Share

Ibu Mulai Lagi

Penulis: IrmaSuda_87
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-05 12:43:11

Tak terasa sudah satu bulan berlalu. Kandungan Arumi memasuki usia dua bulan lebih. Dalam satu bulan ini aku merasa tenang ibu tak lagi mempermasalahkan hal-hal yang menurutku tak perlu dipermasalahkan dengan Arumi.

Aku pun merasa sangat berdosa pada ibu, karena waktu itu sempat berpikir yang bukan-bukan tentang yang dilakukan beliau pada Arumi hingga membuat Arumi pingsan.

"Maafkan anakmu ini, ibuku tercinta," bisikku untuk diriku sendiri. Bahkan dalam satu bulan ini, ibu tak lagi seperti bulan kemarin pada Arumi. Namun, ternyata aku salah.

***

Setelah salat subuh aku pun mempersiapkan apa-apa yang akan di bawa ke kantor.

"Bang, aku tidur lagi boleh ya, badanku rasa pegal-pegal."

Iya tidur aja lagi. Kamu 'kan harus jaga fisik agar kandungan kamu baik-baik saja.

"Terus pagi ini, kamu sarapan pakai apa, bang?"

"Ah, itu gampang tak perlu kamu pikirkan. Abang bisa sarapan pakai bingka yang kamu buat tadi malam sama Ibu, kalau mau sarapan lain Abang juga bisa buat sendiri, dek."

"Gak apa-apa, Bang?"

"Lo, masalahnya di mana? kamu ini lupa suamimu ini udah jadi perantauan bertahun-tahun nuntut ilmu di daerah orang bahkan dulu pun 'kan kerja di daerah orang sebelum menikah. Itu mah biasa dek, kecil. Jangankan cuma bikin sarapan. Mengerjakan semua sendiri juga Abang biasa." Ku usap kepala istriku tersayang.

"Iya, deh, tapi--" kalimat Arumi terputus.

"Tapi kenapa? Udah tidur sana lagi. Nanti jangan lupa di minum vitaminnya." ujarku pada Arumi yang nampak masih ragu untuk tidur kembali dan istirahat.

Aku keluar kamar, membuat kopi dan mengambil kue dalam kulkas. Ku lihat ibu keluar dari kamarnya juga, kemudian duduk di sampingku.

Tidak apa-apalah hari ini sarapan sama kue. Biasanya juga Arumi buat nasi goreng atau makanan lain untukku sarapan. Hari ini biarlah dia istirahat kasian dia mungkin lelah tadi malam bantu ibu bikin kue bingka ini, salah satu kue kesukaan ibu. Ibu memang suka membuat kue, kadang bahkan beliau mendapat orderan dari acara pengajian dan lain-lain.

"Arumi mana, Ga?"

"Oh, Arumi tidur lagi Bu ... katanya badannya berasa tak nyaman."

"Enak kali dia ya, mentang-mentang hamil suami mau berangkat kerja bukannya dilayani malah enak-enakan tidur."

"Ibu, kenapa harus dipermasalahkan? 'kan Ibu tahu, kalau kandungan Arumi lemah dan harus di jaga, tidak boleh lelah dan banyak pikiran." Aku mengingatkan ibu kembali, keterangan dokter satu bulan lalu.

Kemudian aku sambung lagi. "Lagian dia capek banget kali, Bu. Tadi malam 'kan bantu Ibu buat bingka ini sampai larut malam, karena ibu buat banyak untuk dikirim ke Andini dan ngasi tetangga."

Iya, sebenarnya pada dasarnya ibu baik bahkan beliau kalau membuat sesuatu pasti sekalian buat ngasi tetangga atau buat keluarga kami. Cuma kalau masalah ucapan yang keluar dari mulut beliau sing ada lawan kata orang. Sebenarnya dulu ibu pun tak begitu. Aku lupa semenjak kapan ibu berubah seperti ini. Tapi, hanya pada orang dekat saja. Kalau sama orang lain ibu banyak diamnya.

Mendengar ucapanku, membuat ibu murka. Suara beliau meninggi.

"Raga ... Raga, ibu juga pernah hamil! bukan cuma satu kali, Raga! Kalau hanya bikin kue, masak, dan kerja rumah gak masalah sama sekali, itu mah kecil. Seujung kuku aja, enggak! Bahkan ibu dulu bukan hanya kerja rumah tapi bantu almarhum Bapakmu ke kebun, tapi lihat kalian lahirnya sehat-sehat semua bahkan sampai sekarang, sampai jadi suami dia."

Ya Allah, aku kira udah hampir sebulan ini ibu tak mempermasalahkan sama sekali karena ibu udah berubah sama Arumi.

Rupanya pagi ini hanya karena menantunya itu tak menyiapkan sarapan anaknya ini, ibu mulai lagi. Padahal sudah ku beritahu dan aku ingatkan perihal Arumi yang dikatakan dokter waktu itu.

Aku memilih diam agar tak memperpanjang masalah. Namun, bukannya selesai ibu masih lanjut dengan celotehnya. Lebih tepatnya berbicara pada dirinya sendiri.

"Heran, aku sama istri-istri jaman sekarang!! kayaknya mudah banget capek, lelah, sakit. Hah!! Kebanyakan makan micin kali. Para suami anteng aja lagi, gak diurus sama bininya. Pada takut semua kali sama bini, tapi istri begitu malah dibilang baiik, solehaaa sama orang. Dibelain sama lakinya. Ampun ... ampun."

Huhh! Aku hanya bisa membuang nafas kasar... Mengeluarkan beban mendengar semua ocehan ibu.

"Kalau kami dulu udah kerja rumah, masak, beberes, ngurus anak masih pontang-panting ke kebun bantu suami cari nafkah. Buat nyekolahin anak, biar berguna, berbakti sama orang tua. Udah besar udah jadi laki orang malah lebih bela orang lain yang baru hadir. Dari pada orang tua yang ngelahirin, ngurusin, sampai bisa jadi orang."

Ya, walaupun ayahku adalah seorang PNS, tetapi PNSnya golongan rendah jadi gaji tak besar. Lagipula Pegawai Negeri dahulu tak seperti PNS sekarang yang Alhamdulillah sudah banyak tunjangan ini-itu. Kalau dulu hanya gaji, dan gajinya pun sanagat kecil.

Jadi untuk membantu keuangan sekolah kami Ayah dan Ibu masih berkebun. Ayah dan ibu selalu nyekolahin kami di sekolah terbaik di daerah kami.

Mereka mau pendidikan kami terjamin. Karena hanya itu yang dapat mereka berikan untuk masa depan kami. Begitulah kata ayah dulu.

Hatiku tertohok, aku benar-benar bingung, serba salah. Ngomong salah ... tak ngomong salah.

Aku hanya berbicara di hati saja untuk menenangkan diri dan menyejukkan ruang hati.

Oh ibuku yang baik, yang ku hormati, aku sayangi. Tahukah dirimu kalau dirimu tak bergeser sedikit pun dari hati ini. Bakti ini hanya untukmu. Karena itu aku menuruti permintaan ibu, untuk tinggal di sini bersama ibu. Walau sangat jauh dari kantor.

Meski apapun itu tak dapat membalas setetes pun ASI-mu untukku.

Walaupun kulit ini di kuliti untuk dijadikan sendal jepitmu tak kan mampu membalas secuil pun sakitmu ketika melahirkanku, walaupun emas berbukit-bukit kuberikan padamu takkan bisa mengganti peluhmu mengurusku.

Anakmu ini hanya minta pengertian sedikit saja darimu untuk menyayangi anak orang yang kini ku jadikan istri dan menjadi anakmu juga, Bu.

Tentu semua kata-kata itu hanya tercekat di tenggorokan tak mampu ku keluarkan. Aku tak mau memperpanjang masalah. Mau bagaimanapun dia adalah ibuku. Yang melahirkan, mengasuh dan mendidikku hingga seperti ini persis seperti yang beliau katakan tadi. Ya sudah, bersabar sajalah dan berarap Arumi yang sedang tidur di kamar tak mendengar sama sekali celoteh ibu tadi.

Sekali lagi kukatakan. Ibuku sebenarnya orangnya sangat baik, dengan orang-orang, tetangga, suka membantu, suka berbagi, suka memberi. Cuman memang kalau ngomong ya begitu ceplas-ceplos.

Tiba - tiba Arumi muncul ke dapur,

"Bang, mau sarapan pakai apa hari ini, Bang? Biar adek buatin."

"Udah sayang, pakai kue ini juga udah kenyang. Katanya kamu ngantuk badan pegal-pegal kok malah bangun? Istirahat aja sana."

"Ilang ngantuknya, Bang ... pegalnya juga nanti ilang sendiri."

Arumi segera mengumpulkan piring kotor bekas semalam dan sepertinya mau mencuci piring.

"Lo dek, gak usah di kerjakan sekarang nanti aja nunggu kamu gak pegal-pegal lagi. Lagian masih terlalu pagi juga buat cuci piring."

Istriku tak perduli dia mulai mencuci piring.

Mungkin ucapan ibu di dengarnya tadi.

Ibu bukannya mencegah malah berujar, "Gitu dong! jangan jadikan hamil alasan buat bermanja ria."

"Ibuk!" ucapku pada ibu.

"Kenapa? ibu salah lagi!"

Medengar ucapan ibu utuknya, Arumi pun tak menoleh sama sekali.

Aku rasa dia hanya pura-pura tak mendengar seolah suara air yang keluar dari keran melenyapkan suara ibu. Namun, aku yakin dia mendengar.

Melihat itu tak tega, timbul keinginan mau bantu istriku nyuci piring dulu, tetapi urung kulakukan karena pasti kata-kata ibu buat Arumi akan lebih pedas.

Sebulan ini ibu banyak diam. Aku kira dirinya sudah berubah seperti dulu lagi pada Arumi. Namun, pagi ini rupanya kata-kata ibu makin dahsyat.

Tak mau memperkeruh keadaan. Aku pun masuk ke ruang dalam. Ibu berlalu mengambil sapu dan mulai menyapu lantai dan ketika menyapu ruang dalam, sesaat beliau melewati kamar kami. Ketika di dekat pintu kamar kami ibu terdiam. Ternyata memperhatikan sebuah kardus yang cukup besar di dekat lemari di dalam kamar.

Melihat itu, aku mengusap telinga dan menggaruk kepala yang tak gatal, Aduuh! Siap-siap ... siap-siap... telinga telinga sabar ya.

Kemudian ibu mendekatinya, memperhatikan dengan seksama isinya dan berteriak "Arumiii!! ini apaaa??" Ibu sepertinya sangat marah melihat isi kardus itu.

Arumi sampai terperanjat mendengar teriakan ibu yang menggelegar dan segera berlari ke dalam.

Ada apa lagi?

Bab terkait

  • Menantu Yang Selalu Salah   Gara-gara Paket

    Sebulan ini ibu banyak diam. Aku kira dirinya sudah berubah seperti dulu lagi pada Arumi. Namun, pagi ini rupanya kata-kata ibu makin dahsyat.Tak mau memperkeruh keadaan. Aku pun masuk ke ruang dalam. Ibu berlalu mengambil sapu dan mulai menyapu lantai dan ketika menyapu ruang dalam, sesaat beliau melewati kamar kami. Ketika di dekat pintu kamar kami, ibu terdiam. Ternyata memperhatikan sebuah kardus yang cukup besar di dekat lemari di dalam kamar.Kemudian ibu mendekatinya, memperhatikan dengan seksama isinya dan berteriak "Arumiii!! ini apaaa??" Ibu sepertinya sangat marah melihat isi kardus itu. Arumi sampai terperanjat mendengar teriakan ibu yang menggelegar dan segera berlari ke dalam.Seperti yang sudah kami duga, ibu musuh sekali sama paket. Pasti dikiranya Arumi belanja online lagi.Kardus itu adalah paket dari tante Erlita, aku dan istriku tadi malam hanya membuka isolasi dan tutup atas kardus paket untuk melihat isinya, memastikan isi paket aman dari barang atau mak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Menantu Yang Selalu Salah   Apa Hubungannya Dengan Teman Lama

    "Kenapa punya mantu gini-gini amat ya, keluarganya pun sama. Bukannya ngajarin biar mandiri. Ini malah kirim-kirim barang. Mau pamer punya banyak duit kali, ya. Huhh, dasar! lama-lama bikin darah tinggi, gini mah!" Ibu masih nyapu sambil ngomel.Aku berharap Arumi di dapur yang lagi melanjutkan cucian piring tidak mendengar ocehan ibu karena tertutup oleh suara air keran. "Ibu ini kenapa sih, Bu? Gak udah-udah. Arumi gak ada benernya di mata Ibu. Kenapa, sih? Ibu jadi berubah drastis sama Arumi semenjak kami tinggal di sini. 'Kan kami tinggal di sini atas permintaan Ibu juga.""Lo, kok, kamu nuduh Ibu yang bukan-bukan Raga!" "Bukan nuduh, tapi kenyataannya emang begitu, Bu.""Kenapa sampai ngomongin masalah tempat tinggal? Ibu memang nyuruh kalian tinggal di sini mumpung kamu dipindahtugaskan di daerah kita. Kamu tega membiarkan ibu tinggal di sini sendiri." Ya, ibu tinggal sendiri beberapa bulan sebelum aku mutasi ke kota ini. Andini si bungsu kuliah di luar kota. Sedangkan Arya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Menantu Yang Selalu Salah   Apa Hubungannya Dengan Diana?

    Part 7. Apa Hubungannya Dengan Diana? "Kenapa punya mantu gini-gini amat ya, keluarganya pun sama. Bukannya ngajarin biar mandiri. Ini malah kirim-kirim barang. Mau pamer punya banyak duit kali, ya. Huhh, dasar! lama-lama bikin darah tinggi, gini mah!" Ibu masih nyapu sambil ngomel.Aku berharap Arumi di dapur yang lagi melanjutkan cucian piring tidak mendengar ocehan ibu karena tertutup oleh suara air keran. "Ibu ini kenapa sih, Bu? Gak udah-udah. Arumi gak ada benernya di mata Ibu. Kenapa, sih? Ibu jadi berubah drastis sama Arumi semenjak kami tinggal di sini. 'Kan kami tinggal di sini atas permintaan Ibu juga.""Lo, kok, kamu nuduh Ibu yang bukan-bukan Raga!" "Bukan nuduh, tapi kenyataannya emang begitu, Bu.""Kenapa sampai ngomongin masalah tempat tinggal? Ibu memang nyuruh kalian tinggal di sini mumpung kamu dipindahtugaskan di daerah kita. Kamu tega membiarkan ibu tinggal di sini sendiri." Ya, ibu tinggal sendiri beberapa bulan sebelum aku mutasi ke kota ini. Andini si bung

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada Apa dengan Diana 2

    Aku bekerja sampai tidak konsentrasi, karena kepikiran yang dikatakan Andini. Benar-benar harus cari tahu nanti, tetapi bagusnya enggak usah kasitahu istriku dulu, karena akan menambah beban pikirannya. Oya, Dia tadi mau ngomong sesuatu. Mau ngomong apa, ya? Sepertinya yang ingin ia katakan menyangkut dengan situasi rumah atau perasaannya. Aku tahu dirinya pasti tak enak dengan keadaan sekarang, ibu yang semakin kentara tak suka, omongan semakin tajam, diitambah Arumi dalam keadaan hamil yang pasti lebih sensitif dan kehamilannya juga lagi tak baik-baik saja.Cepat ku ketik pesan, [Sayang, kamu tadi pagi mau ngomong apa?]Tak lama masuk balasan.[Nanti aja, Yang. Nunggu kamu udah di rumah.]***Ketika aku pulang kerja, baru sampai halaman. Terlihat Arumi sedang sibuk menyapu. Peluhnya sampai bercucuran. Kerjaannya hampir rampung."Sayang, ngapain kamu kerja ekstra sampai keringatan gitu. Kamu'kan harus istirahat. Ingat kandunganmu!" Cukup terkejut aku melihat halaman yang sudah sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Menantu Yang Selalu Salah   Mencari Tentang Dia

    Hari ini aku izin sama Arumi pulang telat. Soalnya aku tak bisa menunda lagi harus segera kuselidiki ada apa dengan Diana? hingga dia bisa nyangkut, masuk dalam pembicaraan ibu padaku. Sepertinya sudah sangat serius, jadi tak bisa aku sepelekan. Kalau ditunggu lama, nanti makin bahaya. Bisa jadi duri dalam pernikahanku. Bagus, sekarang Arumi tidak tahu kalau nama wanita lain ibu sebut padaku. Kalau lama-lama nanti bisa runyam. Ibu bisa saja lain kali keceplosan di depan Arumi menyebut nama itu. Padahal sama sekali aku tak tahu menahu alasan nama wanita itu hadir dalam ucapan ibu. Sebentar lagi jam kantor pulang. Segera kutelepon Arumi."Sayang, hari ini aku pulang telat, ya?" "Kenapa pulang telat?""Pak Bos memintaku bertemu klien ke kota sebelah, karena kliennya meminta meetingnya harus malam ini. Semoga tidak terlalu lama.""Oh, ya udah hati-hati, ya. Semoga cepat selesai dan tidak pulang larut malam," jawabnya di seberang sana.Maafkan suamimu ini Arumi harus berbohong padahal

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Menantu Yang Selalu Salah   Singa Berbulu Domba

    Sudah hampir lima bulan Arumi dan Raga tinggal di rumah kelahirannya ini. Orang tua Arumi menelepon katanya mereka ingin datang mengunjungi dan menginap. Rindu sama si bungsu dan sekalian silaturahmi sama besan. Mendengar orang tua Arumi hendak datang. Bu Ningsih sibuk membuat kue. Pukul empat sore Pak Hendra dan Bu Sinta--orangtua Arumi-- sampai. Bu Ningsih menyambut dengan ramah."Ayo, Bu. Silahkan masuk." Sumringah senyum Bu Ningsih mempersilahkan. "Anggap saja rumah sendiri ya, Bu. Kitakan besan jadi rumah saya, ya rumah ibu juga. Raga simpan tas mama dan papamu ke dalam kamar," perintah Bu Ningsih pada Raga untuk menyimpan tas mertuanya ke kamar. Kamar yang sudah Bu Ningsih sediakan dan dibereskan dari kemaren. Mereka makan bersama sambil bercengkrama melepas rindu. Arumi dan Raga tak terkejut dengan sikap bu Ningsih. Ibunya Raga memang begitu di hadapan orangtua Arumi. Dulu pun sikap bu Ningsih juga begitu pada Arumi. Sebelum tinggal satu atap. Ketika masih tinggal beda k

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Menantu Yang Selalu Salah   Ingin Ikut Mama Pulang

    Mamanya memijit-mijit betis anaknya sambil menguatkan. Nasehat untuk sabar pun meluncur. Ia tahu anaknya secara fisik sudah membaik namun hatinya masih lemah karena kehilangan. "Itulah Buk, Pak sudah berapa kali saya larang Arumi untuk bantu bersih-bersih dan dia juga sudah lama tak megang gagang sapu. Semejak hamil memang saya larang kerja walaupun hanya kerjaan ringan seperti menyapu, tetapi entah kenapa tanpa sepengetahuan saya siang itu dia malah bersih-bersih WC." terang bu Ningsih."Ooh, gitu bu. Sudahlah mungkin sudah takdir ini terjadi." Bu Ningsih mengambil bubur dan menyuapi Arumi. Arumi menolak disuapi. "Arumi kamu harus makan, biar keadaanmu cepat pulih." Bu Ningsih memaksa Arumi makan, menyuapnya penuh perhatian palsu."Iya, Sayang. Kamu harus mendengarkan omongan ibu mertuamu. Kamu harus kuat semoga Allah mengganti segera dan kamu segera hamil lagi, Sayang."Bu Ningsih juga menyodorkan Arumi teh hangat. Walaupun hati Arumi mulai dongkol dengan kepura-puraan Bu Ningsih

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • Menantu Yang Selalu Salah   Tiga Bulan Setelah Keguguran

    Hampir tiga bulan berlalu dari masa aku keguguran, kini aku sudah mulai melupakan dari kesedihanku. Namum, Entah kenapa ibu sekarang gak ada baik-baiknya sama aku. Padahal aku sudah sangat kuat menuruti yang ibu mau jadi wanita yang serba bisa di rumah.Untuk menyenangkan ibu dan memperbaiki diri urusan dapur. Aku sampai belajar masak dari Youtube, nyoba resep di web, tergabung di group memasak di facebook dan banyak hal. Hasil dari perjuanganku belajar masak tidak sia-sia. Kini aku puas dengan hasil masakanku dan masih terus belajar lagi. Memang semua ada hikmahnya dari hati mau menjadi mantu kesayangan ibu dengan lihai memasak. Kini berubah menjadi hobi baru dan yang paling menyenangkan Bang Raga sangat suka dengan masakanku bahkan ke kantor sampai minta bekal dari rumah, makan malam selalu di rumah. Hmm ... bahagia. Aku berasa menemukan bakat baru."Ternyata kamu ada bakat masak-memasak ya, dek. Makanan yang kamu masak semuanya enak.""Ah, lagi belajar bang liat resep resep yang or

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20

Bab terbaru

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kak Kia

    ***(POV Kia)Mau aja Arumi dan Arya aku bodohi, padahal mah bukan Ibu pingsan itu hanya ideku biar Raga dan Arumi segera pulang agar tak survei rumah.Enak aja dia mau pindah dari sini kalau mereka pindah'kan urusan rumah bisa repot aku'kan gak pernah beres-beres lagi semenjak menikah.Itu pun tadi telat idenya muncul, mungkin mereka dah keburu liat rumah tadi.uuh.Unthng Ibu mau aja aku bawa untuk merealisasikan ideku yang cemelang seperti cemerlangnya iklan sabun cucian piring.Kalau ini tak berhasil tenang aku udah ada siasat kedua yang di cadangkan buat diluncurkan biar tak jadi mereka pindah.Dikiranya aku maubbikin perut sendiri lapar. Sebelum lapar aja tahu Arumi gak masak untuk makan siang hari ini. Sudah buru-buru aku ke tempat Bik Sumi tetangga Ibu. Aku sudah hafal kegiatan tetangga satu itu kalau pagi dia selalu ke pasar, setiap hari. Karena sering kulu lihat waktu nyantai pagi hari di depan rumah sambil makan roti isi. Jadi otakku cepat mutar apa yang harus dilakukan.Ent

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ibu Melarang Pindah

    "Hah! Iya aku akan segera pulang."Ada apa lagi sih, baru juga di tinggal dua jam Ibu sama kak Kia udah begini."Apa, sayang?" tanya Arumi."Ibu pingsan, ayo kita pulang." Arumi melongo mungkin dia heran karena perasaan ketika kami pergi tadi Ibu baik-baik saja, segar-bugar, sehat walafiat bahkan bisa ngomel-ngomel. Kalau misal Arumi berpikiran begitu. Sama, aku juga. Walau panik mendengar telepon Kak Kia barusan, tapi sedikit heran juga, sih!Terburu kami melaju. Sampai di rumah melihat Ibu terbaring lemah di ruang tengah.Belum sempat kami duduk kami sudah di semprot Kak Kia, "kalian darimana sih lama banget.""Survei rumah kak, Ibukan juga udah tahu tadi. Emang Ibu kenapa?"Ini gegara istrimu yang tak tahu diri itu melawan Ibu. Tadi'kan ibu jadi kepikiran. Jangan-jangan tensi Ibu naik sampai pingsan begini." "Ibu sudah makan belum kak," tanyaku."Makan pakai apa memang ada istrimu masak bukan makan siang tadi.""Nasi goreng yang dia buat sarapan kan sudah habis. Mau makan pakai a

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ingin Pindah Rumah

    "Apaan sih, Bu. Belum apa-apa langsung nuduh Arumi lagi. Ini kesepakatan kami berdua. Lagian sebaiknya anak yang sudah berumah tangga sebaiknya'kan tinggal sendiri, Bu. Lagipula Ibu sangat berubah sikap pada Arumi semenjak satu rumah. Tak seperti waktu kami masih tinggal sendiri di kota Arumi dulu. Itu menandakan lebih bagus tak satu atap'kan Bu.""Iya, memang semenjak kamu menikah dengan perempuan ini kamu selalu bela orang lain daripada Ibu.""Ya Allah, Ibu! Arumi itu bukan orang lain dia itu istriku." "Iya ... 'kan memang orang luar yang masuk ke keluarga kita!""Astaghfirullahal'ajim, bisa Ibu menyebut dia orang luar yang masuk ke keluarga kita. Dengar ya Bu setelah ijab kabul gak ada lagi yang namanya orang luar. Aku harus bertanggung jawab penuh padanya karena semua itu akan aku pertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu juga dengan hati dan kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku." "Halah! Kamu malah nyeramahi Ibu.""Bukan masalah nyeramahi, Bu. Aku hany

  • Menantu Yang Selalu Salah   Jangan Ada Rahasia

    (POV Raga)Ternyata memang tidak ada yang boleh dirahasiakan dari istri, walau tujuan kita merahasian adalah untuk menjaga perasaannya. Rahasia yang ku tutupi tentang Diana. Berakibat seperti hari ini karena dia hanya tahu sepenggal, salah paham jadinya dan membawa bencana rumah tangga.Dirinya terlihat teramat sakit. Menurutku penyebab Arumi begitu, pertama karena salah paham dan dugaannya yang salah karena cuma tahu sepenggal, dua penggal. Kedua karena rahasia terbongkar bukan dari mulut suaminya sendiri. Jadi, dia bisa menyimpulkan kalau aku menyembunyikan sesuatu darinya dan tak jujur. Ketiga, hal yang paling penting adalah dia merasa dikhianati. Dikhianati aku dan adik iparnya --Arya. Karena seolah kami menutupi sesuatu mengenai perempuan lain di hadapannya.Padahal tak sedikit pun aku mengkhianatinya. Rupanya hari ini dia ke kantor dan kemungkinan besar dia mendengar pembicaraan aku dan Arya. Aku yang sedari sore panik mencarinya karena pergi tak berkabar yang kata Asti hanya b

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kecewa

    "Kamu kenapa Dek kenapa kau diam saja dari tadi memannya dari siang tadi kau kemana?" cerca Bang Raga melihatku datang sudah sangat sore, hampir Maghrib.Bang Raga masih memakai pakaian kantornya ketika dia berangkat tadi pagi. Kemeja biru dan dasinya sudah kelihatan tak beraturan dan dari raut wajahnya terlihat Bang Raga sangat cemas. Ah, apa benar cemas atau hanya akting belaka?Seperti yang tak terduga olehku selama ini. Tenyata Bang Raga menyimpan rahasia tentang wanita lain yang tak ku tahu. Bahkan Arya juga tahu. Apa yang dia sembunyikan dariku? Apa hanya itu? Atau banyak lagi rahasia yang lainnya?Bukankah suami istri itu satu tubuh. Yang berarti menyatu dan tidak ada yang harus dirahasiakan. Apabila yang satu ada rahasia yang lainnya juga harus tahu?Ada kecewa di hatiku pada Bang Raga. Aku berlalu begitu saja. Menyahutnya hanya dengan tatapan mata. "Aku kelimpungan dan sampai lelah mencarimu. Aku juga baru pulang ini. Karena kau keluar tak pulang-pulang tanpa kabar. Asti, ak

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada yang Disembunyikan

    Bang Rendi menelfon ibu. Aku mendengar karena ibu kalau menerima telfon pasti suaranya di loudspeaker.Sebelum Bang Rendi sempat berbicara Ibu sudah memberondong dengan pertanyaan."Kenapa kalian, kok, gak main ke sini? Terus kenapa Kia gak dijemput udah lama juga dia nginap di sini." Ibu seperti curiga ada apa-apa diantara mereka. Feeling seorang ibu seperti alaram.Ya, siapa yang tak curiga Kak Kia yang biasa menginap selalu nunggu Bang Rendi cuti. Ini datang sendiri bahkan tanpa Intan anaknya. Bawa pakaiannya banyak lagi."Aku sudah yakin dia belum cerita sama Ibu, makanya sekarang aku telfon Ibu. Kia pergi sendiri dari rumah Bu, kenapa saya yang harus jemput? Hari itu kami bertengkar. Aku menegurnya terlalu boros sangat suka foya-foya, mengahabiskan uang dengan yang tidak jelas. Hanya untuk pamer. Apa salah aku sebagai suami menegurnya. Dia langsung marah dan mengamuk ambil koper membereskan pakaian dan pergi. Aku gak akan menjemputnya, Bu kalau dia sendiri tak pulang."Ooh terny

  • Menantu Yang Selalu Salah   Adu Domba

    "Oya, Arya, Raga ... bilang pada istri kalian jadi adik ipar jangan kurang ajar. Jadi, mantu di rumah ini jangan sekongkol." Tiba-tiba Kak Kia berkoar ketika kami bertiga kakak beradik sedang duduk-duduk di ruang keluarga sedang makan camilan. Asti dan Arumi sedang ke pasar."Maksudnya, Kak?" tanya Arya."Masa mereka kemaren aku datang gak disuguhin apa-apa. Malah marah karena aku ganggu waktu tidur siangnya.""Masa sih, kak? Asti'kan gak tidur siang Kak, dia pergi sama aku habis itu pulang duluan. Mana ada dia tidur.""Iya kamu gak percaya sama kakakmu sendiri. Dia emang gak ada tidur, tapi ikut marah sama aku. Waktu aku menegur Arumi. Padahal aku negur Arumi baik-baik lo.""Oh iya, aku lupa ngasitahu Arumi kalau kakak mau datang." timpalku karena memang begitu adanya."Iya walaupun dia gak tahu aku mau datang, aku datang dibaik-baikin dong jangan malah marah-marah dan ngajak bertengkar hanya karena gangguin dia tidur siang."Raga memang melihat perubahan istrinya sekarang gak lagi

  • Menantu Yang Selalu Salah   Tak Mau Diam Lagi

    (POV Arumi)"Eh, wanita gak tahu diri! kamu di sini numpang ya! Num-pang! Jangan malah kamu yang sok kuasa di rumah ini ya!""Apaan sih kak. Datang-datang bukannya salam langsung marah-marah sama orang!""Eeh udah berani nyaut sekarang ya? Hebat!!""Aku gak nyaut nanti juga salah! tapi benar'kan kak? Aku gak tahu kapan kakak datang tetiba udah batantang-betenteng aja di depan kamarku." Aku hampir tak percaya kata-kata itu keluar dari mulutku. Mungkin perkataan Asti yang selalu ia tekankan padaku beberapa minggu ini sudah masuk alam bawah sadar. "Kalau ada orang yang marah-marah gak penting sama kita, menyalahkan kita padahal kita gak salah. Lawan!" Itu kata-kata Asti yang selalu terngiang-ngiang di telingaku sekarang. Hingga kata-katanya sudah mulai merasuk jiwa sekarang membuat aku berani menjawab amarah Kak Kia yang menurutku tanpa sebab. Sebenarnya diri ini bukan tidak berani. Berani! Cuma rasa tak enakan lebih menguasai diri. Aku yang sudah terbiasa selalu menjaga perasaan or

  • Menantu Yang Selalu Salah   Jangan Begitu

    (POV Arumi)Ibu demam, tidak tahu kenapa? badan ibu pagi-pagi panas. Aku membuat ibu sarapan bubur dan menyuapinya. "Ibu sarapan dulu, ya?" sambil mulai memyedok bubur dan menyuapkan pada ibu. Setelah aku aduk-aduk mendinginkannya dalam mangkuk.Ibu melengoskan wajahnya "Ibu gak mau!""Lo, kenapa Bu? Apa rasanya tak enak? 'kan ibu belum coba." ku berucap dengan kelembutan."Ah paling gak enak, ibu'kan tahu kamu buat sesuatu tak pernah enak." ku tak peduli dengan kata-kata ibu karena yang terpenting beliau sarapan supaya panas badannya tak makin menjadi. Lagipula aku sudah tahu kalau ibu bilang tak enak selalu akting, di belakangku lahap saja. Aku terus mencoba menyuap ibu lagi. Sampai beliau mau membuka mulutnya. Akhirnya usahaku berhasil ibu pun menganga. Akhirnya bubur lolos juga ke mulut ibu, buru masuk satu sendok bubur ke mulut beliau.Oek!Ibu memuntahkan bubur. "Apa ibu bilang! ini tak enak." Sambil tangan ibu melempar mangkuk ke lantai hingga bubur berserakan dan mangkuk peca

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status