Benar dugaan Adama, kalau salah satu dari kelompok tersebut sudah hampir terbunuh semua. Seorang penembak jitu yang ikut dalam misi tersebut langsung bersiap.Adama, Sulivan dan yang lainnya juga bergegas pergi ke lokasi transaksi untuk membersihkan semua yang ada di sana."Jangan terlewatkan satu pun, habisi merek la semua!" perintah Adama.Mereka semua menganggukkan kepala mengerti dan bergegas ke tempat transaksi.Sementara itu orang-orang Riquelme yang tersisa bermaksud untuk segera meninggalkan tempat tersebut setelah membunuh bawahan Haris."Ambil uangnya, kita segera pergi dari sini!" perintah pemimpin kelompok bergegas ke mobilnya.Baru saja pemimpin kelompok melangkah, sebuah tembakan sniper langsung menembus kepalanya. Pria itu ambruk ke tanah seketika, jelas saja para bawahannya terkejut, mereka langsung bersembunyi."Brengsek, kenapa mereka masih ada?" gumam salah satu bawahan Riquelme sambil bersembunyi memegangi pistol di tangannya.Para bawahan Riquelme yang tersisa teta
Sesuai dugaan Martin ketika rencananya berjalan dengan lancar. Para bawahan Haris langsung mengincar Riquelme, bahkan mereka yang ada di Breza tanpa ragu menyerang markas pria tersebut.Beberapa hari berlalu terjadi gejolak besar di Breza. Peperangan antara kelompok Mafia dan para bawahan Haris membuat wilayah markas Haris hancur berantakan. Namun, Riquelme tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali, ia seolah lenyap di telan Bumi.***Malam hari di kediaman Martin berada, Zarko, Adrian dan Jimy sudah pulang kembali ke Souland setelah misi mereka membunuh Haris berhasil.Mereka semua sengaja Martin undang ke rumah, untuk memberikannya hadiah secara langsung dan merayakan keberhasilan halaman belakang rumah."Kerja bagus buat kalian bertiga," ucap Martin sambil mengangkat gelas anggur yang ada dihadapannya."Terima kasih atas pujiannya Tuan," jawab mereka bertiga serempak sambil mengangkat gelasnya juga dan bersulang.Martin berbicara kembali setelah menyesap anggur di gelasnya. "Be
Konflik antara bawahan Riquelme dan Haris di Breza tetap berlanjut, membuat wilayah kekuasaan Riquelme tersebut menjadi tempat yang mengerikan.Bangunan hancur, mayat bergeletakan dimana-mana membuat tempat tersebut layaknya medan perang.Pihak keamanan Breza mengungsikan warga sekitar wilayah tersebut agar mereka tidak menjadi korban bentrokan dua kubu tersebut.Sementara di Vlasir, Hamed secara perlahan mencuci otak para bawahan Haris agar mereka mau mengikutinya, mengingat di Vlasir nama Hamed cukup terkenal di dunia bawah, walaupun selama ini tertutupi kekuasan Haris.***Sedangkan di tempat Martin berada, pria itu mengajak Jessica pergi jalan-jalan. Karena ia sudah cukup lama tidak mengajak sang Istri bersenang-senang."Tumben sekali kamu mau pergi denganku?" tanya Jessica yang duduk di samping sang Suami.Martin yang sedang menyetir tersenyum. "Selama ini aku terlalu sibuk, sampai lupa denganmu. Sekarang waktunya untuk menggantinya."Jessica balas tersenyum. "Terima kasih sayang.
Sementara Martin sedang berhadapan dengan orang yang di kira Riquelme.Di tempat Jessica berada seorang pria muncul di belakang Istri Martin tersebut. Pria itu langsung membekap mulut Jessica dengan sapu tangan.Sontak saja Jessica yang sedang menutup mata menikmati sejuknya udara di sana terkejut, ia mencoba berontak dari pria itu. Namun, usahanya sia-sia, wanita itu pun perlahan-lahan memejamkan matanya efek obat tidur yang ada di sapu tangan.Pria itu langsung menutupi wajah Jessica dengan topi dan membawanya pergi dari sana, tanpa membuat curiga orang-orang yang sedang berada di sana.Martin menoleh ke arah sang Istri, ia melihat wanitanya tersebut di bawa oleh seseorang. Sontak saja dia langsung berteriak."Jessica!" seru Martin yang akan langsung mengejar pria yang membawa Istrinya tersebut. Namun, sosok yang di sangkarnya Riquelme tiba-tiba melesat ke arahnya dan langsung menghantam kepala belakang Martin.Martin terhuyung ke samping, pria yang mengahnatamnya tidak tinggal diam
Setelah mendapatkan suntikan tersebut, tiba-tiba urat-urat di tubuh Martin menonjol dari bagian leher hingga menjalar ke seluruh tubuhnya."Hahaha ... apakah aku berhasil?" Riquelme tertawa senang melihat efek cairan yang di suntikan dirinya ke tubuh Martin.Pral!Martin berhasil memutuskan tali yang mengikat Jessica di pohon. "Cepat pergilah!" ucap Martin sambil menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya."Tidak, aku akan menemani kamu," jawab Jessica sambil menangis melihat sang Suami yang terlihat tampak kesakitan."Hahaha ... drama yang manis sekali, rasanya aku ...."SwutPrak!Riquelme langsung berhenti berbicara setelah Martin menggeprak kepalanya dengan kedua tangan hingga tengkorak kepalanya hancur.Kekuatan Martin seolah bertambah berkali-kali lipat setelah mendapatkan suntikan yang diberikan Riquelme.Martin menatap Riquelme sambil menahan rasa sakitnya, pria itu tewas seketika di sana, tapi mulutnya terlihat tersenyum.Argh!Martin berteriak histeris ketika tubuhn
Matias memperhatikan pria bertudung tersebut yang tampak duduk termenung sambil memandangi luka bakar di tangannya. Ia mendekat ke arah pria itu menyodorkan kopi kaleng yang di belinya dari minimarket.Pria bertudung tersebut menoleh ke arah Matias, wajahnya di tutupi masker dan kacamata hitam. Namun, pemuda itu dapat melihat kalau wajah pria itu juga seperti terkena luka bakar."Ambillah Paman, aku lihat daritadi kamu hanya diam di sini sendirian," ucap Matias sambil tersenyum.Pria bertudung itu masih menatap Matias dengan seksama untuk beberapa saat, baru ia mengambil kopi kaleng yang di berikan pemuda itu."Terima kasih," ucap pria itu yang langsung mengalihkan pandangannya.Matias hanya tersenyum, ia duduk di sebelah pria tersebut. Karena mengira di pria sangat kesepian setelah mendapatkan luka bakar yang kemungkinan ada di sekujur tubuhnya."Paman tinggal di sekitar sini?" tanya Matias membuka pembicaraan.Pria bertudung menganggukkan kepalanya, kemudian balik bertanya, "kamu tid
Terlihat sorot wajah Matias menggelap, matanya memerah, terlihat jelas kalau ia sangat marah terhadap Ibunya.Setelah mengatakan itu Matias bergegas naik ke kamarnya. Jessica berniat mengejar sang Anak, tetapi Celine yang kebetulan datang mencekal lengannya.Jessica menoleh siapa yang menahannya, terlihat Celine menggelengkan kepalanya dan meminta Jessica agar membiarkan Matias sendiri.Celine mengajak Jessica ke ruang keluarga, meminta duduk di sampingnya sambil tersenyum."Jangan terlalu keras dengannya," ucap Celine sambil mengusap bahu wanita yang sudah di anggapnya saudari tersebut.Jessica menghela napas panjang, memijat pangkal hidungnya. "Semenjak kematian Paman Ivan satu tahun lalu, Matias terlihat semakin bertindak sesuka hati, apa tidak apa dia seperti ini?" Celine tersenyum. "Berpikirlah positif, anakmu sudah mulai dewasa, tentu dia tidak senang jika kamu terus memberinya peraturan ketat seperti sekarang."Jessica menyenderkan tubuhnya di sofa, mendongak ke atas menutup ma
Bukan hanya Matias yang terkejut, Vincen dan Ibunya juga ikut terkejut, mereka takut kalau Jessica marah. Karena sang Anak telah melakukan pemukulan terhadap orang lain."Zarko, urus semuanya agar dia masuk penjara! Adrian, siapkan mobil, bawa semua barang teman anak saya ke mobil, kita ke Apartemen Luther!" perintah Jessica langsung.Matias menatap Ibunya sambil bengong, ini pertama kali buatnya melihat sang Ibu melakukan sesuatu yang di inginkannya.Jessica menatap Matias sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kenapa bengong, bantuin teman kamu membawa barang-barangnya ke mobil, urusanmu dengan Ibu di rumah nanti!"Matias tersadar. "Ck, apa tidak bisa bicara dengan lembut," gumamnya sambil berjalan mengambil barang-barang Vincen.Vincen bergegas mengejar Matias, pemuda itu menyenggol bahu Matias. "Itu Ibu kamu?" bisiknya kepada Matias."Siapa lagi, hanya dia yang memasang wajah seperti itu padaku," jawab Matias malas."Hais, jangan begitu, beliau terlihat sangat baik dan