Baron sudah berada di puncak emosinya, karena istri yang ia cintai akan dinodai oleh seseorang yang bahkan tidak ia kenal.“Menyentuh istriku, artinya kematian untukmu!” ujar Baron dengan wajahnya yang menegang, Billy masih mencoba untuk meminta pertolongan, “D-dia itu akan menjadi milikku! Aku Billy Hatarajasa, bisa memiliki apapun yang aku mau!” Baron mengangkat pria itu dan melemparkannya ke arah pintu kamar mandi, pintu itu pun pecah karena terbuat dari akrilik jadi tidak menyebabkan luka yang fatal.“Bersyukurlah! Pintu itu terbuat dari akrilik, buka dari kaca jika itu dari kaca. Kau, pasti akan mati!” Saat Baron berjalan mendekat ke arah Billy, Billy masih saja mengoceh seperti orang b*doh yang tidak paham akan situasi.“K-k-kau mau apa apa? Jangan mendekat, keluarga Hatarajasa bisa saja membuat keluarga Hasya hilang dari kota J!”“Yah, kita akan lihat siapa yang akan mati lebih dulu!” ujar Baron, dengan berjalan semakin cepat.“B-batsa!” Tiba-tiba terdengar suara langkah k
Saat Baron mengendarai mobilnya, ia melihat ke arah Aghnia, “Siapa yang melakukan ini? Ivan?” Baron masih menerka-nerka siapa yang menjadi dalang dalam kejadian ini. Baron pun tiba di kediaman Hasya, yang ternyata tidak ada siapa-siapa di dalamnya, ini semakin menguatkan pikirannya bahwa Ivan lah yang melakukan ini. Baron membopong Aghnia menuju kamarnya, lalu Baron meletakkan Aghnia di kasur, sejenak Baron memandangi wajah Aghnia. Baron menepati janjinya kepada Aghnia dari dulu, bahwa ia tidak akan “menyentuh” Aghnia sampai Aghnia benar-benar mencintainya. Hingga, Baron memandangi Aghnia di sofa.2 jam kemudian, saat Baron tertidur ia mendapat telepon dari Nolan. Baron pergi ke luar kamar dan mengangkat telepon itu, “Halo, Nolan. Bagaimana apa kamu sudah ada di sana?” “Sudah, Jendral. Kami sudah ada di sini, tidak terlalu banyak anggota keluarga dari yang Jendral minta, hanya seorang istri, anak kecil dan pembantu.”“Berikan ponsel ini padanya!” ujar Baron kepada Nolan, saat Nol
Baron menuju ke restoran La Lumière Du Ciel dengan tujuan untuk membeli saham restorannya, Suara notifikasi pesan, membuat Baron dan juga Nolan terkejut. Karena, mereka sedang berbincang. Saat Baron melihat notifikasi tersebut, itu merupakan sebuah pesan dari Walikota Andre. Sejenak, Baron sempat bingung bagaimana Andre bisa memiliki nomor Baron, “Andre? Kapan aku memberi nomor ku,” Nolan penasaran dengan apa yang diterima oleh, Baron. Tapi, ia sendiri tidak berani untuk melihat urusan dari atasannya tersebut. Baron memperlihatkan ponselnya yang berisikan pesan, bahwa Billy Hatarajasa benar-benar tidak akan mengganggu Baron lagi. Karena, Billy akan mendekam di jeruji besi karena perbuatannya.“Walikota?” tanya Nolan dengan penuh kebingungan, Baron merespon hal tersebut dengan senyuman lalu mengucap, “Kita, masih bisa dibilang orang asing. Meski, aku sendiri orang di Negara ini. Bukankah, bekerjasama dengan seorang dari pemerintahan suatu hal yang baik? Meski, aku harus memberitah
Pertobatan, ialah suatu hukuman yang ada di Nebesa. Tidak seperti namanya, itu adalah surau hukuman yang akan diberikan kepada seorang tentara yang sudah melakukan perbuatan diluar batas. Nolan, menatap wajah Ghani Adinata dengan tajam, bahkan tidak melepas pandanganya sama sekali. Ghani, pun kembali meremehkan Nolan dengan cara mendorong Nolan.“Kau, mau apa?” tanya Ghani dengan mendorong Nolan. Tangan Ghani, yang tadinya digunakan untuk mendorong Nolan. Kini, ditahan oleh Nolan. Ghani yang terkejut, karena respon Nolan begitu cepat dalam menangkap tangannya. Tapi, Ghani tersenyum saja karena ia pikir ia lebih kuat dari Nolan. Ghani, juga berkata, “Berhasil menangkap, ya? Tapi, maaf aku ini juara olimpiade Judo, kamu hanyalah seekor lalat di depanku!” Ghani, sempat mencoba membanting Nolan. Akan tetapi, sesaat Nolan sebelum menyentuh tanah, kakinya menjepit kepala Ghani. Ghani yang kepalanya diapit oleh kaki Nolan, tidak bisa melepaskan diri, “A-apa? Apa-apaan dia ini?!” batin G
Ucapan Baron, bisa dibilang sebagai taruhan. Karena, Baron akan pergi dari rumah sebagai ganti jika ia tidak bisa menemukan orang yang sudah menggelapkan dana.“Apa yang kamu bilang?” tanya Aghnia, namun tidak digubris oleh Baron. Sophie, dengan wajah sinisnya menatap kepada Baron, “Keluar dari rumah? Itu berarti, kamu akan berpisah dengan Aghnia?” tanya Sophie. Tapi, Baron menanggapi itu justru sebaliknya, “Berpisah? Ibu mertua, kan aku sudah bilang akan keluar dari rumah ini, bukan berpisah dengan Aghnia.” Joshua pun menimpali, apa yang dikatakan oleh Baron dan bahkan Joshua menyuruh Baron untuk segera angkat kaki dari kediaman keluarga Hasya, “Tidak usah kamu membuang waktu untuk hal yang tidak berguna! Bawa, barang-barang kamu dan pergi dari sini!” ujarnya dengan penuh amarah.“Harusnya, kamu sadar Baron. Kamu itu, hanya seorang sampah, meski kamu sudah berubah penampilan seperti ini. Kodrat dirimu, sebagai sampah akan terus seperti itu!” cela Ivan yang masih dengan sangat mem
Waktu, dihabiskan oleh Baron dengan berkeliling kota dan melihat kenangan yang sudah ia tinggalkan beberapa tahun lalu. Nolan menoleh sedikit, ke arah Baron dan bertanya, “Jendral, apa Jendral tidak akan pulang?” Pertanyaan Nolan pun ditanggapi oleh Baron, “Antar saja aku ke rumah yang berikan oleh Tzagia. Sepertinya, aku akan tinggal disana satu malam saja.” Baron, sempat membuka ponselnya dengan harapan bahwa Aghnia akan mencarinya atau setidaknya menyuruh Baron untuk pulang. Namun, hal itu tidak terjadi untuk saat ini. Baron pun tiba di kediaman yang sesungguhnya, Baron langsung masuk ke kamarnya dan membuka jendela.“Dia, benar tidak mencariku, ya?” gumam Baron. Tidak berselang lama, pintu kamar Baron diketuk oleh Nolan, “Jendral!”“Masuk!” Nolan pun masuk sambil memberikan beberapa dokumen yang diminta oleh Baron, “Jendral, ini data pemasukan dana ke perusahaan dari 3 tahun terakhir dan juga data saat Jendral masih menjadi karyawan disana,” ujar Nolan, itu membuat Baron se
Sophie melihat ke arah Aghnia, dan memuji kinerja Aghnia, “Bagus anakku, kamu sudah menyelamatkan derajat kakakmu, sekarang pilihlah laki-laki mana yang cocok untukmu, karena Baron. Akan segera pergi!” Aghnia masih terpaku menatap semua yang bisa menjadi barang bukti pun terbakar.“A-apa yang baru saja ibu lakukan? Itu bisa kita gunakan untuk menangkap orang yang menggelapkan dana.” .“Menyelamatkan keluarga kita, dari sampah Baron. Jika memang, kamu tidak berguna sebagai manusia maka bergunalah sebagai penurut!”“Lihatlah Ivan, dia sudah menjadi orang yang berguna dan juga memiliki wibawa! Tapi, kamu mau melihat kakak kamu menjadi asisten si Baron!” Rasa kecewa dan patah harapan, tersirat dengan jelas di mata Aghnia yang mulai menitikkan air matanya, yang awalnya penuh tenaga dan juga euforia yang menggebu, kini lenyap tak bersisa. Bahkan, rasanya seperti ingin mati. Dengan wajah yang ketus, Sophie memandang Aghnia dengan perasaan bahwa Aghnia hanya seorang anak yang tidak bisa
Perkataan Baron, jelas mengindikasikan bahwa Baron memiliki rahasia tertentu yang menjadi kelemahan dari keluarga Hasya. Wajah Sophie, menjadi merah padam dan dengan cepat sebuah tamparan mendarat keras di wajah Baron. Namun, meski menerima tamparan sekeras itu, tidak cukup mampu untuk merubah ekspresi Baron.“B*jing*n kamu! Tahu apa kamu soal keluarga Hasya? Kamu hanya orang luar, yang bahkan asal-usul kamu saja tidak jelas! Orang dari panti asuhan, berani-beraninya berkata seperti itu di hadapan Sophie Hasya!” hardik Sophie. Sejujurnya, apa yang dikatakan oleh Sophie sudah cukup untuk membuatnya diberi balasan oleh Baron. Namun, Baron masih menahan itu karena dia ingin melihat keluarga Hasya hancur secara perlahan.“Ibu mertua—”“Jangan pernah, kamu panggil aku ibu mertua!” Baron tersenyum saja mendengar itu, lalu Baron membalas bentakan Sophie, “Apa alasannya, aku dibenci? Apa, karena aku tidak memiliki latar belakang keluarga kaya? Kenapa, aku dibenci begitu saja tanpa alasan
Dandy sudah termakan oleh egonya, ia benar-benar tidak peduli dengan uang yang ia keluarkan hanya gengsi yang ia miliki.“12 miliar! Aku tawar itu, anak-anak seperti kalian tidak cocok dengan giok!” Surya yang kini menunjukkan aura yang ia miliki adalah keangkuhan yang absolut.Baron tersenyum sinis. Dia tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya. Dandy, dengan egonya yang tinggi, pasti akan terus menaikkan harga sampai titik di mana dia tidak mampu lagi, “Surya, dia benar-benar ingin menunjukkan semuanya, ya?” gumam Baron. Baron sebenarnya sudah tidak begitu tertarik kepada giok itu dan dia memilih untuk mundur terlebih dahulu, “Praja, aku rasa aku akan mundur kali ini. Aku ingin melihat sejauh mana ego Dandy akan mengelabuinya,” bisik Baron yang disetujui oleh Praja.“Bagus Baron, tidak ada gunanya jika kamu hanya terus memberi makan ego Dandy!” balas Praja. Dandy semakin frustasi karena ia harus kembali merogoh kocek dengan harga yang fantastis. Tapi, ketika ia melirik ke Baro
Seorang pria tua usianya namun tidak dengan fisiknya yang seperti pria berusia 30 tahun, pria itu menawar dengan jumlah yang lebih tinggi dari yang ditawar oleh Dandy. 3 miliar adalah jumlah yang cukup banyak untuk sebuah kalung giok, terutama itu merupakan giok yang memiliki kualitas tinggi. Namun, dibalik itu Baron seperti cukup familiar dengan pria tua tersebut terutama orang-orang dibelakangnya.“Pria itu, apa mungkin dia—”“Baron, dia Surya Vigo pemimpin keluarga Vigo. Dia, adalah harimau yang sudah tua namun harimau tetaplah harimau,” bisik Praja. Baron pun tertawa kecil, “Baru saja aku atasi anaknya, apa kini aku harus bersinggungan dengannya?” kata Baron. Praja menasehati Baron dengan kata-kata yang sedikit menyindir Baron, “Baron, aku tidak tahu kamu tinggal di negara mana yang bisa bebas memukul orang. Tapi, jangan gegabah melawan Surya Vigo, dia salah satu orang yang berpengaruh di negeri ini. Dan, dia juga pernah masuk jajaran orang terkaya di dunia, kamu pasti tahu F
“Selamat malam, para kolektor sejati! Malam ini, kita menghadirkan banyak sekali barang-barang yang berkualitas tinggi serta langka! Dan, hasil dari lelang ini semuanya akan diserahkan ke panti asuhan!”Ruang lelang yang mewah itu dipenuhi oleh para kolektor kaya raya dan pengusaha sukses. Mata mereka berbinar-binar penuh ambisi, siap untuk saling sikut demi mendapatkan harta yang mereka inginkan Biasanya, orang-orang yang menghadiri lelang hanyalah perwakilan saja. Dan, orang kaya yang sesungguhnya tidak perlu repot-repot pergi ke tempat lelang. Namun, beda halnya dengan Tarot Palace Auction, tidak boleh ada perwakilan sama sekali, hanya orang-orang yang memiliki kekayaan yang cukup untuk ikut salan lelang tersebut . Praja berbisik pada Baron, “Baron lihat semua orang-orang ini. Mereka, bukan hanya dari negara Asia saja. Bahkan, orang Eropa pun ada!” Baron melihat semua orang dan memang benar, mereka semua adalah orang yang cukup berpengaruh. Terutama, ada seseorang yang menjadi
Di tengah ketegangan antara Baron, Dandy, dan Elina, Louis muncul dengan ide baru untuk meredakan situasi dan sekaligus membuat Baron semakin dihormati.Louis mengumumkan diadakannya lelang amal di Tarot Palace Auction, sebuah tempat lelang ternama yang hanya dihadiri oleh para elit dan orang-orang kaya. Lelang ini akan menjadi kesempatan bagi para tamu untuk menunjukkan kekayaan mereka dan saling memperkuat posisi dan juga kehormatan mereka. Dandy dan Elina, yang terobsesi dengan kekayaan dan status, langsung tertarik dengan ide lelang ini. Mereka berdua bertekad untuk menjadi pemenang lelang dan menunjukkan kepada Baron siapa yang lebih kaya dan berkuasa.“Bagaimana? Tarot Palace Auction sangat terkenal melelang banyak sekali barang-barang berharga. Bahkan, tidak jarang para Raja-raja di Timur Tengah datang untuk mendapatkan permata,” jelas Louis. Dandy tersenyum sinis, “Untuk apa melakukan lelang? Bukannya sudah jelas, bahwa aku adalah yang paling kaya?” Elina melirik Baron ya
Louis mengantarkan hidangan King Crab, Kaviar Almas yang mewah ke meja Baron, dengan suara penuh hormat, “Silahkan menikmati hidangan kami, Monsieur Baron.” Para tamu restoran terkejut dan membuka mata lebar-lebar. Mereka tidak menyangka bahwa hidangan super mewah itu akan diberikan kepada Baron.“Apa? Kenapa Baron yang mendapatkan hidangan itu?”“Aku tidak tahu. Seharusnya hidangan itu diberikan kepada Dandy.” Dandy menjadi bingung sekaligus kesal, “Apa yang terjadi? Kenapa hidangan itu diberikan kepada Baron?” batin Dandy. Baron melihat hidangan itu dan tersenyum pada Louis, “Terima kasih, Louis. Hidangan ini terlihat sangat lezat, apa kamu serius menghidangkan makanan ini untukku?” tanya Baron.“Tentu saja Monsieur, Anda adalah tamu kehormatan di restoran kami, Monsieur Baron Vasilias!” Semakin banyak kesal yang ditumpuk oleh Dandy hingga urat di wajahnya terlihat jelas, “Baron Vasilias! Takkan aku ampuni kau!” gerutu Dandy dengan menggertakan giginya. Baron mengangkat bahun
Dandy yang meninggikan suaranya dan memesan makanan mewah yang ada di restoran LLDC pun kurang mendapat tanggapan baik dari staff yang ada di sana, “Apa dia baru saja memesan makanan mewah setelah menantang Monsieur Baron?” batin Louis. Dandy melihat ke arah Louis yang menatapnya, “Kamu! Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?! Bawa semua makanan mewah yang kalian miliki!” perintah Dandy. Louis menghela nafasnya, “Aku bukan pelayan, aku adalah manajer restoran ini!“ kata Louis. Tapi dengan sifat angkuh dari Dandy, ia benar-benar tidak memperdulikan siapa orangnya, ia selalu berpikir bahwa selama ia ada uang, maka siapapun bisa ia suruh.“Kamu pikir aku peduli? Cepat, bawakan semuanya!” kata Louis yang mengeluarkan sebuah kartu kredit yang terkenal, yaitu American Express. Semua teman yang ada bersama Louis pun begitu memuji dan menyanjung Dandy.“Dandy! Kamu serius kan? Kita bisa memesan apa saja?”“Tentu saja! Pesan saja sesuka kalian!” Baron yang sedang memutar gelas wine
Ucapannya seperti seseorang yang sudah lama tidak bertemu orang yang sering ia hina. Baron dan juga Praja menoleh dengan cepat dan itu adalah orang yang sering merendahkan Baron saat masih SMA. Pria yang diikuti oleh banyak orang, yang jelas-jelas mereka semua adalah penjilat yang handal, dikelilingi oleh wanita. Dan juga, ada seseorang yang mereka berdua sangat kenal, “Gino Auriga?” batin Baron yang melihat temannya dengan rambut yang baru saja dipotong paksa hingga meninggalkan beberapa bekas luka.“Dandy! Kau, ada disini ternyata?” tanya Praja dengan tegas.“Jelaslah, aku punya uang untuk makan di sini, oh dan juga bagaimana perusahaanmu? Kapan akan hancur? Sayang sekali ya, harus menjadi orang dengan status rendah!” sindir Dandy. Dandy merupakan seorang anak dari keluarga yang cukup ternama, keluarganya menjalankan pertambangan. Jadi, akan ada banyak orang yang begitu dekat dengannya agar kecipratan uang. Praja pun sedikit emosi, saat ia akan mengajar Dandy Baron menahannya s
Pembicaraan yang sangat jarang bahkan tidak pernah terjadi di keluarga Hasya, yaitu dimana Baron ditanyai langkah yang harus dilakukan oleh Aghnia. Semuanya melihat ke Baron, “Adinata Building sekarang, terasa seperti air yang suci, tidak memiliki track record buruk. Tapi, itu tidak menutup kemungkinan kita akan menang,” ujar Baron.“Aghnia, apa kamu bisa menghandle itu?” tanya Joshua dengan mencengkram tongkat, Aghnia sedikit kebingungan akan apa yang harus ia lakukan, kemudian Aghnia menyenggol Baron, “Tidak Aghnia, sepenuhnya itu ada di tanganmu,” kata Baron. Baron kembali ke kamarnya meninggalkan Aghnia dan kedua mertuanya yang masih memikirkan cara agar bisa menang dalam perebutan projek. Kemudian tak lama dari itu, Baron yang sedang menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan pun disusul oleh Aghnia yang langsung duduk di tepi ranjang. Aghnia melihat punggung Baron dan ia memperhatikan Baron, “Kamu, pergi dengan jas itu?” tanya Aghnia dengan memegang dagunya, “Iya, temanku sih
Tawaran dari Vanessa sempat terpikirkan olqh Aghnia, namun ia hanya mematung dan mengingat semua yang telah dihadapi oleh Baron. Bahkan, Baron tidak protes sama sekali kepada Aghnia akan apa yang ia alami. Vanessa pun menunggu dengan penuh harap sambil melihat Baron, “Hei Baron, aku dengar ada beberapa restoran yang terkenal di sini. Bagaimana, kita kesana?” ajak Vanessa dengan gayanya yang sangat centil. Baron melirik ke Aghnia, lalu berbisik padanya, “Jika tawaran itu baik untukmu, maka aku akan melakukannya,” bisik Baron yang pikirannya kini telah kembali. Aghnia segera menarik tangan Vanessa untuk segera keluar dari rumahnya, “Vanessa, sampai kapan pun Baron akan menjadi milikku! Kamu sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk itu!” kata Aghnia. Vanessa jelas hanya tertawa kepada Aghnia, karena dia sangat terobsesi dengan Baron, “Aghnia-aghnia, untuk sekarang sih kamu memang istrinya, tapi apa pernikahan kalian itu didasarkan cinta? Aku tunggu saja kabar Baron menjadi duda,