Baron menuju ke restoran La Lumière Du Ciel dengan tujuan untuk membeli saham restorannya, Suara notifikasi pesan, membuat Baron dan juga Nolan terkejut. Karena, mereka sedang berbincang. Saat Baron melihat notifikasi tersebut, itu merupakan sebuah pesan dari Walikota Andre. Sejenak, Baron sempat bingung bagaimana Andre bisa memiliki nomor Baron, “Andre? Kapan aku memberi nomor ku,” Nolan penasaran dengan apa yang diterima oleh, Baron. Tapi, ia sendiri tidak berani untuk melihat urusan dari atasannya tersebut. Baron memperlihatkan ponselnya yang berisikan pesan, bahwa Billy Hatarajasa benar-benar tidak akan mengganggu Baron lagi. Karena, Billy akan mendekam di jeruji besi karena perbuatannya.“Walikota?” tanya Nolan dengan penuh kebingungan, Baron merespon hal tersebut dengan senyuman lalu mengucap, “Kita, masih bisa dibilang orang asing. Meski, aku sendiri orang di Negara ini. Bukankah, bekerjasama dengan seorang dari pemerintahan suatu hal yang baik? Meski, aku harus memberitah
Pertobatan, ialah suatu hukuman yang ada di Nebesa. Tidak seperti namanya, itu adalah surau hukuman yang akan diberikan kepada seorang tentara yang sudah melakukan perbuatan diluar batas. Nolan, menatap wajah Ghani Adinata dengan tajam, bahkan tidak melepas pandanganya sama sekali. Ghani, pun kembali meremehkan Nolan dengan cara mendorong Nolan.“Kau, mau apa?” tanya Ghani dengan mendorong Nolan. Tangan Ghani, yang tadinya digunakan untuk mendorong Nolan. Kini, ditahan oleh Nolan. Ghani yang terkejut, karena respon Nolan begitu cepat dalam menangkap tangannya. Tapi, Ghani tersenyum saja karena ia pikir ia lebih kuat dari Nolan. Ghani, juga berkata, “Berhasil menangkap, ya? Tapi, maaf aku ini juara olimpiade Judo, kamu hanyalah seekor lalat di depanku!” Ghani, sempat mencoba membanting Nolan. Akan tetapi, sesaat Nolan sebelum menyentuh tanah, kakinya menjepit kepala Ghani. Ghani yang kepalanya diapit oleh kaki Nolan, tidak bisa melepaskan diri, “A-apa? Apa-apaan dia ini?!” batin G
Ucapan Baron, bisa dibilang sebagai taruhan. Karena, Baron akan pergi dari rumah sebagai ganti jika ia tidak bisa menemukan orang yang sudah menggelapkan dana.“Apa yang kamu bilang?” tanya Aghnia, namun tidak digubris oleh Baron. Sophie, dengan wajah sinisnya menatap kepada Baron, “Keluar dari rumah? Itu berarti, kamu akan berpisah dengan Aghnia?” tanya Sophie. Tapi, Baron menanggapi itu justru sebaliknya, “Berpisah? Ibu mertua, kan aku sudah bilang akan keluar dari rumah ini, bukan berpisah dengan Aghnia.” Joshua pun menimpali, apa yang dikatakan oleh Baron dan bahkan Joshua menyuruh Baron untuk segera angkat kaki dari kediaman keluarga Hasya, “Tidak usah kamu membuang waktu untuk hal yang tidak berguna! Bawa, barang-barang kamu dan pergi dari sini!” ujarnya dengan penuh amarah.“Harusnya, kamu sadar Baron. Kamu itu, hanya seorang sampah, meski kamu sudah berubah penampilan seperti ini. Kodrat dirimu, sebagai sampah akan terus seperti itu!” cela Ivan yang masih dengan sangat mem
Waktu, dihabiskan oleh Baron dengan berkeliling kota dan melihat kenangan yang sudah ia tinggalkan beberapa tahun lalu. Nolan menoleh sedikit, ke arah Baron dan bertanya, “Jendral, apa Jendral tidak akan pulang?” Pertanyaan Nolan pun ditanggapi oleh Baron, “Antar saja aku ke rumah yang berikan oleh Tzagia. Sepertinya, aku akan tinggal disana satu malam saja.” Baron, sempat membuka ponselnya dengan harapan bahwa Aghnia akan mencarinya atau setidaknya menyuruh Baron untuk pulang. Namun, hal itu tidak terjadi untuk saat ini. Baron pun tiba di kediaman yang sesungguhnya, Baron langsung masuk ke kamarnya dan membuka jendela.“Dia, benar tidak mencariku, ya?” gumam Baron. Tidak berselang lama, pintu kamar Baron diketuk oleh Nolan, “Jendral!”“Masuk!” Nolan pun masuk sambil memberikan beberapa dokumen yang diminta oleh Baron, “Jendral, ini data pemasukan dana ke perusahaan dari 3 tahun terakhir dan juga data saat Jendral masih menjadi karyawan disana,” ujar Nolan, itu membuat Baron se
Sophie melihat ke arah Aghnia, dan memuji kinerja Aghnia, “Bagus anakku, kamu sudah menyelamatkan derajat kakakmu, sekarang pilihlah laki-laki mana yang cocok untukmu, karena Baron. Akan segera pergi!” Aghnia masih terpaku menatap semua yang bisa menjadi barang bukti pun terbakar.“A-apa yang baru saja ibu lakukan? Itu bisa kita gunakan untuk menangkap orang yang menggelapkan dana.” .“Menyelamatkan keluarga kita, dari sampah Baron. Jika memang, kamu tidak berguna sebagai manusia maka bergunalah sebagai penurut!”“Lihatlah Ivan, dia sudah menjadi orang yang berguna dan juga memiliki wibawa! Tapi, kamu mau melihat kakak kamu menjadi asisten si Baron!” Rasa kecewa dan patah harapan, tersirat dengan jelas di mata Aghnia yang mulai menitikkan air matanya, yang awalnya penuh tenaga dan juga euforia yang menggebu, kini lenyap tak bersisa. Bahkan, rasanya seperti ingin mati. Dengan wajah yang ketus, Sophie memandang Aghnia dengan perasaan bahwa Aghnia hanya seorang anak yang tidak bisa
Perkataan Baron, jelas mengindikasikan bahwa Baron memiliki rahasia tertentu yang menjadi kelemahan dari keluarga Hasya. Wajah Sophie, menjadi merah padam dan dengan cepat sebuah tamparan mendarat keras di wajah Baron. Namun, meski menerima tamparan sekeras itu, tidak cukup mampu untuk merubah ekspresi Baron.“B*jing*n kamu! Tahu apa kamu soal keluarga Hasya? Kamu hanya orang luar, yang bahkan asal-usul kamu saja tidak jelas! Orang dari panti asuhan, berani-beraninya berkata seperti itu di hadapan Sophie Hasya!” hardik Sophie. Sejujurnya, apa yang dikatakan oleh Sophie sudah cukup untuk membuatnya diberi balasan oleh Baron. Namun, Baron masih menahan itu karena dia ingin melihat keluarga Hasya hancur secara perlahan.“Ibu mertua—”“Jangan pernah, kamu panggil aku ibu mertua!” Baron tersenyum saja mendengar itu, lalu Baron membalas bentakan Sophie, “Apa alasannya, aku dibenci? Apa, karena aku tidak memiliki latar belakang keluarga kaya? Kenapa, aku dibenci begitu saja tanpa alasan
Seorang pria dengan mengenakan setelan jas berwarna biru tua, jalan menyusul rombongan dari keluarga Hasya dengan menaiki lift yang berbeda. Pria itu sempat melihat ke arah Baron, dan Baron juga melihat ke arahnya, kecurigaan Baron semakin meruncing ke arah pria tersebut.“Aku rasa, dia orangnya. Tapi, yang kini aku punya hanya data-data keuangan, apa sebaiknya aku hubungi ke Manajemen Keuangan?” batin Baron. Baron melanjutkan pekerjaannya, dan ia kembali ke ruangan staff lalu menghubungi Nolan, “Halo, Nolan.”“Halo, Jendral. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Nolan, Baron melihat ke sekeliling terlebih dahulu sebelum menjawab, “Begini, bagaimana dengan dokumennya?” “Sudah saya kirimkan, Jendral,” balas Nolan, Baron pun bertanya mengenai kemungkinan besar menemukan siapa yang menjadi dalang dalam tindakan yang merugikan perusahaan, “Berapa kemungkinannya dengan dokumen itu, untuk mengetahui siapa pelaku utamanya?” tanya Baron. Nolan sempat diam beberapa detik, sebelum kembali m
Ekspresi wajah Aghnia, menjadi merah padam dengan apa yang dia lihat. Seakan-akan, ia sendiri tidak mempercayai apa yang ia pegang sekarang. Keluarga Hasya, dan juga Manager Chandra penasaran dengan apa yang Aghnia lihat.“Kenapa, Aghnia seperti itu?” gumam Ivan, Sophie melirik ke Aghnia, “Kenapa lagi dia itu?” Aghnia pun, melirik Baron dengan tajam lalu melemparkan dokumen itu ke meja, “Dokumen apa yang kamu kasih ke saya, Baron?” Baron menjadi bingung dengan Aghnia yang mendadak begitu marah ke Baron, Baron menjawab itu dengan jawaban yang menurut dia paling aman, “Dokumen, itu dokumen yang tadi dikirim ke sini, Bu.” Aghnia menggeleng, dan dokumen itu dibaca oleh Sophie, Sophie sempat melihat ke Ivan sambil tersenyum.“Ini maksudnya apa, Aghnia? Kenapa dokumen hasil audit bisa ada di tangan seorang OB, bagaimana kamu menjelaskan ini?” tanya Sophie.Dan, ternyata dokumen yang dibawa Baron merupakan hasil audit dari bagian keuangan, yang dimana itu tidak di tangan Baron. Baron,