Share

Gara-gara Paket

Penulis: IrmaSuda_87
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-05 12:44:33

Sebulan ini ibu banyak diam. Aku kira dirinya sudah berubah seperti dulu lagi pada Arumi. Namun, pagi ini rupanya kata-kata ibu makin dahsyat.

Tak mau memperkeruh keadaan. Aku pun masuk ke ruang dalam. Ibu berlalu mengambil sapu dan mulai menyapu lantai dan ketika menyapu ruang dalam, sesaat beliau melewati kamar kami. Ketika di dekat pintu kamar kami, ibu terdiam. Ternyata memperhatikan sebuah kardus yang cukup besar di dekat lemari di dalam kamar.

Kemudian ibu mendekatinya, memperhatikan dengan seksama isinya dan berteriak "Arumiii!! ini apaaa??" Ibu sepertinya sangat marah melihat isi kardus itu.

Arumi sampai terperanjat mendengar teriakan ibu yang menggelegar dan segera berlari ke dalam.

Seperti yang sudah kami duga, ibu musuh sekali sama paket. Pasti dikiranya Arumi belanja online lagi.

Kardus itu adalah paket dari tante Erlita, aku dan istriku tadi malam hanya membuka isolasi dan tutup atas kardus paket untuk melihat isinya, memastikan isi paket aman dari barang atau makanan yang harus dibongkar segera, melihat gak ada yang mengharuskan bongkar cepat dan sudah ngantuk banget. Jadi, ya udah tidur aja dulu.

Paket sengaja dikirim ke alamat kantor. Aku mengatakan pada Tante Erlita supaya ekspedisi mudah mencarinya. Ya, alasan yang di buat-buat padahal sebenarnya supaya ibu tak tahu kalau ada paket untuk Arumi. Karena malas kalau ibu tahu bisa berbuntut panjang. Bisa begini, begitu. Ribetlah pokoknya. Sepertinya kami kecolongan juga.

Padahal sore kemarin waktu pulang kantor, ibu sedang di halaman belakang. Diam-diam aku manaruh ke kamar. Cuma tadi malam karena Arumi sibuk bantu ibu. Setelah dia selesai, kekuatan mata sisa lima Watt jadi tak dibongkar dan ditaruh ke tempat lain. Aku pun lupa untuk menaruh jauh dari jangkauan. Soalnya ku pikir ibu sangat jarang masuk ke kamar kami. Aku menganggap di kamar pun sudah aman.

Arumi yang belum selesai mencuci piring langsung ke dalam mendengar teriakan ibu. Istriku langsung membuka kardus itu dan membongkar isinya. Begitu pun aku langsung membantu istriku. Kami buka satu persatu. Isinya cukup banyak. Ada baju hamil 5 helai, novel 2 buah, bedak, lipstik, 2 helai baju untuk ibu, baju laki-laki yang pastinya untukku, beberapa kerudung dan ku lihat baju-bajunya tidak ada yang harga murah, juga ada kue kering dan makanan ringan lainnya.

"Kamu belanja lagi Arumi, boros sekali kamu!" Itulah komentar ibu pertama kali, ketika semua sudah di bongkar. Tadi ibu hanya diam. Kelihatan wajah ibu memerah menahan amarah.

Belum sempat kami menjawab, ucapan beliau berlanjut, "Walaupun belanja pakai uang sendiri tetap boros namanya. Lama-lama kalau begini 'kan uang tabunganmu juga habis. Bagus di simpan buat keperluan tak terduga. Apalagi kamu hamil, kalau Raga kebetulan kepepet pas lahiran 'kan uang itu bisa buat cadangan. Jangan dikit-dikit minta bantuan orang tua, apalagi minta bantuan orang tuamu. Nanti bisa-bisa dibilang Raga tak bertanggung jawab." panjang lebar uraian ibu.

"Bukan, Bu. Ini kiriman dari Tante Erlita. Beliau sangat senang mendengar Arumi hamil," Aku segera menjawab ibu sebelum Arumi.

"Masa! ini kelihatan belanjaan pribadi gak hanya baju. Ada segala bedak, lipstik, novel."

"Iya, Bu Tante Erlita tahu semua barang kesukaan Arumi," jelas Arumi lagi.

Tante Erlita adalah adik bungsu mamanya Arumi. Mama mertua, anak pertama, tante Elita, anak terakhir. Usia Arumi dan tante bungsu hanya terpaut usia lima tahun dan sangat dekat seperti teman.

"Halah!! ibu gak percaya, ini pasti belanjaan kamu, Arumi! Ada segala kue kering dan cemilan kesukaan kamu," cerca ibu sambil melihat-lihat kue kering yang masih terbungkus rapi dalam plastik yang jelas cemilan mahal.

"Ini kiriman Tante Erlita, Bu. Masa Ibu gak percaya sama Arumi. Ibukan tahu Arumi gak pernah bohong, apalagi sama Ibu," jawab Arumi matanya mulai memerah dan ada linangan air mata karena tuduhan ibu. Melihat itu semua aku tak tahan.

Hingga aku menimpali, "Kenapa ibu gak percaya? Ini memang paket dari Tante Erlita, Bu. Dan andaipun dia belanja dengan uangnya sendiri 'kan gak masalah juga Bu! Masalah lahiran kan aku suaminya harus siap siaga. Menyangkut urusan uang lahiran, kan Arumi gak mendadak melahirkan. Ada jangka waktu kan semua sudah di atur untuk uang lahirannya. Bahkan sudah ku persiapkan sebelum Arumi hamil," jelasku, sejelas-jelasnya.

Ibu mendengkus kesal. Sepertinya menyangkut menantunya itu semuanya salah. SAALAAH!

"Iya, Bu. Ini dari Tante Erlita bukan Arumi yang beli. Mungkin saking senangnya. Ini juga sekalian kirim buat ibu dan Bang Raga," jelas istriku.

"Kamu ini memang manja ya, pasti kamu minta ini-itu 'kan sama Tantemu. Gak baik begitu Arumi."

"Enggak, Bu. Sama sekali Arumi gak ngomong apa-apa, gak ada minta ini-itu sedikit pun."

"Terus! Kenapa? Tantemu sampai ngirim barang sebanyak ini!"

"Kemaren Tente telfon, beliau menanyakan kehamilan Arumi. Setalah mendengar cerita Mama kalau Arumi hamil. Tante sangat senang makanya beliau nanya alamat mau ngirim hadiah. Karena Tante bahagia sekali, sudah setahun lebih menunggu akhirnya Arumi hamil juga, Bu."

"Hah, pasti kamu cerita hidup kamu di sini susah ya, gak baik cerita begini- begitu tentang hidup kita ke keluarga kalau sudah menikah Arumi. Kita itu harus ngikutin pendapatan suami. Menjaga nama baik suami dihadapan keluarga." Ibu terus mencerca Arumi dengan pertanyaan, tuduhan, sekaligus nasehat. Ya, begitulah kalau ibu udah ngomong sama menantunya itu.

"Enggak Bu, sumpah! Arumi gak ada cerita apa-apa." Kasian istriku. Aku mau menjawab ibu dan menjelaskan nanti di bilang aku ngebela istri. Malah akan lebih panjang kali lebar yang ibu permasalahkan.

Jadi aku memilih diam mendengarkan, duduk di dekat istriku dan memegang tangannya sebagai penguatnya menghadapi ibu. Walaupun aku kini hanya terdiam setelah penjelasan ku tadi, istriku tahu aku ada untuknya hanya diam kembali karena tak ingin membuat keruh keadaan.

Ibu melihat barang-barang yang tak murah itu satu persatu.

"Pasti semua ini harganya jutaan, ya? Baju apa emas."

"Ibuu, ini murah buat mere---" ucapanku terhenti karena Arumi mencolekku dan melirikku memberi kode agar aku diam dan tak terpancing ucapan ibu. Istriku yang baik yang sangat sabar. Aku semakin menyayanginya. Aku tak tega melihat dia digitukan sama ibu.

Ibu malah melanjutkan "Kenapa Raga. Salah ibu? Ibu'kan ada benarnya." Kami berdua hanya diam mendengarkan Arumi menggenggam tanganku dia melarang aku bicara.

"Ada novel juga, buat apalah baca yang beginian bikin baperan. Baca itu buku motivasi. Baca buku begitu nanti mewek, nangis. terus apa ini? Bedak, lipstik. Mahal lagi! Bedak, lipstik aja sampai segitu harganya kan mending beli beras. Bisa berbulan-bulan makannya atau beras bagi fakir miskin jadikan hidup gak biasa mubazir. Walau kaya kita gak tahu hidup kedepannya gimana. Betul gak Arumi?"

"Betul, Bu. Ibu benar banget." Sahut Arumi cepat. Mungkin dia ingin ibu cepat mereda omelannya. Padahal keluarga Arumi juga sering banget sedekah sama fakir miskin, malah ada sedekah rutin tiap bulan untuk yatim piatu, tetapi 'kan gak perlu diomongin juga mereka sedekah sama ibu.

"Oya, kok, ibu gak tahu paket datang, gak dengar ada kurir ngantar. Diam-diam ya kamu waktu kurir ngantarnya. Mau sembunyi dari Ibu, ya?"

"Enggak Bu, bukan sembunyi emang gak ada kurir datang ngantar. Ini Bang Raga yang bawa karena di kirim ke kantor."

"Kenapa pakai alamat kantor, 'kan sampai juga kalau pakai alamat rumah ini."

"Bang Raga yang minta kirim ke alamat kantor." Arumi seperti menahan tangis di interogasi ibu begitu hanya gara-gara paket.

"Ya Bu, aku yang nyuruh kirim ke alamat kantor." jawabku.

"Kenapa!?"

"Karena tahu begini Bu! hanya karena paket aja ibu bisa begini!" Suaraku agak tinggi. Aku terpancing.

"Suara kamu, ya Raga." Mata ibu membulat menatapku.

"Maafin Raga, Bu. Raga gak bermaksud begitu." Ku raih tangan ibu dan memcium punggung tangannya.

Ibu pun marah hendak keluar dari kamar.

"Ibu ... " panggil Arumi. Beliau menoleh, istriku memberikan baju dan kerudung yang memang tante Erlita beli untuk ibu.

Ibu menyambutnya dibarengi ucapan, "Bilang Tantemu, lain kali gak usah repot-repot. Kayak Ibu gak bisa beli sendiri atau kayak Raga gak bisa beli aja buat Ibu!"

"Ibu bersyukur dong, Bu. Itu tandanya Tante Erlita peduli dan menganggap ibu keluarga mereka. Seharusnya Ibu berterimakasih," tukasku.

"Raga!!" Suara ibu meninggi "Iya, Arumi bilang Tantemu makasih!!" Ibu melotot padaku murka dan berlalu.

Ibu lanjut menyapu. Sambil ngedumel "Kerjaan rumah pun kalau gak ibu ikut nyapu, beberes. Lamaa ke bersihnya. Lama selesai kerjaan. Haduh."

Mendengar itu Arumi segera ke dapur lagi melanjutkan cucian piring yang di tinggal karena mendengar teriakan ibu tadi.

Bab terkait

  • Menantu Yang Selalu Salah   Apa Hubungannya Dengan Teman Lama

    "Kenapa punya mantu gini-gini amat ya, keluarganya pun sama. Bukannya ngajarin biar mandiri. Ini malah kirim-kirim barang. Mau pamer punya banyak duit kali, ya. Huhh, dasar! lama-lama bikin darah tinggi, gini mah!" Ibu masih nyapu sambil ngomel.Aku berharap Arumi di dapur yang lagi melanjutkan cucian piring tidak mendengar ocehan ibu karena tertutup oleh suara air keran. "Ibu ini kenapa sih, Bu? Gak udah-udah. Arumi gak ada benernya di mata Ibu. Kenapa, sih? Ibu jadi berubah drastis sama Arumi semenjak kami tinggal di sini. 'Kan kami tinggal di sini atas permintaan Ibu juga.""Lo, kok, kamu nuduh Ibu yang bukan-bukan Raga!" "Bukan nuduh, tapi kenyataannya emang begitu, Bu.""Kenapa sampai ngomongin masalah tempat tinggal? Ibu memang nyuruh kalian tinggal di sini mumpung kamu dipindahtugaskan di daerah kita. Kamu tega membiarkan ibu tinggal di sini sendiri." Ya, ibu tinggal sendiri beberapa bulan sebelum aku mutasi ke kota ini. Andini si bungsu kuliah di luar kota. Sedangkan Arya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Menantu Yang Selalu Salah   Apa Hubungannya Dengan Diana?

    Part 7. Apa Hubungannya Dengan Diana? "Kenapa punya mantu gini-gini amat ya, keluarganya pun sama. Bukannya ngajarin biar mandiri. Ini malah kirim-kirim barang. Mau pamer punya banyak duit kali, ya. Huhh, dasar! lama-lama bikin darah tinggi, gini mah!" Ibu masih nyapu sambil ngomel.Aku berharap Arumi di dapur yang lagi melanjutkan cucian piring tidak mendengar ocehan ibu karena tertutup oleh suara air keran. "Ibu ini kenapa sih, Bu? Gak udah-udah. Arumi gak ada benernya di mata Ibu. Kenapa, sih? Ibu jadi berubah drastis sama Arumi semenjak kami tinggal di sini. 'Kan kami tinggal di sini atas permintaan Ibu juga.""Lo, kok, kamu nuduh Ibu yang bukan-bukan Raga!" "Bukan nuduh, tapi kenyataannya emang begitu, Bu.""Kenapa sampai ngomongin masalah tempat tinggal? Ibu memang nyuruh kalian tinggal di sini mumpung kamu dipindahtugaskan di daerah kita. Kamu tega membiarkan ibu tinggal di sini sendiri." Ya, ibu tinggal sendiri beberapa bulan sebelum aku mutasi ke kota ini. Andini si bung

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada Apa dengan Diana 2

    Aku bekerja sampai tidak konsentrasi, karena kepikiran yang dikatakan Andini. Benar-benar harus cari tahu nanti, tetapi bagusnya enggak usah kasitahu istriku dulu, karena akan menambah beban pikirannya. Oya, Dia tadi mau ngomong sesuatu. Mau ngomong apa, ya? Sepertinya yang ingin ia katakan menyangkut dengan situasi rumah atau perasaannya. Aku tahu dirinya pasti tak enak dengan keadaan sekarang, ibu yang semakin kentara tak suka, omongan semakin tajam, diitambah Arumi dalam keadaan hamil yang pasti lebih sensitif dan kehamilannya juga lagi tak baik-baik saja.Cepat ku ketik pesan, [Sayang, kamu tadi pagi mau ngomong apa?]Tak lama masuk balasan.[Nanti aja, Yang. Nunggu kamu udah di rumah.]***Ketika aku pulang kerja, baru sampai halaman. Terlihat Arumi sedang sibuk menyapu. Peluhnya sampai bercucuran. Kerjaannya hampir rampung."Sayang, ngapain kamu kerja ekstra sampai keringatan gitu. Kamu'kan harus istirahat. Ingat kandunganmu!" Cukup terkejut aku melihat halaman yang sudah sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-12
  • Menantu Yang Selalu Salah   Mencari Tentang Dia

    Hari ini aku izin sama Arumi pulang telat. Soalnya aku tak bisa menunda lagi harus segera kuselidiki ada apa dengan Diana? hingga dia bisa nyangkut, masuk dalam pembicaraan ibu padaku. Sepertinya sudah sangat serius, jadi tak bisa aku sepelekan. Kalau ditunggu lama, nanti makin bahaya. Bisa jadi duri dalam pernikahanku. Bagus, sekarang Arumi tidak tahu kalau nama wanita lain ibu sebut padaku. Kalau lama-lama nanti bisa runyam. Ibu bisa saja lain kali keceplosan di depan Arumi menyebut nama itu. Padahal sama sekali aku tak tahu menahu alasan nama wanita itu hadir dalam ucapan ibu. Sebentar lagi jam kantor pulang. Segera kutelepon Arumi."Sayang, hari ini aku pulang telat, ya?" "Kenapa pulang telat?""Pak Bos memintaku bertemu klien ke kota sebelah, karena kliennya meminta meetingnya harus malam ini. Semoga tidak terlalu lama.""Oh, ya udah hati-hati, ya. Semoga cepat selesai dan tidak pulang larut malam," jawabnya di seberang sana.Maafkan suamimu ini Arumi harus berbohong padahal

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Menantu Yang Selalu Salah   Singa Berbulu Domba

    Sudah hampir lima bulan Arumi dan Raga tinggal di rumah kelahirannya ini. Orang tua Arumi menelepon katanya mereka ingin datang mengunjungi dan menginap. Rindu sama si bungsu dan sekalian silaturahmi sama besan. Mendengar orang tua Arumi hendak datang. Bu Ningsih sibuk membuat kue. Pukul empat sore Pak Hendra dan Bu Sinta--orangtua Arumi-- sampai. Bu Ningsih menyambut dengan ramah."Ayo, Bu. Silahkan masuk." Sumringah senyum Bu Ningsih mempersilahkan. "Anggap saja rumah sendiri ya, Bu. Kitakan besan jadi rumah saya, ya rumah ibu juga. Raga simpan tas mama dan papamu ke dalam kamar," perintah Bu Ningsih pada Raga untuk menyimpan tas mertuanya ke kamar. Kamar yang sudah Bu Ningsih sediakan dan dibereskan dari kemaren. Mereka makan bersama sambil bercengkrama melepas rindu. Arumi dan Raga tak terkejut dengan sikap bu Ningsih. Ibunya Raga memang begitu di hadapan orangtua Arumi. Dulu pun sikap bu Ningsih juga begitu pada Arumi. Sebelum tinggal satu atap. Ketika masih tinggal beda k

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Menantu Yang Selalu Salah   Ingin Ikut Mama Pulang

    Mamanya memijit-mijit betis anaknya sambil menguatkan. Nasehat untuk sabar pun meluncur. Ia tahu anaknya secara fisik sudah membaik namun hatinya masih lemah karena kehilangan. "Itulah Buk, Pak sudah berapa kali saya larang Arumi untuk bantu bersih-bersih dan dia juga sudah lama tak megang gagang sapu. Semejak hamil memang saya larang kerja walaupun hanya kerjaan ringan seperti menyapu, tetapi entah kenapa tanpa sepengetahuan saya siang itu dia malah bersih-bersih WC." terang bu Ningsih."Ooh, gitu bu. Sudahlah mungkin sudah takdir ini terjadi." Bu Ningsih mengambil bubur dan menyuapi Arumi. Arumi menolak disuapi. "Arumi kamu harus makan, biar keadaanmu cepat pulih." Bu Ningsih memaksa Arumi makan, menyuapnya penuh perhatian palsu."Iya, Sayang. Kamu harus mendengarkan omongan ibu mertuamu. Kamu harus kuat semoga Allah mengganti segera dan kamu segera hamil lagi, Sayang."Bu Ningsih juga menyodorkan Arumi teh hangat. Walaupun hati Arumi mulai dongkol dengan kepura-puraan Bu Ningsih

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • Menantu Yang Selalu Salah   Tiga Bulan Setelah Keguguran

    Hampir tiga bulan berlalu dari masa aku keguguran, kini aku sudah mulai melupakan dari kesedihanku. Namum, Entah kenapa ibu sekarang gak ada baik-baiknya sama aku. Padahal aku sudah sangat kuat menuruti yang ibu mau jadi wanita yang serba bisa di rumah.Untuk menyenangkan ibu dan memperbaiki diri urusan dapur. Aku sampai belajar masak dari Youtube, nyoba resep di web, tergabung di group memasak di facebook dan banyak hal. Hasil dari perjuanganku belajar masak tidak sia-sia. Kini aku puas dengan hasil masakanku dan masih terus belajar lagi. Memang semua ada hikmahnya dari hati mau menjadi mantu kesayangan ibu dengan lihai memasak. Kini berubah menjadi hobi baru dan yang paling menyenangkan Bang Raga sangat suka dengan masakanku bahkan ke kantor sampai minta bekal dari rumah, makan malam selalu di rumah. Hmm ... bahagia. Aku berasa menemukan bakat baru."Ternyata kamu ada bakat masak-memasak ya, dek. Makanan yang kamu masak semuanya enak.""Ah, lagi belajar bang liat resep resep yang or

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • Menantu Yang Selalu Salah   Memutar Balikan Fakta

    Hari sudah menunjukkan jam dua siang mata ini ngantuk banget. Kurebahkan badan ke kasur saking ngantuknya tak sadar aku terlelap. Aku terbangun karena mau buang air kecil kulihat jam baru jam 14.15 berati baru sekitar belasan menit aku tertidur.Gegas aku ke belakang, hampir mendekati dapur aku mendengar bunyi.'Klentang-klentong' Sebelum tidur siang tadi yang aku tahu ibu lagi pergi dan bang Raga juga sedang di luar. di rumah ini hanya ada aku. Ada apa gerangan dan bunyi apa itu? Pelan kumelangkah dan waspada.'Wah sepertinya kucing ini atau pencuri!' pikirku. Buru-buru dan tetap pelan aku berjalan,Eh tetapi sekilas kulihat ibu.Kupelankan langkah apa ibu masak lagi di dapur karena tak suka dengan makanan yang ku masak tadi. Aku intip diam-diam rupanya bunyi 'klentang-klentong' tadi adalah bunyi ibu mengambil mangkuk di rak, ngambil sendok, membuka tutup panci dan mengambil soto. Ternyata beliau sudah kembali dari luar.Dalam diam kuperhatikan ibu yang kemudian duduk menikmati

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-21

Bab terbaru

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kak Kia

    ***(POV Kia)Mau aja Arumi dan Arya aku bodohi, padahal mah bukan Ibu pingsan itu hanya ideku biar Raga dan Arumi segera pulang agar tak survei rumah.Enak aja dia mau pindah dari sini kalau mereka pindah'kan urusan rumah bisa repot aku'kan gak pernah beres-beres lagi semenjak menikah.Itu pun tadi telat idenya muncul, mungkin mereka dah keburu liat rumah tadi.uuh.Unthng Ibu mau aja aku bawa untuk merealisasikan ideku yang cemelang seperti cemerlangnya iklan sabun cucian piring.Kalau ini tak berhasil tenang aku udah ada siasat kedua yang di cadangkan buat diluncurkan biar tak jadi mereka pindah.Dikiranya aku maubbikin perut sendiri lapar. Sebelum lapar aja tahu Arumi gak masak untuk makan siang hari ini. Sudah buru-buru aku ke tempat Bik Sumi tetangga Ibu. Aku sudah hafal kegiatan tetangga satu itu kalau pagi dia selalu ke pasar, setiap hari. Karena sering kulu lihat waktu nyantai pagi hari di depan rumah sambil makan roti isi. Jadi otakku cepat mutar apa yang harus dilakukan.Ent

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ibu Melarang Pindah

    "Hah! Iya aku akan segera pulang."Ada apa lagi sih, baru juga di tinggal dua jam Ibu sama kak Kia udah begini."Apa, sayang?" tanya Arumi."Ibu pingsan, ayo kita pulang." Arumi melongo mungkin dia heran karena perasaan ketika kami pergi tadi Ibu baik-baik saja, segar-bugar, sehat walafiat bahkan bisa ngomel-ngomel. Kalau misal Arumi berpikiran begitu. Sama, aku juga. Walau panik mendengar telepon Kak Kia barusan, tapi sedikit heran juga, sih!Terburu kami melaju. Sampai di rumah melihat Ibu terbaring lemah di ruang tengah.Belum sempat kami duduk kami sudah di semprot Kak Kia, "kalian darimana sih lama banget.""Survei rumah kak, Ibukan juga udah tahu tadi. Emang Ibu kenapa?"Ini gegara istrimu yang tak tahu diri itu melawan Ibu. Tadi'kan ibu jadi kepikiran. Jangan-jangan tensi Ibu naik sampai pingsan begini." "Ibu sudah makan belum kak," tanyaku."Makan pakai apa memang ada istrimu masak bukan makan siang tadi.""Nasi goreng yang dia buat sarapan kan sudah habis. Mau makan pakai a

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ingin Pindah Rumah

    "Apaan sih, Bu. Belum apa-apa langsung nuduh Arumi lagi. Ini kesepakatan kami berdua. Lagian sebaiknya anak yang sudah berumah tangga sebaiknya'kan tinggal sendiri, Bu. Lagipula Ibu sangat berubah sikap pada Arumi semenjak satu rumah. Tak seperti waktu kami masih tinggal sendiri di kota Arumi dulu. Itu menandakan lebih bagus tak satu atap'kan Bu.""Iya, memang semenjak kamu menikah dengan perempuan ini kamu selalu bela orang lain daripada Ibu.""Ya Allah, Ibu! Arumi itu bukan orang lain dia itu istriku." "Iya ... 'kan memang orang luar yang masuk ke keluarga kita!""Astaghfirullahal'ajim, bisa Ibu menyebut dia orang luar yang masuk ke keluarga kita. Dengar ya Bu setelah ijab kabul gak ada lagi yang namanya orang luar. Aku harus bertanggung jawab penuh padanya karena semua itu akan aku pertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu juga dengan hati dan kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku." "Halah! Kamu malah nyeramahi Ibu.""Bukan masalah nyeramahi, Bu. Aku hany

  • Menantu Yang Selalu Salah   Jangan Ada Rahasia

    (POV Raga)Ternyata memang tidak ada yang boleh dirahasiakan dari istri, walau tujuan kita merahasian adalah untuk menjaga perasaannya. Rahasia yang ku tutupi tentang Diana. Berakibat seperti hari ini karena dia hanya tahu sepenggal, salah paham jadinya dan membawa bencana rumah tangga.Dirinya terlihat teramat sakit. Menurutku penyebab Arumi begitu, pertama karena salah paham dan dugaannya yang salah karena cuma tahu sepenggal, dua penggal. Kedua karena rahasia terbongkar bukan dari mulut suaminya sendiri. Jadi, dia bisa menyimpulkan kalau aku menyembunyikan sesuatu darinya dan tak jujur. Ketiga, hal yang paling penting adalah dia merasa dikhianati. Dikhianati aku dan adik iparnya --Arya. Karena seolah kami menutupi sesuatu mengenai perempuan lain di hadapannya.Padahal tak sedikit pun aku mengkhianatinya. Rupanya hari ini dia ke kantor dan kemungkinan besar dia mendengar pembicaraan aku dan Arya. Aku yang sedari sore panik mencarinya karena pergi tak berkabar yang kata Asti hanya b

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kecewa

    "Kamu kenapa Dek kenapa kau diam saja dari tadi memannya dari siang tadi kau kemana?" cerca Bang Raga melihatku datang sudah sangat sore, hampir Maghrib.Bang Raga masih memakai pakaian kantornya ketika dia berangkat tadi pagi. Kemeja biru dan dasinya sudah kelihatan tak beraturan dan dari raut wajahnya terlihat Bang Raga sangat cemas. Ah, apa benar cemas atau hanya akting belaka?Seperti yang tak terduga olehku selama ini. Tenyata Bang Raga menyimpan rahasia tentang wanita lain yang tak ku tahu. Bahkan Arya juga tahu. Apa yang dia sembunyikan dariku? Apa hanya itu? Atau banyak lagi rahasia yang lainnya?Bukankah suami istri itu satu tubuh. Yang berarti menyatu dan tidak ada yang harus dirahasiakan. Apabila yang satu ada rahasia yang lainnya juga harus tahu?Ada kecewa di hatiku pada Bang Raga. Aku berlalu begitu saja. Menyahutnya hanya dengan tatapan mata. "Aku kelimpungan dan sampai lelah mencarimu. Aku juga baru pulang ini. Karena kau keluar tak pulang-pulang tanpa kabar. Asti, ak

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada yang Disembunyikan

    Bang Rendi menelfon ibu. Aku mendengar karena ibu kalau menerima telfon pasti suaranya di loudspeaker.Sebelum Bang Rendi sempat berbicara Ibu sudah memberondong dengan pertanyaan."Kenapa kalian, kok, gak main ke sini? Terus kenapa Kia gak dijemput udah lama juga dia nginap di sini." Ibu seperti curiga ada apa-apa diantara mereka. Feeling seorang ibu seperti alaram.Ya, siapa yang tak curiga Kak Kia yang biasa menginap selalu nunggu Bang Rendi cuti. Ini datang sendiri bahkan tanpa Intan anaknya. Bawa pakaiannya banyak lagi."Aku sudah yakin dia belum cerita sama Ibu, makanya sekarang aku telfon Ibu. Kia pergi sendiri dari rumah Bu, kenapa saya yang harus jemput? Hari itu kami bertengkar. Aku menegurnya terlalu boros sangat suka foya-foya, mengahabiskan uang dengan yang tidak jelas. Hanya untuk pamer. Apa salah aku sebagai suami menegurnya. Dia langsung marah dan mengamuk ambil koper membereskan pakaian dan pergi. Aku gak akan menjemputnya, Bu kalau dia sendiri tak pulang."Ooh terny

  • Menantu Yang Selalu Salah   Adu Domba

    "Oya, Arya, Raga ... bilang pada istri kalian jadi adik ipar jangan kurang ajar. Jadi, mantu di rumah ini jangan sekongkol." Tiba-tiba Kak Kia berkoar ketika kami bertiga kakak beradik sedang duduk-duduk di ruang keluarga sedang makan camilan. Asti dan Arumi sedang ke pasar."Maksudnya, Kak?" tanya Arya."Masa mereka kemaren aku datang gak disuguhin apa-apa. Malah marah karena aku ganggu waktu tidur siangnya.""Masa sih, kak? Asti'kan gak tidur siang Kak, dia pergi sama aku habis itu pulang duluan. Mana ada dia tidur.""Iya kamu gak percaya sama kakakmu sendiri. Dia emang gak ada tidur, tapi ikut marah sama aku. Waktu aku menegur Arumi. Padahal aku negur Arumi baik-baik lo.""Oh iya, aku lupa ngasitahu Arumi kalau kakak mau datang." timpalku karena memang begitu adanya."Iya walaupun dia gak tahu aku mau datang, aku datang dibaik-baikin dong jangan malah marah-marah dan ngajak bertengkar hanya karena gangguin dia tidur siang."Raga memang melihat perubahan istrinya sekarang gak lagi

  • Menantu Yang Selalu Salah   Tak Mau Diam Lagi

    (POV Arumi)"Eh, wanita gak tahu diri! kamu di sini numpang ya! Num-pang! Jangan malah kamu yang sok kuasa di rumah ini ya!""Apaan sih kak. Datang-datang bukannya salam langsung marah-marah sama orang!""Eeh udah berani nyaut sekarang ya? Hebat!!""Aku gak nyaut nanti juga salah! tapi benar'kan kak? Aku gak tahu kapan kakak datang tetiba udah batantang-betenteng aja di depan kamarku." Aku hampir tak percaya kata-kata itu keluar dari mulutku. Mungkin perkataan Asti yang selalu ia tekankan padaku beberapa minggu ini sudah masuk alam bawah sadar. "Kalau ada orang yang marah-marah gak penting sama kita, menyalahkan kita padahal kita gak salah. Lawan!" Itu kata-kata Asti yang selalu terngiang-ngiang di telingaku sekarang. Hingga kata-katanya sudah mulai merasuk jiwa sekarang membuat aku berani menjawab amarah Kak Kia yang menurutku tanpa sebab. Sebenarnya diri ini bukan tidak berani. Berani! Cuma rasa tak enakan lebih menguasai diri. Aku yang sudah terbiasa selalu menjaga perasaan or

  • Menantu Yang Selalu Salah   Jangan Begitu

    (POV Arumi)Ibu demam, tidak tahu kenapa? badan ibu pagi-pagi panas. Aku membuat ibu sarapan bubur dan menyuapinya. "Ibu sarapan dulu, ya?" sambil mulai memyedok bubur dan menyuapkan pada ibu. Setelah aku aduk-aduk mendinginkannya dalam mangkuk.Ibu melengoskan wajahnya "Ibu gak mau!""Lo, kenapa Bu? Apa rasanya tak enak? 'kan ibu belum coba." ku berucap dengan kelembutan."Ah paling gak enak, ibu'kan tahu kamu buat sesuatu tak pernah enak." ku tak peduli dengan kata-kata ibu karena yang terpenting beliau sarapan supaya panas badannya tak makin menjadi. Lagipula aku sudah tahu kalau ibu bilang tak enak selalu akting, di belakangku lahap saja. Aku terus mencoba menyuap ibu lagi. Sampai beliau mau membuka mulutnya. Akhirnya usahaku berhasil ibu pun menganga. Akhirnya bubur lolos juga ke mulut ibu, buru masuk satu sendok bubur ke mulut beliau.Oek!Ibu memuntahkan bubur. "Apa ibu bilang! ini tak enak." Sambil tangan ibu melempar mangkuk ke lantai hingga bubur berserakan dan mangkuk peca

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status