Ucapan Baron, bisa dibilang sebagai taruhan. Karena, Baron akan pergi dari rumah sebagai ganti jika ia tidak bisa menemukan orang yang sudah menggelapkan dana.“Apa yang kamu bilang?” tanya Aghnia, namun tidak digubris oleh Baron. Sophie, dengan wajah sinisnya menatap kepada Baron, “Keluar dari rumah? Itu berarti, kamu akan berpisah dengan Aghnia?” tanya Sophie. Tapi, Baron menanggapi itu justru sebaliknya, “Berpisah? Ibu mertua, kan aku sudah bilang akan keluar dari rumah ini, bukan berpisah dengan Aghnia.” Joshua pun menimpali, apa yang dikatakan oleh Baron dan bahkan Joshua menyuruh Baron untuk segera angkat kaki dari kediaman keluarga Hasya, “Tidak usah kamu membuang waktu untuk hal yang tidak berguna! Bawa, barang-barang kamu dan pergi dari sini!” ujarnya dengan penuh amarah.“Harusnya, kamu sadar Baron. Kamu itu, hanya seorang sampah, meski kamu sudah berubah penampilan seperti ini. Kodrat dirimu, sebagai sampah akan terus seperti itu!” cela Ivan yang masih dengan sangat mem
Waktu, dihabiskan oleh Baron dengan berkeliling kota dan melihat kenangan yang sudah ia tinggalkan beberapa tahun lalu. Nolan menoleh sedikit, ke arah Baron dan bertanya, “Jendral, apa Jendral tidak akan pulang?” Pertanyaan Nolan pun ditanggapi oleh Baron, “Antar saja aku ke rumah yang berikan oleh Tzagia. Sepertinya, aku akan tinggal disana satu malam saja.” Baron, sempat membuka ponselnya dengan harapan bahwa Aghnia akan mencarinya atau setidaknya menyuruh Baron untuk pulang. Namun, hal itu tidak terjadi untuk saat ini. Baron pun tiba di kediaman yang sesungguhnya, Baron langsung masuk ke kamarnya dan membuka jendela.“Dia, benar tidak mencariku, ya?” gumam Baron. Tidak berselang lama, pintu kamar Baron diketuk oleh Nolan, “Jendral!”“Masuk!” Nolan pun masuk sambil memberikan beberapa dokumen yang diminta oleh Baron, “Jendral, ini data pemasukan dana ke perusahaan dari 3 tahun terakhir dan juga data saat Jendral masih menjadi karyawan disana,” ujar Nolan, itu membuat Baron se
Sophie melihat ke arah Aghnia, dan memuji kinerja Aghnia, “Bagus anakku, kamu sudah menyelamatkan derajat kakakmu, sekarang pilihlah laki-laki mana yang cocok untukmu, karena Baron. Akan segera pergi!” Aghnia masih terpaku menatap semua yang bisa menjadi barang bukti pun terbakar.“A-apa yang baru saja ibu lakukan? Itu bisa kita gunakan untuk menangkap orang yang menggelapkan dana.” .“Menyelamatkan keluarga kita, dari sampah Baron. Jika memang, kamu tidak berguna sebagai manusia maka bergunalah sebagai penurut!”“Lihatlah Ivan, dia sudah menjadi orang yang berguna dan juga memiliki wibawa! Tapi, kamu mau melihat kakak kamu menjadi asisten si Baron!” Rasa kecewa dan patah harapan, tersirat dengan jelas di mata Aghnia yang mulai menitikkan air matanya, yang awalnya penuh tenaga dan juga euforia yang menggebu, kini lenyap tak bersisa. Bahkan, rasanya seperti ingin mati. Dengan wajah yang ketus, Sophie memandang Aghnia dengan perasaan bahwa Aghnia hanya seorang anak yang tidak bisa
Perkataan Baron, jelas mengindikasikan bahwa Baron memiliki rahasia tertentu yang menjadi kelemahan dari keluarga Hasya. Wajah Sophie, menjadi merah padam dan dengan cepat sebuah tamparan mendarat keras di wajah Baron. Namun, meski menerima tamparan sekeras itu, tidak cukup mampu untuk merubah ekspresi Baron.“B*jing*n kamu! Tahu apa kamu soal keluarga Hasya? Kamu hanya orang luar, yang bahkan asal-usul kamu saja tidak jelas! Orang dari panti asuhan, berani-beraninya berkata seperti itu di hadapan Sophie Hasya!” hardik Sophie. Sejujurnya, apa yang dikatakan oleh Sophie sudah cukup untuk membuatnya diberi balasan oleh Baron. Namun, Baron masih menahan itu karena dia ingin melihat keluarga Hasya hancur secara perlahan.“Ibu mertua—”“Jangan pernah, kamu panggil aku ibu mertua!” Baron tersenyum saja mendengar itu, lalu Baron membalas bentakan Sophie, “Apa alasannya, aku dibenci? Apa, karena aku tidak memiliki latar belakang keluarga kaya? Kenapa, aku dibenci begitu saja tanpa alasan
Seorang pria dengan mengenakan setelan jas berwarna biru tua, jalan menyusul rombongan dari keluarga Hasya dengan menaiki lift yang berbeda. Pria itu sempat melihat ke arah Baron, dan Baron juga melihat ke arahnya, kecurigaan Baron semakin meruncing ke arah pria tersebut.“Aku rasa, dia orangnya. Tapi, yang kini aku punya hanya data-data keuangan, apa sebaiknya aku hubungi ke Manajemen Keuangan?” batin Baron. Baron melanjutkan pekerjaannya, dan ia kembali ke ruangan staff lalu menghubungi Nolan, “Halo, Nolan.”“Halo, Jendral. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Nolan, Baron melihat ke sekeliling terlebih dahulu sebelum menjawab, “Begini, bagaimana dengan dokumennya?” “Sudah saya kirimkan, Jendral,” balas Nolan, Baron pun bertanya mengenai kemungkinan besar menemukan siapa yang menjadi dalang dalam tindakan yang merugikan perusahaan, “Berapa kemungkinannya dengan dokumen itu, untuk mengetahui siapa pelaku utamanya?” tanya Baron. Nolan sempat diam beberapa detik, sebelum kembali m
Ekspresi wajah Aghnia, menjadi merah padam dengan apa yang dia lihat. Seakan-akan, ia sendiri tidak mempercayai apa yang ia pegang sekarang. Keluarga Hasya, dan juga Manager Chandra penasaran dengan apa yang Aghnia lihat.“Kenapa, Aghnia seperti itu?” gumam Ivan, Sophie melirik ke Aghnia, “Kenapa lagi dia itu?” Aghnia pun, melirik Baron dengan tajam lalu melemparkan dokumen itu ke meja, “Dokumen apa yang kamu kasih ke saya, Baron?” Baron menjadi bingung dengan Aghnia yang mendadak begitu marah ke Baron, Baron menjawab itu dengan jawaban yang menurut dia paling aman, “Dokumen, itu dokumen yang tadi dikirim ke sini, Bu.” Aghnia menggeleng, dan dokumen itu dibaca oleh Sophie, Sophie sempat melihat ke Ivan sambil tersenyum.“Ini maksudnya apa, Aghnia? Kenapa dokumen hasil audit bisa ada di tangan seorang OB, bagaimana kamu menjelaskan ini?” tanya Sophie.Dan, ternyata dokumen yang dibawa Baron merupakan hasil audit dari bagian keuangan, yang dimana itu tidak di tangan Baron. Baron,
Pertanyaan tersebut sudah pasti keluar, dikarenakan beberapa hari sebelumnya Sophie sudah membakar dokumen yang asli di depan Aghnia. Sophie memperhatikan Aghnia yang pastinya bingung bagaimana menjelaskan, “Nah, Aghnia. Sekarang, bagaimana kamu menjelaskan keaslian dokumen itu?” batin Sophie yang sangat menantikan kekalahan Aghnia.“Apa yang membuat kamu begitu yakin, Aghnia?” tanya Sophie. Sophie kembali mengintimidasi Aghnia, dan bahkan menggebrak meja dengan pelan.“Akan sangat memalukan bukan? Seorang CEO bisa percaya begitu saja dengan dokumen yang dibawa oleh OB?” Tapi, Aghnia melirik ke Baron, ia mengalami konflik batin dan kebimbangan bagaimana ia menghadapi itu.“Baron, bagaimana ini? Dokumen yang asli sudah dibakar!” gumam Aghnia. Joshua juga menimpali dan bahkan menekan Aghnia dengan semua bukti yang bisa dikatakan tidak dapat dibuktikan kebenarannya.“Apa yang kamu lakukan, Aghnia? Kamu seorang CEO. Harusnya, kamu tahu apa yang seharusnya kamu lakukan di keadaan sep
Yang ada di ruangan tersebut pun, menjadi bingung dengan nama yang disebutkan oleh Baron. Terlihat, dari semua ekspresi yang ditimbulkan ketika Baron menyebutkan nama itu, hanya Chandra yang terlihat begitu panik. Bahkan, ia tidak bisa menahan keringat dingin di wajahnya.“Siapa itu, Baron?” tanya Aghnia. Baron melirik Aghnia dan tersenyum, lalu Baron kembali melihat ke arah Chandra, “Kenapa, Pak Chandra? Apa, nama itu sering terdengar oleh Bapak sebelumnya?”“Si-siapa itu? Siapa yang kamu sebutkan itu? Aku, tidak pernah mendengarnya!” sanggah Chandra. Lalu, Baron menunjuk ke dokumen itu dan Aghnia seperti menangkap yang dimaksud Baron, lalu Aghnia menemukan nama Widya Gunawan sebagai rekening yang menerima transfer. Wajah Aghnia pun menunjukkan rasa terkejutnya. Aghnia, bahkan tidak bisa menutupi ekspresi terkejutnya, “Widya Gunawan, nama itu ada di dokumen ini? Bagaimana caranya, Baron bisa menemukan ini?”“Bu Aghnia, apa yang tertulis di sana?” tanya Baron, Aghnia pun melihat
Dandy sudah termakan oleh egonya, ia benar-benar tidak peduli dengan uang yang ia keluarkan hanya gengsi yang ia miliki.“12 miliar! Aku tawar itu, anak-anak seperti kalian tidak cocok dengan giok!” Surya yang kini menunjukkan aura yang ia miliki adalah keangkuhan yang absolut.Baron tersenyum sinis. Dia tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya. Dandy, dengan egonya yang tinggi, pasti akan terus menaikkan harga sampai titik di mana dia tidak mampu lagi, “Surya, dia benar-benar ingin menunjukkan semuanya, ya?” gumam Baron. Baron sebenarnya sudah tidak begitu tertarik kepada giok itu dan dia memilih untuk mundur terlebih dahulu, “Praja, aku rasa aku akan mundur kali ini. Aku ingin melihat sejauh mana ego Dandy akan mengelabuinya,” bisik Baron yang disetujui oleh Praja.“Bagus Baron, tidak ada gunanya jika kamu hanya terus memberi makan ego Dandy!” balas Praja. Dandy semakin frustasi karena ia harus kembali merogoh kocek dengan harga yang fantastis. Tapi, ketika ia melirik ke Baro
Seorang pria tua usianya namun tidak dengan fisiknya yang seperti pria berusia 30 tahun, pria itu menawar dengan jumlah yang lebih tinggi dari yang ditawar oleh Dandy. 3 miliar adalah jumlah yang cukup banyak untuk sebuah kalung giok, terutama itu merupakan giok yang memiliki kualitas tinggi. Namun, dibalik itu Baron seperti cukup familiar dengan pria tua tersebut terutama orang-orang dibelakangnya.“Pria itu, apa mungkin dia—”“Baron, dia Surya Vigo pemimpin keluarga Vigo. Dia, adalah harimau yang sudah tua namun harimau tetaplah harimau,” bisik Praja. Baron pun tertawa kecil, “Baru saja aku atasi anaknya, apa kini aku harus bersinggungan dengannya?” kata Baron. Praja menasehati Baron dengan kata-kata yang sedikit menyindir Baron, “Baron, aku tidak tahu kamu tinggal di negara mana yang bisa bebas memukul orang. Tapi, jangan gegabah melawan Surya Vigo, dia salah satu orang yang berpengaruh di negeri ini. Dan, dia juga pernah masuk jajaran orang terkaya di dunia, kamu pasti tahu F
“Selamat malam, para kolektor sejati! Malam ini, kita menghadirkan banyak sekali barang-barang yang berkualitas tinggi serta langka! Dan, hasil dari lelang ini semuanya akan diserahkan ke panti asuhan!”Ruang lelang yang mewah itu dipenuhi oleh para kolektor kaya raya dan pengusaha sukses. Mata mereka berbinar-binar penuh ambisi, siap untuk saling sikut demi mendapatkan harta yang mereka inginkan Biasanya, orang-orang yang menghadiri lelang hanyalah perwakilan saja. Dan, orang kaya yang sesungguhnya tidak perlu repot-repot pergi ke tempat lelang. Namun, beda halnya dengan Tarot Palace Auction, tidak boleh ada perwakilan sama sekali, hanya orang-orang yang memiliki kekayaan yang cukup untuk ikut salan lelang tersebut . Praja berbisik pada Baron, “Baron lihat semua orang-orang ini. Mereka, bukan hanya dari negara Asia saja. Bahkan, orang Eropa pun ada!” Baron melihat semua orang dan memang benar, mereka semua adalah orang yang cukup berpengaruh. Terutama, ada seseorang yang menjadi
Di tengah ketegangan antara Baron, Dandy, dan Elina, Louis muncul dengan ide baru untuk meredakan situasi dan sekaligus membuat Baron semakin dihormati.Louis mengumumkan diadakannya lelang amal di Tarot Palace Auction, sebuah tempat lelang ternama yang hanya dihadiri oleh para elit dan orang-orang kaya. Lelang ini akan menjadi kesempatan bagi para tamu untuk menunjukkan kekayaan mereka dan saling memperkuat posisi dan juga kehormatan mereka. Dandy dan Elina, yang terobsesi dengan kekayaan dan status, langsung tertarik dengan ide lelang ini. Mereka berdua bertekad untuk menjadi pemenang lelang dan menunjukkan kepada Baron siapa yang lebih kaya dan berkuasa.“Bagaimana? Tarot Palace Auction sangat terkenal melelang banyak sekali barang-barang berharga. Bahkan, tidak jarang para Raja-raja di Timur Tengah datang untuk mendapatkan permata,” jelas Louis. Dandy tersenyum sinis, “Untuk apa melakukan lelang? Bukannya sudah jelas, bahwa aku adalah yang paling kaya?” Elina melirik Baron ya
Louis mengantarkan hidangan King Crab, Kaviar Almas yang mewah ke meja Baron, dengan suara penuh hormat, “Silahkan menikmati hidangan kami, Monsieur Baron.” Para tamu restoran terkejut dan membuka mata lebar-lebar. Mereka tidak menyangka bahwa hidangan super mewah itu akan diberikan kepada Baron.“Apa? Kenapa Baron yang mendapatkan hidangan itu?”“Aku tidak tahu. Seharusnya hidangan itu diberikan kepada Dandy.” Dandy menjadi bingung sekaligus kesal, “Apa yang terjadi? Kenapa hidangan itu diberikan kepada Baron?” batin Dandy. Baron melihat hidangan itu dan tersenyum pada Louis, “Terima kasih, Louis. Hidangan ini terlihat sangat lezat, apa kamu serius menghidangkan makanan ini untukku?” tanya Baron.“Tentu saja Monsieur, Anda adalah tamu kehormatan di restoran kami, Monsieur Baron Vasilias!” Semakin banyak kesal yang ditumpuk oleh Dandy hingga urat di wajahnya terlihat jelas, “Baron Vasilias! Takkan aku ampuni kau!” gerutu Dandy dengan menggertakan giginya. Baron mengangkat bahun
Dandy yang meninggikan suaranya dan memesan makanan mewah yang ada di restoran LLDC pun kurang mendapat tanggapan baik dari staff yang ada di sana, “Apa dia baru saja memesan makanan mewah setelah menantang Monsieur Baron?” batin Louis. Dandy melihat ke arah Louis yang menatapnya, “Kamu! Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?! Bawa semua makanan mewah yang kalian miliki!” perintah Dandy. Louis menghela nafasnya, “Aku bukan pelayan, aku adalah manajer restoran ini!“ kata Louis. Tapi dengan sifat angkuh dari Dandy, ia benar-benar tidak memperdulikan siapa orangnya, ia selalu berpikir bahwa selama ia ada uang, maka siapapun bisa ia suruh.“Kamu pikir aku peduli? Cepat, bawakan semuanya!” kata Louis yang mengeluarkan sebuah kartu kredit yang terkenal, yaitu American Express. Semua teman yang ada bersama Louis pun begitu memuji dan menyanjung Dandy.“Dandy! Kamu serius kan? Kita bisa memesan apa saja?”“Tentu saja! Pesan saja sesuka kalian!” Baron yang sedang memutar gelas wine
Ucapannya seperti seseorang yang sudah lama tidak bertemu orang yang sering ia hina. Baron dan juga Praja menoleh dengan cepat dan itu adalah orang yang sering merendahkan Baron saat masih SMA. Pria yang diikuti oleh banyak orang, yang jelas-jelas mereka semua adalah penjilat yang handal, dikelilingi oleh wanita. Dan juga, ada seseorang yang mereka berdua sangat kenal, “Gino Auriga?” batin Baron yang melihat temannya dengan rambut yang baru saja dipotong paksa hingga meninggalkan beberapa bekas luka.“Dandy! Kau, ada disini ternyata?” tanya Praja dengan tegas.“Jelaslah, aku punya uang untuk makan di sini, oh dan juga bagaimana perusahaanmu? Kapan akan hancur? Sayang sekali ya, harus menjadi orang dengan status rendah!” sindir Dandy. Dandy merupakan seorang anak dari keluarga yang cukup ternama, keluarganya menjalankan pertambangan. Jadi, akan ada banyak orang yang begitu dekat dengannya agar kecipratan uang. Praja pun sedikit emosi, saat ia akan mengajar Dandy Baron menahannya s
Pembicaraan yang sangat jarang bahkan tidak pernah terjadi di keluarga Hasya, yaitu dimana Baron ditanyai langkah yang harus dilakukan oleh Aghnia. Semuanya melihat ke Baron, “Adinata Building sekarang, terasa seperti air yang suci, tidak memiliki track record buruk. Tapi, itu tidak menutup kemungkinan kita akan menang,” ujar Baron.“Aghnia, apa kamu bisa menghandle itu?” tanya Joshua dengan mencengkram tongkat, Aghnia sedikit kebingungan akan apa yang harus ia lakukan, kemudian Aghnia menyenggol Baron, “Tidak Aghnia, sepenuhnya itu ada di tanganmu,” kata Baron. Baron kembali ke kamarnya meninggalkan Aghnia dan kedua mertuanya yang masih memikirkan cara agar bisa menang dalam perebutan projek. Kemudian tak lama dari itu, Baron yang sedang menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan pun disusul oleh Aghnia yang langsung duduk di tepi ranjang. Aghnia melihat punggung Baron dan ia memperhatikan Baron, “Kamu, pergi dengan jas itu?” tanya Aghnia dengan memegang dagunya, “Iya, temanku sih
Tawaran dari Vanessa sempat terpikirkan olqh Aghnia, namun ia hanya mematung dan mengingat semua yang telah dihadapi oleh Baron. Bahkan, Baron tidak protes sama sekali kepada Aghnia akan apa yang ia alami. Vanessa pun menunggu dengan penuh harap sambil melihat Baron, “Hei Baron, aku dengar ada beberapa restoran yang terkenal di sini. Bagaimana, kita kesana?” ajak Vanessa dengan gayanya yang sangat centil. Baron melirik ke Aghnia, lalu berbisik padanya, “Jika tawaran itu baik untukmu, maka aku akan melakukannya,” bisik Baron yang pikirannya kini telah kembali. Aghnia segera menarik tangan Vanessa untuk segera keluar dari rumahnya, “Vanessa, sampai kapan pun Baron akan menjadi milikku! Kamu sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk itu!” kata Aghnia. Vanessa jelas hanya tertawa kepada Aghnia, karena dia sangat terobsesi dengan Baron, “Aghnia-aghnia, untuk sekarang sih kamu memang istrinya, tapi apa pernikahan kalian itu didasarkan cinta? Aku tunggu saja kabar Baron menjadi duda,