Leonardo terlihat berbeda dari sebelumnya. Martin merasakan kalau pria itu membuka meridiannya. Ia langsung waspada dengan kekuatan Leonardo."Ku beritahu kamu satu Hal Martin Luther, keluargamu waktu itu menyerahkan nyawanya hanya untuk menyembunyikan keberadaan mu. Karena mereka sadar hanya kaulah yang mewarisi kekuatan keluarga Luther. Meskipun, pada akhirnya kau akan mati di tanganku!" ucap Leonardo sambil menyeringai.Martin menghela napas. "Apa kau bodoh? Sudah tahu semua itu tapi tidak membunuhku, atau kau ingin mati ditanganku?" balasnya santai, walau masih tidak tahu maksud dari Leonardo."Hahaha ... menarik, sudah lama aku tidak memiliki lawan yang sepadan!" seru Leonardo yang langsung melesat dengan cepat ke Martin.SwuzzDuak!Pukulan Leonardo di tahan Martin. Terlihat pukulan keduanya beradu satu sama lain.Leonardo menyeringai. "Hoooh ... lumayan."SwutDuak! Duak!Mereka berdua beradu pukulan satu sama lain dengan gerakan yang sangat cepat. Pengguna pembukaan meridian me
Martin tidak pernah menduga kalau dirinya akan di permainkan seperti itu. Semuanya rencananya tidak berjalan lancar seperti apa yang ia harapkan.Sebenarnya Leonardo sudah mewaspadai Martin sewaktu Greyat mendatanginya. Pria itu sadar kalau harus berhati-hati dengan Martin, mengingat semua pembunuh bayaran yang ia kerahkan tidak berhasil membawa kepala Martin kehadapannya.Sejak saat itulah Leonardo membuat rencana untuk memancing Martin keluar dengan bantuan Rocky yang menyamar menjadi dirinya.Rencana Leonardo berhasil, mengelabuhi Martin. Bukan hanya itu saja, ia juga berhasil membuat Norman salah menyerang perusahaannya. Bukan perusahan induk yang di kuasai Martin, melainkan perusahaan cabang. Hal tersebut tentu membuat gejolak di Narika, menyebabkan perusahaan yang di akusisi Martin jadi tidak ada gunanya.***Martin sudah kembali ke hotelnya, ia duduk di balkon kamar setelah membersihkan diri. Pria itu tampak sangat gusar."Brengsek! Apa kau pikir bisa lari dariku, Leonardo," gum
Martin pergi keluar dari Mansion Luther bersama dengan sang Istri. Ia mengajak sang Istri ke sebuah Restoran mewah yang di kelola langsung Luther grup.Keduanya di sambut hangat oleh pelayan Restoran. Mereka di ajak ke ruangan VVIP yang di sediakan hanya untuk Martin."Sayang, kamu tidak perlu seperti ini," ucap Jesica terharu melihat ruangan tempat mereka makan sangat romantis.Martin tersenyum, ia berjalan ke kursi, sedikit menariknya untuk duduk Jesica. "Aku ingin kali ini menjadi awal hubungan yang baik buat kita," ucapnya lembut.Jesica balas tersenyum dan duduk di kursi tersebut. "Terima kasih sayang."Martin menuangkan anggur ke gelas, sebelum ia juga ikut duduk berhadapan dengan sang Istri. Pria itu menyangga dagu dengan menautkan kedua tangannya. Tatapan Martin terfokus pada wajah sang Istri.Jesica tersipu malu di tatap seperti itu oleh sang Suami, ia menenggak gelas berisikan anggur yang di tuangkan Martin untuk sedikit mengurangi rasa canggungnya."Kamu tahu, aku sangat mer
Wanita itu menaruh Black Card di hadapan Martin. Sontak saja Jessica terkejut saat melihat Black Card suaminya ada ditangan wanita yang tampak lebih muda darinya tersebut."Sayang, siapa dia?" tanya Jessica lembut, mencoba untuk berpikiran positif."Celine." Wanita yang duduk di sebelah Martin langsung mengulurkan tangannya sebelum Martin menjawab.Jessica menatap sang Suami. Martin hanya bisa menghela napas berat, momen indahnya di ganggu oleh seorang wanita penghibur."Jessica, Istri Martin," jawabnya menyambut uluran tangan Celine.Celine tersenyum. "Lain kali jangan buat suami anda bingung, jika terulang kembali, aku akan merebutnya," ucapnya tanpa ragu sambil melepaskan tangannya.Jessica menatap tajam Celine, ia tersenyum penuh arti. "Tidak akan pernah, lebih baik kamu jauhi Suamiku." Wanita itu langsung berdiri dan duduk di sebelah Martin merangkul lengan sang Suami, masih dengan menatap tajam Celine.Martin tersenyum melihat sang Istri yang terlihat cemburu seperti itu. Ia sen
Sementara itu di bekas kediaman keluarga Bloody, Soouland. Terlihat bawahan Leonardo sudah berada di sana. Mereka semua tampak kebingungan saat tahu kalau penghuni rumah besar tersebut sudah bukan keluarga Bloody lagi."Brengsek! Kenapa kalian bisa salah informasi seperti ini?" seru pemimpin kelompok marah."Bos, kami tidak tahu kalau tempat ini sudah di jual satu bulan yang lalu," jawab salah satu bawahan.Bug!Ugh!Pria yang menjawab pertanyaan si Bos, di pukul kepalanya hingga terkapar di lantai dengan hidung keluar darah."Apa kau pikir Tuan Leonardo bisa menerima alasan seperti itu, hah!" seru si Bos marah.Semua bawahannya menundukkan kepala, mereka semua tidak berani menatap si Bos. Karena sadar telah melakukan kesalahan.Bos kelompok tersebut menghampiri penghuni rumah tersebut yang sedang bertekuk lutut di tanah. Ia jongkok di hadapan kepala keluarga pemilik rumah, mencengkram rahangnya."Apa kalian yakin tidak mengenal keluarga pemilik Rumah ini!" ucap si Bos tegas."Be-Benar
Orang-orang berpakaian serba hitam itu mendekat ke mobil yang di naiki kedua keluarga Kakak orang tua Jesica."Keluar!" seru salah satu pria berpakaian hitam."Kakak, bagaimana ini?" tanya Matias ketakutan."Bagaimana apanya, kamu keluar hadapi mereka!" balas Reinhard yang sama takutnya."Cepat keluar! Atau ku hancurkan mobil kalian!" seru orang berpakaian hitam sambil mengetuk mobil dengan keras.Mereka berempat tidak bisa berbuat apa-apa, selain menuruti perintah orang-orang berpakaian serba hitam tersebut. Mereka keluar dari mobil dengan terpaksa.Orang-orang berpakaian serba hitam tersebut langsung menyeret ke empatnya masuk ke dalam mobil mereka dan membawanya pergi. Reinhard dan yang lainnya memohon untuk di lepaskan. Namun, orang berpakaian serba hitam tidak menggubrisnya, mengikat mereka dan membungkam mulutnya dengan lakban.Kedua keluarga tersebut hanya bisa pasrah, Istri Reinhard dan Matias hanya bisa menangis, sepanjang perjalanan.Setelah beberapa saat perjalan, mereka sam
Iring-iringan mobil Martin sudah masuk ke wilayah perbatasan Souland ketika beberapa jam perjalanan.Martin mendapatkan pesan dari Zarko, pria itu mengepalkan tangannya dan wajahnya menggelap saat mendapatkan pesan tersebut. Ia menghubungi Adama yang sedang berada di Narika bersama Sulivan."Adama, apa semuanya berjalan lancar?" tanya Martin langsung ketika panggilannya di angkat.Adama menjawab di seberang telepon. "Sesuai dengan perkataan Daryl, perusahaan yang kemarin kalian akusisi itu milik Istrinya dan sekarang kami sudah mulai menyerang pusatnya.""Selesaikan secepatnya!" perintah Martin dingin."Ya," jawab Adama singkat di seberang telepon.Martin menutup teleponnya. Mobil sudah mulai memasuki wilayah gunung Soul. Ia menyuruh para bawahannya untuk menyebar agar tidak terlihat oleh Leonardo.Tidak berselang lama, Mobil Martin sampai di kaki gunung Soul, pria itu turun bersama dengan Adrian yang menjadi sopirnya.Martin menatap gunung Soul sambil mengambil rokok di bajunya, ia me
Adrian yang membawa pergi mertua Martin dan kedua keluarga saudaranya, ia tidak bisa berlari begitu cepat, mengingat luka Reinhard dan Matias cukup parah, membuatnya kesulitan berlari."Cukup, tinggalkan kami saja, Sarah!" tegur Reinhard sambil menangis, ia sadar kalau dirinya hanya menjadi beban."Benar kata Kak Reinhard, tinggalkan kami berdua saja," timpal Matias.Istri keduanya menangis terisak, melihat suaminya benar-benar sudah tidak berdaya dan tidak sanggup lagi berlari.Adrian memutar bola mata malas, ia jongkok dihadapan keduanya dan menarik kerahnya. "Dengar baik-baik brengsek! Tuan besar sudah mempertaruhkan nyawa demi kalian! Apa kalian pikir nyawa beliau sepadan dengannya!"Adrian terlihat sangat marah, pria itu jelas kesal. Karena pengorbanan Tuannya seolah tidak di hargai sama sekali.Reinhard dan Matias tidak bisa berkata-kata, mereka hanya bisa menangis dengan Istrinya masing-masing.Adrian menghela napas. "Semua bawahan tuan Besar ada di dekat sini, mereka pasti akan