Share

Arumi Pingsan

Author: IrmaSuda_87
last update Last Updated: 2023-03-04 18:53:08

"Bu, apa yang Ibu lakukan?!" jeritku tertahan.

Arumi sudah tergeletak di lantai dan ibu mematung di dekatnya.

Disatu sisi dalam kondisi apapun aku tak berhak meneriaki wanita yang telah melahirkanku. Namun, di sisi lain aku terkejut dengan apa yang ku lihat. Arumi sudah tak sadarkan diri.

"Ibu, gak tahu Raga. Ibu datang dia berdiri, belum sempat berdiri dengan benar dia udah terjatuh." keterangan ibu panjang dengan wajah syok dan masih tak beranjak dari tempat semula beliau berdiri.

Di tangannya, ibu memegang novel yang Arumi baca tadi. Novel itu lumayan tebal.

Aku bingung, harus percaya ibu atau tidak. Segera aku bopong Arumi ke atas sofa dan berusaha membangunkannya.

"Sayang ... sayang, bangun sayang." aku berusaha membangunkan dengan menepuk-nepuk pelan pipinya dan sesekali menggoyangkan pundaknya, Arumi bergeming.

Aku bangkit mengambil minyak kayu putih dan menggosokkkan ke sekitar hidung Arumi, masih tak ada hasil.

Masih terus berusaha membangunkan Arumi, ku memandang sekilas pada ibu. Dari wajahnya pun kelihatan cemas memandang Arumi, Ibu masih terdiam duduk di kursi tak jauh dari kami. Entah apa yang ada dalam pikiran beliau sekarang. Novel yang tadinya di tangan berpindah kepangkuannya.

Mungkin karena ibu juga panik melihat keadaan Arumi, hingga ibu lupa untuk meletakkan novel itu di meja dan tak sadar sedari tadi memegang dan memangku novel.

Sedikit heran kenapa Arumi pingsan, tetapi ibu malah memegang novel yang Arumi baca, sedari tadi. Kapan juga novel itu berpindah dari tangan Arumi ke tangan Ibu.

Karena heran, sempat-sempatnya kubertanya, "Bu, Arumi pingsan kenapa malah Ibu pegang novel yang Arumi baca dari tadi."

"E--eh iya, tadi Arumi jatuh dengan bukunya, jadi ibu pungut bukunya yang tergeletak di lantai."

Aku merasa ada yang janggal, Arumi jatuh pingsan masa ibu malah reflek nyelamatin dan nolong bukunya duluan.

"Hahh...!" tak sadar aku aku ber 'hah' panjang, dan mengernyitkan kening mendengar jawaban ibu. Aku merasa ada yang salah. Entah kenapa melihat ekspresiku begitu, ibu tergagap.

"He--e iya begitu ... saking paniknya ibu liat dia tiba-tiba pingsan"

Masa, sih! sepanik-paniknya orang, kayaknya pasti reflek nolongin orang yang jatuh di depan mata. Bukan malah nyelamatin buku yang dipegang orang yang jatuh pingsan.

"Liat Arumi pingsan, ibu jadi gak sadar kali, malah bukunya yang dipungut bukan nolong Arumi" jawab ibu sambil buru-buru meletakkan novel itu di meja. Jawaban ibu seperti tahu arah pikiranku.

Apa bunyi 'Bug' tadi yang ku dengar adalah bunyi yang berasal dari--? Hahh, apakah ibu memukul Arumi dengan nov---

'Ah, sudahlah' pikiranku malah kemana-mana berprasangka yang bukan-bukan.

Karena Arumi tak bangun-bangun sekitar sepuluh menit kemudian aku memutuskan membawa Arumi ke rumah sakit.

"Bu, tunggu Arumi sebentar aku siapkan mobil dulu." Ibu pun hanya mengangguk dan pindah tempat duduk ke dekat Arumi.

Sementara aku mempersiapkan mobil, mengeluarkan dari garasi. Mobil terparkir di belakang motorku karena sudah beberapa bulan ini tak pernah di pakai.

Aku pun menggeser motor kemudian masuk mobil memundurkannya sampai depan rumah.

Kendaraan roda empat itu dari mertuaku dan biasa di pakai Arumi waktu gadis dulu. Sudah tiga bulan di sini hampir tak pernah dipakai.

Selama tiga bulan di sini. Mobil itu hanya di pakai waktu kami mudik ke rumah ibu ini, karena harus mambawa barang banyak.

Kemudian sekali lagi dipakai waktu hujan lebat dan aku harus ke kantor.

Sedangkan kalau untuk kerja dan sehari-hari aku memakai motorku sendiri. Selain karena memang lebih cepat nyampai pakai motor ke kantor degan kondisi jalan daerah kami. Alasan utamanya aku tak mau memanjakan diri dengan barang bawaan dari istriku.

Dengan tergesa aku memolong Arumi masuk ke dalam mobil. Kemudian ibu mengikuti dari belakang dan duduk di sampingnya. Arumi yang masih belum sadarkan diri kepalanya ibu baringkan ke pangkuan beliau. Ibu masih diam dan semakin cemas.

Aku pun meluncurkan mobil ke rumah sakit. Dalam diam aku lega karena dari sikap ibu. Sepertinya kejadian ini membuat ibu berubah menyayangi Arumi lagi. Namun, masih sangat penasaran, apa benar Arumi tidak di apa-apakan sama ibu, bukan suudzon sama ibu sendiri, tetapi ... ah tak tahulah. Aku tak mau berpikir macam-macam. Yang penting segera sampai rumah sakit.

Dalam perjalanan dan pikiran yang kalut aku bertanya lagi pada ibu. Untuk meyakinkan diri dan menghilangkan swak wasangka.

"Ibu serius gak ngapa-ngapain, Arumi?" tanyaku padanya.

Sebenarnya tak tega aku menanyakan pertanyaan yang menuduh seperti itu. Aku merasa berdosa kata-kata itu bisa keluar dari mulut.

"Ya Ampun, Raga! Kamu gak percaya sama ibu. Ibu gak ngapa-ngapain dia, semuanya seperti yang ibu bilang tadi. Ibu datang dia segera berdiri dan langsung jatuh, tetapi sempat ibu melihatnya seperti memegang kepalanya, pingsan karena kurang darah kali dia."

"Iya, Bu." Aku iyakan segera jawaban ibu.

Rasa bersalah menghampiri dan aku merasa jadi anak yang tak tahu diri menuduh ibu yang bukan-bukan.

Aku bingung Arumi kenapa. Kutambah kecepatan agar cepat sampai ke rumah sakit.

Related chapters

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada yang disembunyikan Dariku

    Aku cemas menunggu hasil pemeriksaan dari dokter tentang keadaan Arumi.Tak lama dokter keluar, mempersilahkan aku masuk ke ruangan untuk memberi keterangan. Aku mengikuti dokter berhijab itu dari belakang, kemudian duduk dihadapan mejanya di kursi yang telah disediakan."Bagaimana keadaan istri saya, dok?""Istri Bapak tidak apa-apa, Pak." aku lega mendengar jawaban dokter. Hatiku seketika lapang."Tapi, Bapak harus menjaga istrinya dari kelelahan dan stres, Pak. Karena kandungan istri bapak termasuk kandungan yang lemah. Sehingga lelah dan stres bisa membuat istrinya bapak seperti ini. Tekanan darahnya juga sangat rendah, Pak."Aku terkejut. Mendengar penjelasan dokter barusan, rasa salah dengar."Istri sa-ya hamil, Dokter. Alhamdulillah ya Allah, Alhamdulillah," syukurku tak henti-hentinya akhirnya setahun menikah anak yang kami tunggu-tunggu ada di rahim istri tersayangku. Haru menyelimuti hati ini."Lo bapak gak tahu, 6 minggu usia kandungannya, Pak.""Beneran enggak tahu, Dok

    Last Updated : 2023-03-05
  • Menantu Yang Selalu Salah   Ibu Mulai Lagi

    Tak terasa sudah satu bulan berlalu. Kandungan Arumi memasuki usia dua bulan lebih. Dalam satu bulan ini aku merasa tenang ibu tak lagi mempermasalahkan hal-hal yang menurutku tak perlu dipermasalahkan dengan Arumi.Aku pun merasa sangat berdosa pada ibu, karena waktu itu sempat berpikir yang bukan-bukan tentang yang dilakukan beliau pada Arumi hingga membuat Arumi pingsan."Maafkan anakmu ini, ibuku tercinta," bisikku untuk diriku sendiri. Bahkan dalam satu bulan ini, ibu tak lagi seperti bulan kemarin pada Arumi. Namun, ternyata aku salah.***Setelah salat subuh aku pun mempersiapkan apa-apa yang akan di bawa ke kantor. "Bang, aku tidur lagi boleh ya, badanku rasa pegal-pegal."Iya tidur aja lagi. Kamu 'kan harus jaga fisik agar kandungan kamu baik-baik saja."Terus pagi ini, kamu sarapan pakai apa, bang?" "Ah, itu gampang tak perlu kamu pikirkan. Abang bisa sarapan pakai bingka yang kamu buat tadi malam sama Ibu, kalau mau sarapan lain Abang juga bisa buat sendiri, dek.""Gak a

    Last Updated : 2023-03-05
  • Menantu Yang Selalu Salah   Gara-gara Paket

    Sebulan ini ibu banyak diam. Aku kira dirinya sudah berubah seperti dulu lagi pada Arumi. Namun, pagi ini rupanya kata-kata ibu makin dahsyat.Tak mau memperkeruh keadaan. Aku pun masuk ke ruang dalam. Ibu berlalu mengambil sapu dan mulai menyapu lantai dan ketika menyapu ruang dalam, sesaat beliau melewati kamar kami. Ketika di dekat pintu kamar kami, ibu terdiam. Ternyata memperhatikan sebuah kardus yang cukup besar di dekat lemari di dalam kamar.Kemudian ibu mendekatinya, memperhatikan dengan seksama isinya dan berteriak "Arumiii!! ini apaaa??" Ibu sepertinya sangat marah melihat isi kardus itu. Arumi sampai terperanjat mendengar teriakan ibu yang menggelegar dan segera berlari ke dalam.Seperti yang sudah kami duga, ibu musuh sekali sama paket. Pasti dikiranya Arumi belanja online lagi.Kardus itu adalah paket dari tante Erlita, aku dan istriku tadi malam hanya membuka isolasi dan tutup atas kardus paket untuk melihat isinya, memastikan isi paket aman dari barang atau mak

    Last Updated : 2023-03-05
  • Menantu Yang Selalu Salah   Apa Hubungannya Dengan Teman Lama

    "Kenapa punya mantu gini-gini amat ya, keluarganya pun sama. Bukannya ngajarin biar mandiri. Ini malah kirim-kirim barang. Mau pamer punya banyak duit kali, ya. Huhh, dasar! lama-lama bikin darah tinggi, gini mah!" Ibu masih nyapu sambil ngomel.Aku berharap Arumi di dapur yang lagi melanjutkan cucian piring tidak mendengar ocehan ibu karena tertutup oleh suara air keran. "Ibu ini kenapa sih, Bu? Gak udah-udah. Arumi gak ada benernya di mata Ibu. Kenapa, sih? Ibu jadi berubah drastis sama Arumi semenjak kami tinggal di sini. 'Kan kami tinggal di sini atas permintaan Ibu juga.""Lo, kok, kamu nuduh Ibu yang bukan-bukan Raga!" "Bukan nuduh, tapi kenyataannya emang begitu, Bu.""Kenapa sampai ngomongin masalah tempat tinggal? Ibu memang nyuruh kalian tinggal di sini mumpung kamu dipindahtugaskan di daerah kita. Kamu tega membiarkan ibu tinggal di sini sendiri." Ya, ibu tinggal sendiri beberapa bulan sebelum aku mutasi ke kota ini. Andini si bungsu kuliah di luar kota. Sedangkan Arya

    Last Updated : 2023-04-10
  • Menantu Yang Selalu Salah   Apa Hubungannya Dengan Diana?

    Part 7. Apa Hubungannya Dengan Diana? "Kenapa punya mantu gini-gini amat ya, keluarganya pun sama. Bukannya ngajarin biar mandiri. Ini malah kirim-kirim barang. Mau pamer punya banyak duit kali, ya. Huhh, dasar! lama-lama bikin darah tinggi, gini mah!" Ibu masih nyapu sambil ngomel.Aku berharap Arumi di dapur yang lagi melanjutkan cucian piring tidak mendengar ocehan ibu karena tertutup oleh suara air keran. "Ibu ini kenapa sih, Bu? Gak udah-udah. Arumi gak ada benernya di mata Ibu. Kenapa, sih? Ibu jadi berubah drastis sama Arumi semenjak kami tinggal di sini. 'Kan kami tinggal di sini atas permintaan Ibu juga.""Lo, kok, kamu nuduh Ibu yang bukan-bukan Raga!" "Bukan nuduh, tapi kenyataannya emang begitu, Bu.""Kenapa sampai ngomongin masalah tempat tinggal? Ibu memang nyuruh kalian tinggal di sini mumpung kamu dipindahtugaskan di daerah kita. Kamu tega membiarkan ibu tinggal di sini sendiri." Ya, ibu tinggal sendiri beberapa bulan sebelum aku mutasi ke kota ini. Andini si bung

    Last Updated : 2023-04-12
  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada Apa dengan Diana 2

    Aku bekerja sampai tidak konsentrasi, karena kepikiran yang dikatakan Andini. Benar-benar harus cari tahu nanti, tetapi bagusnya enggak usah kasitahu istriku dulu, karena akan menambah beban pikirannya. Oya, Dia tadi mau ngomong sesuatu. Mau ngomong apa, ya? Sepertinya yang ingin ia katakan menyangkut dengan situasi rumah atau perasaannya. Aku tahu dirinya pasti tak enak dengan keadaan sekarang, ibu yang semakin kentara tak suka, omongan semakin tajam, diitambah Arumi dalam keadaan hamil yang pasti lebih sensitif dan kehamilannya juga lagi tak baik-baik saja.Cepat ku ketik pesan, [Sayang, kamu tadi pagi mau ngomong apa?]Tak lama masuk balasan.[Nanti aja, Yang. Nunggu kamu udah di rumah.]***Ketika aku pulang kerja, baru sampai halaman. Terlihat Arumi sedang sibuk menyapu. Peluhnya sampai bercucuran. Kerjaannya hampir rampung."Sayang, ngapain kamu kerja ekstra sampai keringatan gitu. Kamu'kan harus istirahat. Ingat kandunganmu!" Cukup terkejut aku melihat halaman yang sudah sa

    Last Updated : 2023-04-12
  • Menantu Yang Selalu Salah   Mencari Tentang Dia

    Hari ini aku izin sama Arumi pulang telat. Soalnya aku tak bisa menunda lagi harus segera kuselidiki ada apa dengan Diana? hingga dia bisa nyangkut, masuk dalam pembicaraan ibu padaku. Sepertinya sudah sangat serius, jadi tak bisa aku sepelekan. Kalau ditunggu lama, nanti makin bahaya. Bisa jadi duri dalam pernikahanku. Bagus, sekarang Arumi tidak tahu kalau nama wanita lain ibu sebut padaku. Kalau lama-lama nanti bisa runyam. Ibu bisa saja lain kali keceplosan di depan Arumi menyebut nama itu. Padahal sama sekali aku tak tahu menahu alasan nama wanita itu hadir dalam ucapan ibu. Sebentar lagi jam kantor pulang. Segera kutelepon Arumi."Sayang, hari ini aku pulang telat, ya?" "Kenapa pulang telat?""Pak Bos memintaku bertemu klien ke kota sebelah, karena kliennya meminta meetingnya harus malam ini. Semoga tidak terlalu lama.""Oh, ya udah hati-hati, ya. Semoga cepat selesai dan tidak pulang larut malam," jawabnya di seberang sana.Maafkan suamimu ini Arumi harus berbohong padahal

    Last Updated : 2023-04-16
  • Menantu Yang Selalu Salah   Singa Berbulu Domba

    Sudah hampir lima bulan Arumi dan Raga tinggal di rumah kelahirannya ini. Orang tua Arumi menelepon katanya mereka ingin datang mengunjungi dan menginap. Rindu sama si bungsu dan sekalian silaturahmi sama besan. Mendengar orang tua Arumi hendak datang. Bu Ningsih sibuk membuat kue. Pukul empat sore Pak Hendra dan Bu Sinta--orangtua Arumi-- sampai. Bu Ningsih menyambut dengan ramah."Ayo, Bu. Silahkan masuk." Sumringah senyum Bu Ningsih mempersilahkan. "Anggap saja rumah sendiri ya, Bu. Kitakan besan jadi rumah saya, ya rumah ibu juga. Raga simpan tas mama dan papamu ke dalam kamar," perintah Bu Ningsih pada Raga untuk menyimpan tas mertuanya ke kamar. Kamar yang sudah Bu Ningsih sediakan dan dibereskan dari kemaren. Mereka makan bersama sambil bercengkrama melepas rindu. Arumi dan Raga tak terkejut dengan sikap bu Ningsih. Ibunya Raga memang begitu di hadapan orangtua Arumi. Dulu pun sikap bu Ningsih juga begitu pada Arumi. Sebelum tinggal satu atap. Ketika masih tinggal beda k

    Last Updated : 2023-04-16

Latest chapter

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kak Kia

    ***(POV Kia)Mau aja Arumi dan Arya aku bodohi, padahal mah bukan Ibu pingsan itu hanya ideku biar Raga dan Arumi segera pulang agar tak survei rumah.Enak aja dia mau pindah dari sini kalau mereka pindah'kan urusan rumah bisa repot aku'kan gak pernah beres-beres lagi semenjak menikah.Itu pun tadi telat idenya muncul, mungkin mereka dah keburu liat rumah tadi.uuh.Unthng Ibu mau aja aku bawa untuk merealisasikan ideku yang cemelang seperti cemerlangnya iklan sabun cucian piring.Kalau ini tak berhasil tenang aku udah ada siasat kedua yang di cadangkan buat diluncurkan biar tak jadi mereka pindah.Dikiranya aku maubbikin perut sendiri lapar. Sebelum lapar aja tahu Arumi gak masak untuk makan siang hari ini. Sudah buru-buru aku ke tempat Bik Sumi tetangga Ibu. Aku sudah hafal kegiatan tetangga satu itu kalau pagi dia selalu ke pasar, setiap hari. Karena sering kulu lihat waktu nyantai pagi hari di depan rumah sambil makan roti isi. Jadi otakku cepat mutar apa yang harus dilakukan.Ent

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ibu Melarang Pindah

    "Hah! Iya aku akan segera pulang."Ada apa lagi sih, baru juga di tinggal dua jam Ibu sama kak Kia udah begini."Apa, sayang?" tanya Arumi."Ibu pingsan, ayo kita pulang." Arumi melongo mungkin dia heran karena perasaan ketika kami pergi tadi Ibu baik-baik saja, segar-bugar, sehat walafiat bahkan bisa ngomel-ngomel. Kalau misal Arumi berpikiran begitu. Sama, aku juga. Walau panik mendengar telepon Kak Kia barusan, tapi sedikit heran juga, sih!Terburu kami melaju. Sampai di rumah melihat Ibu terbaring lemah di ruang tengah.Belum sempat kami duduk kami sudah di semprot Kak Kia, "kalian darimana sih lama banget.""Survei rumah kak, Ibukan juga udah tahu tadi. Emang Ibu kenapa?"Ini gegara istrimu yang tak tahu diri itu melawan Ibu. Tadi'kan ibu jadi kepikiran. Jangan-jangan tensi Ibu naik sampai pingsan begini." "Ibu sudah makan belum kak," tanyaku."Makan pakai apa memang ada istrimu masak bukan makan siang tadi.""Nasi goreng yang dia buat sarapan kan sudah habis. Mau makan pakai a

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ingin Pindah Rumah

    "Apaan sih, Bu. Belum apa-apa langsung nuduh Arumi lagi. Ini kesepakatan kami berdua. Lagian sebaiknya anak yang sudah berumah tangga sebaiknya'kan tinggal sendiri, Bu. Lagipula Ibu sangat berubah sikap pada Arumi semenjak satu rumah. Tak seperti waktu kami masih tinggal sendiri di kota Arumi dulu. Itu menandakan lebih bagus tak satu atap'kan Bu.""Iya, memang semenjak kamu menikah dengan perempuan ini kamu selalu bela orang lain daripada Ibu.""Ya Allah, Ibu! Arumi itu bukan orang lain dia itu istriku." "Iya ... 'kan memang orang luar yang masuk ke keluarga kita!""Astaghfirullahal'ajim, bisa Ibu menyebut dia orang luar yang masuk ke keluarga kita. Dengar ya Bu setelah ijab kabul gak ada lagi yang namanya orang luar. Aku harus bertanggung jawab penuh padanya karena semua itu akan aku pertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu juga dengan hati dan kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku." "Halah! Kamu malah nyeramahi Ibu.""Bukan masalah nyeramahi, Bu. Aku hany

  • Menantu Yang Selalu Salah   Jangan Ada Rahasia

    (POV Raga)Ternyata memang tidak ada yang boleh dirahasiakan dari istri, walau tujuan kita merahasian adalah untuk menjaga perasaannya. Rahasia yang ku tutupi tentang Diana. Berakibat seperti hari ini karena dia hanya tahu sepenggal, salah paham jadinya dan membawa bencana rumah tangga.Dirinya terlihat teramat sakit. Menurutku penyebab Arumi begitu, pertama karena salah paham dan dugaannya yang salah karena cuma tahu sepenggal, dua penggal. Kedua karena rahasia terbongkar bukan dari mulut suaminya sendiri. Jadi, dia bisa menyimpulkan kalau aku menyembunyikan sesuatu darinya dan tak jujur. Ketiga, hal yang paling penting adalah dia merasa dikhianati. Dikhianati aku dan adik iparnya --Arya. Karena seolah kami menutupi sesuatu mengenai perempuan lain di hadapannya.Padahal tak sedikit pun aku mengkhianatinya. Rupanya hari ini dia ke kantor dan kemungkinan besar dia mendengar pembicaraan aku dan Arya. Aku yang sedari sore panik mencarinya karena pergi tak berkabar yang kata Asti hanya b

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kecewa

    "Kamu kenapa Dek kenapa kau diam saja dari tadi memannya dari siang tadi kau kemana?" cerca Bang Raga melihatku datang sudah sangat sore, hampir Maghrib.Bang Raga masih memakai pakaian kantornya ketika dia berangkat tadi pagi. Kemeja biru dan dasinya sudah kelihatan tak beraturan dan dari raut wajahnya terlihat Bang Raga sangat cemas. Ah, apa benar cemas atau hanya akting belaka?Seperti yang tak terduga olehku selama ini. Tenyata Bang Raga menyimpan rahasia tentang wanita lain yang tak ku tahu. Bahkan Arya juga tahu. Apa yang dia sembunyikan dariku? Apa hanya itu? Atau banyak lagi rahasia yang lainnya?Bukankah suami istri itu satu tubuh. Yang berarti menyatu dan tidak ada yang harus dirahasiakan. Apabila yang satu ada rahasia yang lainnya juga harus tahu?Ada kecewa di hatiku pada Bang Raga. Aku berlalu begitu saja. Menyahutnya hanya dengan tatapan mata. "Aku kelimpungan dan sampai lelah mencarimu. Aku juga baru pulang ini. Karena kau keluar tak pulang-pulang tanpa kabar. Asti, ak

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada yang Disembunyikan

    Bang Rendi menelfon ibu. Aku mendengar karena ibu kalau menerima telfon pasti suaranya di loudspeaker.Sebelum Bang Rendi sempat berbicara Ibu sudah memberondong dengan pertanyaan."Kenapa kalian, kok, gak main ke sini? Terus kenapa Kia gak dijemput udah lama juga dia nginap di sini." Ibu seperti curiga ada apa-apa diantara mereka. Feeling seorang ibu seperti alaram.Ya, siapa yang tak curiga Kak Kia yang biasa menginap selalu nunggu Bang Rendi cuti. Ini datang sendiri bahkan tanpa Intan anaknya. Bawa pakaiannya banyak lagi."Aku sudah yakin dia belum cerita sama Ibu, makanya sekarang aku telfon Ibu. Kia pergi sendiri dari rumah Bu, kenapa saya yang harus jemput? Hari itu kami bertengkar. Aku menegurnya terlalu boros sangat suka foya-foya, mengahabiskan uang dengan yang tidak jelas. Hanya untuk pamer. Apa salah aku sebagai suami menegurnya. Dia langsung marah dan mengamuk ambil koper membereskan pakaian dan pergi. Aku gak akan menjemputnya, Bu kalau dia sendiri tak pulang."Ooh terny

  • Menantu Yang Selalu Salah   Adu Domba

    "Oya, Arya, Raga ... bilang pada istri kalian jadi adik ipar jangan kurang ajar. Jadi, mantu di rumah ini jangan sekongkol." Tiba-tiba Kak Kia berkoar ketika kami bertiga kakak beradik sedang duduk-duduk di ruang keluarga sedang makan camilan. Asti dan Arumi sedang ke pasar."Maksudnya, Kak?" tanya Arya."Masa mereka kemaren aku datang gak disuguhin apa-apa. Malah marah karena aku ganggu waktu tidur siangnya.""Masa sih, kak? Asti'kan gak tidur siang Kak, dia pergi sama aku habis itu pulang duluan. Mana ada dia tidur.""Iya kamu gak percaya sama kakakmu sendiri. Dia emang gak ada tidur, tapi ikut marah sama aku. Waktu aku menegur Arumi. Padahal aku negur Arumi baik-baik lo.""Oh iya, aku lupa ngasitahu Arumi kalau kakak mau datang." timpalku karena memang begitu adanya."Iya walaupun dia gak tahu aku mau datang, aku datang dibaik-baikin dong jangan malah marah-marah dan ngajak bertengkar hanya karena gangguin dia tidur siang."Raga memang melihat perubahan istrinya sekarang gak lagi

  • Menantu Yang Selalu Salah   Tak Mau Diam Lagi

    (POV Arumi)"Eh, wanita gak tahu diri! kamu di sini numpang ya! Num-pang! Jangan malah kamu yang sok kuasa di rumah ini ya!""Apaan sih kak. Datang-datang bukannya salam langsung marah-marah sama orang!""Eeh udah berani nyaut sekarang ya? Hebat!!""Aku gak nyaut nanti juga salah! tapi benar'kan kak? Aku gak tahu kapan kakak datang tetiba udah batantang-betenteng aja di depan kamarku." Aku hampir tak percaya kata-kata itu keluar dari mulutku. Mungkin perkataan Asti yang selalu ia tekankan padaku beberapa minggu ini sudah masuk alam bawah sadar. "Kalau ada orang yang marah-marah gak penting sama kita, menyalahkan kita padahal kita gak salah. Lawan!" Itu kata-kata Asti yang selalu terngiang-ngiang di telingaku sekarang. Hingga kata-katanya sudah mulai merasuk jiwa sekarang membuat aku berani menjawab amarah Kak Kia yang menurutku tanpa sebab. Sebenarnya diri ini bukan tidak berani. Berani! Cuma rasa tak enakan lebih menguasai diri. Aku yang sudah terbiasa selalu menjaga perasaan or

  • Menantu Yang Selalu Salah   Jangan Begitu

    (POV Arumi)Ibu demam, tidak tahu kenapa? badan ibu pagi-pagi panas. Aku membuat ibu sarapan bubur dan menyuapinya. "Ibu sarapan dulu, ya?" sambil mulai memyedok bubur dan menyuapkan pada ibu. Setelah aku aduk-aduk mendinginkannya dalam mangkuk.Ibu melengoskan wajahnya "Ibu gak mau!""Lo, kenapa Bu? Apa rasanya tak enak? 'kan ibu belum coba." ku berucap dengan kelembutan."Ah paling gak enak, ibu'kan tahu kamu buat sesuatu tak pernah enak." ku tak peduli dengan kata-kata ibu karena yang terpenting beliau sarapan supaya panas badannya tak makin menjadi. Lagipula aku sudah tahu kalau ibu bilang tak enak selalu akting, di belakangku lahap saja. Aku terus mencoba menyuap ibu lagi. Sampai beliau mau membuka mulutnya. Akhirnya usahaku berhasil ibu pun menganga. Akhirnya bubur lolos juga ke mulut ibu, buru masuk satu sendok bubur ke mulut beliau.Oek!Ibu memuntahkan bubur. "Apa ibu bilang! ini tak enak." Sambil tangan ibu melempar mangkuk ke lantai hingga bubur berserakan dan mangkuk peca

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status