membuat Baron semakin dihormati.Louis mengumumkan diadakannya lelang amal di Tarot Palace Auction, sebuah tempat lelang ternama yang hanya dihadiri oleh para elit dan orang-orang kaya. Lelang ini akan menjadi kesempatan bagi para tamu untuk menunjukkan kekayaan mereka dan saling memperkuat posisi dan juga kehormatan mereka. Dandy dan Elina, yang terobsesi dengan kekayaan dan status, langsung tertarik dengan ide lelang ini. Mereka berdua bertekad untuk menjadi pemenang lelang dan menunjukkan kepada Baron siapa yang lebih kaya dan berkuasa.“Bagaimana? Tarot Palace Auction sangat terkenal melelang banyak sekali barang-barang berharga. Bahkan, tidak jarang para Raja-raja di Timur Tengah datang untuk mendapatkan permata,” jelas Louis. Dandy tersenyum sinis, “Untuk apa melakukan lelang? Bukannya sudah jelas, bahwa aku adalah yang paling kaya?” Elina melirik Baron ya

  • Menantu sang Dewa Perang   Perjamuan Penuh Penghinaan!

    Louis mengantarkan hidangan King Crab, Kaviar Almas yang mewah ke meja Baron, dengan suara penuh hormat, “Silahkan menikmati hidangan kami, Monsieur Baron.” Para tamu restoran terkejut dan membuka mata lebar-lebar. Mereka tidak menyangka bahwa hidangan super mewah itu akan diberikan kepada Baron.“Apa? Kenapa Baron yang mendapatkan hidangan itu?”“Aku tidak tahu. Seharusnya hidangan itu diberikan kepada Dandy.” Dandy menjadi bingung sekaligus kesal, “Apa yang terjadi? Kenapa hidangan itu diberikan kepada Baron?” batin Dandy. Baron melihat hidangan itu dan tersenyum pada Louis, “Terima kasih, Louis. Hidangan ini terlihat sangat lezat, apa kamu serius menghidangkan makanan ini untukku?” tanya Baron.“Tentu saja Monsieur, Anda adalah tamu kehormatan di restoran kami, Monsieur Baron Vasilias!” Semakin banyak kesal yang ditumpuk oleh Dandy hingga urat di wajahnya terlihat jelas, “Baron Vasilias! Takkan aku ampuni kau!” gerutu Dandy dengan menggertakan giginya. Baron mengangkat bahun

  • Menantu sang Dewa Perang   Aku Hanya Kaya!

    Dandy yang meninggikan suaranya dan memesan makanan mewah yang ada di restoran LLDC pun kurang mendapat tanggapan baik dari staff yang ada di sana, “Apa dia baru saja memesan makanan mewah setelah menantang Monsieur Baron?” batin Louis. Dandy melihat ke arah Louis yang menatapnya, “Kamu! Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?! Bawa semua makanan mewah yang kalian miliki!” perintah Dandy. Louis menghela nafasnya, “Aku bukan pelayan, aku adalah manajer restoran ini!“ kata Louis. Tapi dengan sifat angkuh dari Dandy, ia benar-benar tidak memperdulikan siapa orangnya, ia selalu berpikir bahwa selama ia ada uang, maka siapapun bisa ia suruh.“Kamu pikir aku peduli? Cepat, bawakan semuanya!” kata Louis yang mengeluarkan sebuah kartu kredit yang terkenal, yaitu American Express. Semua teman yang ada bersama Louis pun begitu memuji dan menyanjung Dandy.“Dandy! Kamu serius kan? Kita bisa memesan apa saja?”“Tentu saja! Pesan saja sesuka kalian!” Baron yang sedang memutar gelas wine

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status