Martin Reflek menoleh ke arah suara, pria itu jelas saja kebingungan ketika ada seorang pria sepuh yang menegurnya tiba-tiba, ia menghapus air matanya yang membasahi pipi.
"Siapa Anda?" tanya Martin sambil menatap pria sepuh dengan seksama.Pria sepuh terkejut saat Martin tidak mengenalinya, sehingga membuatnya memastikan pandangannya. Akan tetapi dari wajah dan perawakan Martin, di tambah bekas luka jahitan di lehernya, membuat ia sangat yakin kalau pria lusuh tersebut merupakan tuan besarnya."Tuan besar, ini saya Ivan Jenner asisten pribadi anda," ucap pria sepuh sopan."Asisten pribadi? Saya tidak mengenal anda," jawab Martin yang langsung beranjak dari sana dan berniat meninggalkan pria sepuh itu."Tuan tunggu! Saya bisa membuktikannya kepada anda, kalau saya asisten anda!" tegur Ivan meyakinkan.Martin menghentikkan langkahnya, ia menoleh ke arah pria sepuh tersebut, dan menatapnya dengan seksama.Ivan bergegas mendekat ke arah Martin, ia mengeluarkan sebuah liontin yang isinya foto Martin dan kekasihnya yang dulu.Liontin tersebut merupakan milik Martin, pemberian dari kekasihnya dulu yang meninggal karena kanker otak. Benda tersebut merupakan benda berharga milik Martin yang kebetulan terjatuh ketika Martin dalam pelarian dan di temukan para bawahan yang mencari dirinya."Tuan, lihatlah ini," Ivan menyerahkan liontin kepada Martin.Martin menerimanya dengan bingung, ia membuka isi liontin tersebut, betapa terkejutnya dia ketika melihat fotonya sendiri dan di sisi lain ada foto seorang gadis.Tiba-tiba pecahan ingatan masalalu Martin mulai bermunculan saat bersama dengan gadis yang ada di liontin tersebut.Martin memegangi kepalanya yang terasa sakit, ia terhuyung akan jatuh, tapi Ivan dengan sigap menangkapnya."Tuan, apa anda tidak apa-apa?" tanya Ivan khawatir.Martin mengangkat tangannya. "Aku tidak apa-apa, kepalaku hanya sedikit pusing," jawabnya sopan."Tuan besar, lebih baik kita pulang ke Newland, semua orang sedang mencari anda, semenjak anda menghilang dua tahun lalu," ujar Ivan sedih.Martin menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mengingat semuanya, jika benar kamu mengenalku, apa kamu bisa memberikan aku uang?"Ivan mengernyitkan dahi, tapi ia segera menganggukkan kepalanya. "Tentu saja tuan, tapi alangkah baiknya kita pulang dulu, anda juga harus melakukan pemeriksaan."Ivan terlihat sangat khawatir dengan tuan besarnya itu. Ia tentu tidak mau kehilangan jejak tuannya lagi setelah dua tahun pencarian, akhirnya tuannya itu berhasil di temukan. Namun, Martin menolak untuk pergi dari Souland, negara yang berbatasan dengan Newland langsung, hanya di pisahkan oleh sungai Snow."Aku punya istri di sini, kalau harus pergi, aku akan mengajak istriku," ucap Martin mantap."Tuan sudah menikah? Astaga, selamat tuan, siapa wanita beruntung itu? Kita ajak Nyonya juga pulang ke tempat kita!" Ivan sangat bersemangat ketika mendengar Martin sudah menikah.Ivan tentu senang, walaupun Martin tidak mengingat masalalunya, setidaknya ia sudah melupakan kekasih yang dulu membuat dirinya terpuruk."Dari tadi kamu memanggilku tuan besar terus, apakah aku memiliki harta yang banyak?" tanyanya memastikan.Ivan mengangguk, ia menjelaskan semua kekayaan Martin tanpa di tutup-tutupi sedikitpun, sehingga membuat Martin tercengang. Namun, ia juga merasa senang, dengan begitu ia yakin Jesica akan menerima dirinya."Kalau begitu, nanti saja pulangnya, aku ingin membalas perbuatan mereka yang berani menindasku!" Martin menyeringai penuh arti.Ivan menelan ludah, seringai Martin yang seperti itu, biasanya ia tunjukan pada musuhnya yang akan ia hancurkan, dan bisa di pastikan orang tersebut tidak akan selamat sama sekali.Martin meminta kepada Ivan sejumlah uang, tapi pria sepuh itu malah memberikan Black Card milik tuannya yang selalu ia bawa bersama dengan barang-barang berharga lainnya."Apa ini?" tanya Martin bingung.Ivan tersenyum. "Tuan besar, itu Black Card milik anda.""Black Card?" Martin membolak-balik kartu Bank berwarna hitam tersebut."Tuan besar, semua uang anda ada di dalamnya," ucap Ivan sopan."Maksudmu ini seperti kartu Bank lainnya, hanya beda warna?" tanya pria itu memastikan."Kurang lebih seperti itu tuan," jawab Ivan sambil mengangguk.Martin mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, ia memasukkan Black Card ke sakunya. Ivan yang tidak tahu kenapa tuannya jadi seperti orang bodoh, ia hanya bisa bersabar untuk mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Martin.Ivan meng Martin pulang ke rumah keluarga Istrinya menggunakan Rolls-Royce phantom yang digunakan pria sepuh itu.Ketika dalam perjalanan pulang ke rumah keluarga Bloody.Ivan menelpon Kyle yang merupakan pengawal terbaik Martin Luther, agar segera ke Souland untuk mendampingi tuannya.***"Tuan, anda tinggal di sini?" tanya Ivan tidak percaya, melihat rumah kecil yang di tinggali tuan besarnya tersebut."Iya, memangnya kenapa? Ayo masuk," ajak Martin dengan percaya diri.Ivan hanya mengangguk, ia mengekori tuannya, sementara mobil mereka terparkir di halaman rumah kecil itu.Pria yang sudah menjadi bawahan Martin sejak lama itu menghela napas berat ketika tahu tuannya tinggal di rumah kecil, ia merasa kalau dunianya di putar balikkan dengan begitu saja.Martin Luther yang seharusnya tinggal di sebuah istana megah, ia sekarang menjadi seseorang yang tampak tidak berdaya. Pantas saja Ivan melihat pakaian tuan besarnya itu tampak begitu lusuh.Hati Ivan terasa sangat sakit saat melihat kenyataan itu.Martin mengepalkan tangannya saat melihat mobil Samuel, ia tidak menyangka kalau pria itu akan terang-terangan mendekati Istrinya."Bedebah itu!" gumam Martin sambil mengepalkan tangannya.Ivan hanya memerhatikan tuannya itu. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah, dengan Ivan yang mengekori dari belakang.Saat Martin membuka pintu, benar saja Samuel, kedua Mertuanya dan Jesica sedang ada di ruang tamu, mereka terlihat sedang asyik mengobrol."Akhirnya kamu pulang juga Martin, cepat siapkan minuman untuk Samuel!" bentak Sarah langsung ketika melihat Martin. Padahal menantunya itu baru saja membuka pintu.Samuel tampak menyeringai, ia kemudian buka suara. "Martin, darimana saja kamu, ada tamu malah baru pulang?"Martin mengepalkan tangan, ia sebenarnya sangat marah, tapi dirinya sadar tidak bisa apa-apa di hadapan mereka semua.Ivan masih memperhatikan dari belakang, pria sepuh tersebut masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi dengan kehidupan tuan besarnya itu."Martin, buatkan sesuatu untuk samuel," perintah Jesica lirih."Baik Sayang."Tampak Martin menurut dan mau pergi menjalankan perintah dari Jesica. Namun, Ivan mencekal lengan Martin, tentu saja pria itu menoleh ke belakang, Ivan menggelengkan kepalanya.Ivan sekarang tahu, kalau tuan besarnya itu di pandang remeh keluarga tersebut, jelas ia tidak akan tinggal diam begitu saja."Kenapa kamu bengong di depan pintu, idot! Apa sekarang kamu juga tuli!" Sarah meraung marah.Ivan melangkah ke depan Martin sambil tersenyum. "Biar saya yang menggantikan tuan Martin menyiapkannya untuk kalian."Samuel membelalakan mata tidak percaya saat melihat Ivan. Ia tidak menyangka kalau Ivan Jenner datang ke rumah Jesica.Ivan memang sangat terkenal di kalangan atas para pebisnis Souland, karena ia memang menggantikan Martin memegang seluruh kekayaan tuannya ketika menghilang selama dua tahun belakangan.Nama Ivan Jenner tentu saja sangat di segani. Semenjak Martin menghilang, ia mengeksploitasi bisnis di berbagai negara, tujuannya agar bisa menemukan tuannya. Karena itulah sangat wajar, kalau Samuel yang dari keluarga kalangan atas tahu tentang Ivan."Tu-Tuan Jener!" ucapnya terkejut beranjak dari duduknya.Sarah mengerutkan keningnya. "Kamu tahu siapa pria tua itu Samuel?" tanya Sarah penasaran."Tante, siapa yang tidak tahu beliau, dia Ivan Jenner, pemilik Luther Capital. Perusahaan terbesar di dunia!" ujar Samuel sangat bersemangat menghampiri Ivan."Tuan Jenner, Saya Samuel Linston, pewaris dari Linston grup, senang bertemu dengan anda," ucapnya sambil mengulurkan tangan.Sarah tentu saja tidak ingin mengabaikan kesempatan tersebut. Ia yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan kedudukan kalangan atas, ikut menghampiri Ivan..Sayangnya uluran tangan Samuel hanya di tatap sinis Ivan, sehingga tangan pria itu menggantung di udara.Samuel tersenyum getir, ia menarik tangannya kembali. "Tante, cepat buatkan jamuan untuk tuan Jenner, sebuah keberuntungan rumah anda di datangi beliau!""Ah benar, silahkan Tuan Jenner duduk," ajak Sarah ramah."Martin! Ngapain kamu masih diam di situ? Cepat ambilkan minuman untuk Tuan Jenner!" bentak Sarah lagiPlaaakSebuah tamparan keras mendarat di wajah Sarah, sehingga membuat Samuel dan yang lainnya terkejut.Sarah juga ikut terkejut, ia menatap tidak berdaya pria sepuh yang menamparnya itu, seolah bertanya apa salahnya."Berani kau membentak Tuan besar, ku bunuh kau!" ucap Ivan geram.Sarah tidak tahu apa maksud Ivan, ia memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan, sambil menatap Samuel dengan bingung.Samuel tampak berkeringat dingin, ia pun tidak berani jika berhadapan dengan Ivan, apa lagi melihatnya marah seperti itu, membuat nyalinya semakin menciut.Sarah tidak bisa berkata-kata ketika Ivan menamparnya, melihat Samuel saja nampak ketakutan dengan pria sepuh itu."Tu-Tuan Jenner, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Samuel memastikan.Plak!Bukannya mendapatkan jawaban, Ivan malah menampar Samuel, kali ini tamparannya cukup keras, sehingga membuat Samuel terhuyung dan hampir jatuh."Berani sekali kamu menggoda Istri Tuan besar!" Ivan mengambil ponselnya, ia langsung menghubungi asisten Martin yang lain."Lisa, hancurkan Linston grup! Bila perlu lucuti semua properti mereka!" perintah Ivan langsung ketika panggilannya di angkat."Tunggu dulu, tidak biasanya kamu seperti ini Ivan," sahut wanita dari seberang telepon."Nanti aku jelaskan padamu, lakukan itu sekarang!" perintahnya kemudian mematikan ponselnya.Samuel tentu saja terkejut, ia langsung bersimpuh di kaki Ivan. "Tuan Jenner, tolong jangan lakukan i...."Ivan berteriak memanggil bawahan Martin yang merupakan Asasin dengan menepukkan tangannya beberapa kali.Tiba-tiba ada bebe
Martin dan Jesica sampai di Mansion Dreams, kedua orang itu menatap takjub bangunan megah yang ada di depan mereka ketika turun dari mobil."Mari Tuan!" ajak Ivan sopan.Pasangan suami istri tersebut mengangguk, Jesica tanpa sadar merangkul lengan suaminya. Tentu hal itu membuat Martin reflek menoleh ke arah lengannya, karena ini pertama kali Jesica merangkul dirinya.Mereka berdua mengekori Brody yang sudah berjalan di depan, para pelayan berbaris menyambut mereka. Saat pasangan suami istri tersebut masuk ke dalam mansion.Jesica dan Martin menatap kagum bangunan rumah itu, mereka berdua benar-benar takjub dengan setiap dekorasi dan perabotan yang begitu mewah."Tuan, Nyonya, mari saya ajak kalian berkeliling," ucap Ivan menegur keduanya.Martin dan Jesica mengangguk, mereka berdua tidak bisa berkata-kata, karena tempat itu begitu sangat menakjubkan.Ivan membawa mereka berkeliling Mansion, memerlihatkan ke pasangan suami istri itu dengan ramah. Meskipun Ivan sebenarnya merasa malu, k
Jesica terkejut dengan perlakuan Martin yang tiba-tiba, karena biasanya ia tidak seperti itu dan tidak berani menyentuhnya sama sekali. Namun, wanita itu juga tidak berontak, merasakan nyaman dalam dekapan suaminya."Aku punya sesuatu buat kamu, tunggu sebentar," Martin melepaskan pelukannya, ia membuka laci dekat dengan tempat tidur.Jesica bingung dengan maksud Martin, tapi ia hanya diam dan melihat apa yang sedang di cari Suaminya.Setelah mendapatkan apa yang ia cari, pria itu mendekati Istrinya yang masih berdiri di depan lemari."Selama ini aku tidak pernah memberikan cincin pernikahan untuk kamu, maaf baru bisa memberikannya," ucap Martin, bertekuk lutut di hadapan Jesica sambil membuka kotak merah yang berisi cincin berlian.Jesica menutup mulut tidak percaya, ia tidak menyangka kalau Martin bisa bersikap manis seperti itu. Walaupun wanita yang telah menemani Martin selama dua tahun tersebut bingung kenapa suaminya tiba-tiba bisa membeli cincin berlian."Martin, ini buat aku?"
Iring-iringan mobil mewah membelah jalanan Souland. Tampak semua mobil yang ada didepan iring-iringan tersebut lebih memilih menyingkir. Mereka sadar jika menghalangi mobil-mobil mewah itu urusannya bisa panjang.Jesica didalam mobil tidak bisa berkata-kata. Ia benar-benar gugup, di perlakukan bagaikan ratu malam ini."Apa kamu menyukainya sayang?" tanya Martin lembut.Jesica mengangguk lirih, wanita itu tidak bicara, ia masih merasa bersalah dengan Martin. Karena sempat memiliki pikiran untuk menceriakan suaminya itu.Martin menggenggam tangan Istrinya lalu mengecupnya. "Maafkan aku, karena selama ini telah membuat kamu menderita."Jesica menatap suaminya itu yang tampak berbeda dari biasanya. Malam ini ia terlihat sangat tampan dan berkarisma, tidak seperti penampilannya dulu."Martin, apa kau boleh bertanya?" Martin mengangguk lirih. "Silahkan." "Sebenarnya kamu ini siapa? Dan kenapa tiba-tiba kamu berubah drastis seperti ini?" Begitu banyak pertanyaan yang ingin di lontarkan da
Martin tahu Istrinya mulai merasa tidak enak, pria itu mengusap lembut lengan sang Istri sembari tersenyum simpul.Jesica menatapnya tidak berdaya, pasalnya wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela sang suami. Namun, Martin tetap mengajak Jesica naik ke panggung tidak perduli dengan perkataan orang yang hadir di sana."Tidak apa, ini sudah biasa bagiku, bukankah kamu tahu itu?" bisik Martin lembut.Jesica menatap suaminya, terlihat tatapan Martin yang penuh kepercayaan diri membuat wanita itu sedikit tertegun.Selama dua tahun menikah, baru kali ini ia melihat Martin yang tampak percaya diri dihadapan banyak orang.Martin menganggukkan kepalanya mengajak Jesica naik ke atas panggung. Wanita itu hanya bisa menurut naik ke panggung dengan tatapan sinis dari wanita muda yang hadir di sana, pasalnya Martin tampak lebih tampan daripada biasanya."Tuan Luther, terima kasih sudah mau datang ke acara pria tua ini," sambut Pak tua Vlar bersemangat.Sebelum Martin menjawab, tiba-tiba
Theodore terus mendekat ke arah Jesica, pria tersebut mengulurkan tangannya untuk meraih dagu wanita itu. Namun, tiba-tiba Martin meraih tangan Theodore lalu memelintir tangan yang akan menyentuh istrinya.Argh!Theodore memekik kesakitan saat Martin memelintir tangannya. Pria itu sedikit terkejut dengan tindakan suami Jesica."Berani kau menyentuh Istriku dengan tangan kotor mu, aku pastikan kau tidak bisa menggunakannya lagi!" ujar Martin dingin."Bedebah, kau hanyalah sampah keluarga Bloody tidak usah sok keras!" raung Theodore marah masih tidak mau kalah.Klak!Argh!Suara tulang bahu Theodore terdengar bergeser dari tempatnya, membuat pria itu meraung kesakitan. Semua orang yang melihat hal tersebut sangat terkejut, bahkan Pak tua Vlar yang ada di atas panggung juga tidak menduganya.Jesica menutup mulutnya tidak percaya, ia baru melihat sosok suaminya yang begitu sangat berbeda. Pria yang selalu dirundung kini berubah seratus delapan puluh derajat di hadapannya."Pengawal apa ya
Ramsdale Roosevelt tentu saja terkejut saat mendengar Ivan Jenner bersama dengan orang yang mengaku tuan Luther. Pria itu bergegas menghubungi Danil Luther, Paman Martin yang sekarang memimpin keluarga Luther di Newland.Ramsdale terlihat gugup ketika menelepon Danil, belum apa-apa keringat dingin sudah mengucur deras di dahinya.Bagaimanapun Danil merupakan sosok yang sangat disegani, ia menjadi pemimpin Mafia keluarga Luther setelah Martin menghilang dua tahun lalu.Setelah beberapa saat panggilan Ramsdale dijawab Danil. "Ada apa Ramsdale?" tanya Danil langsung diseberang telepon."T-Tuan besar Luther, saya mendengar tuan Jenner telah mempermalukan anak saya di acara ulang tahun Pak tua Vlar ....""Lalu apa masalahnya denganku? Bukankah sudah wajar kalau anakmu berbuat salah, Ivan tidak mungkin mempermalukan orang sembarangan!" Ramsdale belum selesai bicara Danil memotong sambil memarahinya."B-Bukan itu masalahnya tuan besar Luther, anak saya mengatakan kau ada orang yang mengaku me
Orang yang berada didalam mobil tidak terkejut sama sekali saat bawahan Adrian menghampirinya, dengan wajah malas pria itu turun dari mobil."Ada apa?" tanya pria itu saat keluar dari mobil."Masih bertanya kau ada apa?!" tanya bawahan Adrian sedikit membentak.SwutKlapSebuah pukulan melesat ke arah pria tersebut. Namun, ia dengan mudah menangkap pukulan itu.Duak BruakPria itu menarik tangan bawah Adrian memukul tengkuknya lalu membenturkannya ke mobil, membuatnya jatuh tidak sadarkan diri seketika.Bawahan Adrian yang satunya menggertakkan gigi ketika melihat rekannya jatuh pingsan. Ia menyerang pria itu tanpa aba-aba.SwutDuakBruakBukannya pengintai yang kena, bawahan Adrian malah terkena tendangan pria tersebut dengan keras diperut membuatnya jatuh bersimpuh dihadapan pengintai sambil memegangi perutnya."Lemah sekali ka ...." Suara pria itu tercekat ketika moncong pistol tiba-tiba menempel di kepalanya."Heeeh, aku kira mereka hanya anjing jalanan," lanjutnya sambil menole
Setelah Adama sampai di Narika, pria itu langsung melakukan penangkapan terhadap Patricia. Mengatasnamakan keamanan Narika atas transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu, membuat Patricia pun tidak bisa berkilah lagi.Patricia berhasil ditangkap oleh Adama di bantu keamanan Narika, menggunakan bukti-bukti transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu.Bahkan beberapa orang yang bekerjasama dengannya juga ikut terseret masuk kedalam jeruji besi.Di ruang interogasi, terlihat Adama sedang duduk dihadapan Patricia yang sudah mengenakan pakaian tahanan."Katakan padaku, apa saja yang kamu ketahui tentang Martin Luther?" tanya Adama.Patricia hanya diam, menatap tajam Adama, tanpa berbicara sepatah kata pun.Adama menghela napas panjang. "Kakakmu bukanlah orang yang baik, seharusnya kamu hidup lebih baik darinya, tidak perlu meneruskan usahanya, tetap sembunyi di Vlasir."Patricia masih tetap diam, ia tidak berbicara sama sekali, hanya memperhatikan Adama dengan seksama.Adama memijat pangkal
Adama sebenarnya tidak ingin melibatkan Martin terlebih dahulu. Akan tetapi Patricia berhubungan dengan Leonardo dan yang lebih penting wanita itu sedang mengincar Jessica, sehingga ia pikir kalau Martin harus tahu tentang masalah tersebut."Kamu tidak perlu datang ke Narika, aku cuma memberitahumu. Setelah bukti-bukti terkumpul, akan aku seret wanita itu kehadapan kamu," ucap Adama mencoba menenangkan Martin.Martin menghela napas. "Selama ini aku sudah merepotkan kalian, tidak enak jika diriku tetap diam dan masalah ini juga berhubungan dengan Istriku, Adama.""Ck, kau baru saja kembali, anak dan Istrimu masih merindukan kamu, serahkan semuanya pada kami," ujar Adama.Adama mengangguk pelan sembari tersenyum agar Martin percaya padanya dan tidak memikirkan masalah tersebut.Martin memijat pangkal hidungnya, lantas buka suara. "Baiklah ... selesaikan dengan cepat Adama, aku tidak ingin Istriku kenapa-napa.""Siap Bos!" jawab Adama sembari hormat.Martin terkekeh geli melihat tingkah A
"Kenapa bengong, tidak mau?" tegur si gadis.Matias seketika langsung tersadar, mengambil kopi kaleng pemberian gadis tersebut. "Terima kasih."Gadis itu mengangguk pelan, ia duduk disebelah Ivan sambil menenggak minuman kaleng yang ada ditangannya.Matias terlihat gugup, ia mencuri-curi pandang ke arah di gadis sambil mengusap-usap minuman kaleng yang dipegangnya."Seila Rosemary Weil, itu namaku," ucap si gadis tiba-tiba."Eh ... a-aku Mati ....""Matias Luther, aku sudah tahu," sela Seila ketika Matias belum selesai berbicara.Matias hanya tersenyum kecut, ia tidak bisa berkata-kata lagi, karena saking gugupnya. Ini pertama kalinya ia mengobrol dengan gadis tapi segugup itu, padahal kalau disekolah ia tidak pernah seperti itu.Seila menoleh menatap Matias, ia memperhatikan Matias yang sedang menundukkan kepalanya sambil menggenggam minuman kaleng yang ia berikan."Kamu tidak suka kopi?" tanya Seila."Su-suka!" jawab Matias langsung membuka kopi kaleng ditangannya dan menenggaknya."
Orang yang datang tersebut ternyata anak dan cucu Profesor Erikson, mereka memang sering menjemput pria tua itu, jika Martin tidak mengundangnya.Anak dan Cucu Profesor Erikson terkejut saat melihat wajah Martin yang terlihat buruk rupa, bahkan gadis yang usianya sama dengan Matias sampai bersembunyi di balik tubuh sang Ayah, padahal tadi sangat bersemangat."Ayah, siapa mereka?" tanya anak profesor Erikson penasaran."Orang yang selalu Ayah bicarakan, dialah yang selama ini meminta bantuan Ayah. Martin, kenalkan mereka anak dan cucuku," ucap Profesor Erikson."Astaga, jadi benar ada orang yang terluka parah masih hidup," celetuk cucu profesor Erikson.Ayah gadis itu langsung memelototi sang anak, sehingga si gadis langsung menutup mulutnya sambil sedikit membungkukkan badan.Martin mengulas sebuah senyum, ia mengulurkan tangannya. "Maaf selama ini telah merepotkan Ayah anda, saya Martin Luther, mereka anak dan Istriku."Anak Profesor Erikson menyambut uluran tangan Martin, balas terse
Martin, Istri dan anaknya pulang ke Mansion, kedatangan mereka di sambut Celine, Adama dan Norman yang memang sudah menunggu mereka.Adama dan Norman memang langsung terbang ke Souland setelah mendengar Martin telah kembali."Martin!" Adama langsung menghambur memeluknya.Martin balas memeluk sambil tersenyum. Norman yang melihat wajah Martin separuh buruk rupa membuatnya sedih, ia tidak pernah menyangka kalau keponakannya menjadi seperti itu.Adama melepaskan pelukannya. "Kondisi kamu, kenapa seperti ini?""Aku tidak apa, asalkan kalian sudah mengenaliku itu lebih dari cukup," jawab Martin lembut.Adama menghela napas, melihat kondisi saudaranya seperti itu, jelas saja membuatnya sedih, ia yakin kalau Martin telah melewati masa sulit."Lama tidak bertemu Paman," sapa Martin, memeluk Norman yang sudah terlihat semakin tua.Norman balas memeluk Martin, sedikit menepuk-nepuk punggungnya. "Syukurlah kamu baik-baik saja."Martin melepaskan pelukannya, ia tersenyum menatap Norman dan Adama,
Matias tidak mempermasalahkan Ibunya mengencani siapa pun, tetapi yang membuat ia bingung kenapa tiba-tiba, ditambah pria yang dikencani buruk rupa.Melihat Matias yang menatapnya dengan seksama. Martin menyadari kalau putranya tersebut mengenali dirinya saat pertama kali bertemu di gunung Soul."Kita bertemu lagi," ucap Martin sambil tersenyum."Astaga ... jadi benar itu kau Paman!" Matias terlihat terkejut, kemudian bertanya, "Paman mengenal Ibuku?""Tunggu dulu, kalian sudah saling kenal?" sela Jessica diantara Suami dan Putranya.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi kami pernah bertemu satu kali, saat anak kita bolos sekolah ke gunung Soul.""Astaga ...." Jessica menutup mulutnya tidak percaya, ternyata ada sebuah kebetulan seperti itu bukan hanya di film-film saja.Matias mengernyitkan dahi ketika Paman buruk rupa itu menganggapnya sebagai anak. Ia menatap sang Ibu yang tampak sangat tergila-gila dengan sosok tersebut, terlihat dari sorot matanya.Pemuda itu ingin bertanya
Jessica tidak merasa sama sekali kalau Suaminya buruk rupa, ia masih memperlakukannya sama seperti dulu, ketika ia masih sangat tampan.Mereka berdua keluar dari Mansion Luther. Martin dan Jessica sedikit terkejut ketika melihat semua bawahannya berbaris di halaman Mansion. Adrian, Zarko, Jimy, Ivan dan Sulivan berdiri paling depan memimpin mereka semua."Selamat datang kembali Tuan!" sapa semua bawahan Martin serempak sambil membungkukkan badan.Martin merasa terharu melihat mereka semua masih menghargainya, padahal ia sudah berprasangka buruk kepada mereka semua dan tidak berani memunculkan wajah buruk rupanya.Jessica merangkul lengan sang Suami, Martin menoleh menatap sang Istri, terlihat Jessica tersenyum padanya sambil menganggukkan kepala.Martin meminta para bawahannya untuk berdiri tegap kembali, mereka semua pun langsung berdiri tegap siap mendengarkan apa yang akan pemimpinnya katakan."Terima kasih untuk kalian semua yang sudah menjaga keluargaku dengan baik ... dan maaf, s
Semua orang yang ada di sana tercengang, mereka semua tidak menyangka kalau Istri Tuannya tidak merasa jijik sama sekali dengan kondisi wajah Martin.Celine yang tertegun segera tersadar, ia memberikan kode kepada semua pengawal penjaga Mansion agar pergi meninggalkan tempat tersebut.Mereka semua pun bergegas pergi sesuai dengan kode yang Celine berikan agar tidak mengganggu pertemuan kembali Tuan mereka.Celine tersenyum ketika ikut keluar dengan para penjaga Mansion. Ia juga merasa lega melihat Martin yang ternyata masih hidup.Martin membalas kecupan Jessica, ia memeluk wanita yang telah ditinggalkannya tersebut selama belasan tahun lamanya, ia memeluk tubuhnya dengan erat.Keduanya melepaskan cumbuan mereka, terlihat Jessica memegang kedua pipi Martin. "Selama ini ... kamu pasti menderita sendirian," ucapnya lembut.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, kalian lah yang lebih menderita dariku, maaf."Air mata mereka berdua tidak terbendung lagi, keduanya kembali berpelukan melepa
Zarko dan Adrian sampai di pantai Heracles, di mana Jimy mengatakan terlihat di salah satu CCTV jalan dekat dengan pantai.Mereka berdua turun dari mobil mendongak menatap CCTV yang ada di sebuah tiang pinggir jalan."Zarko, apa kamu yakin kemungkinan beliau ada di sini?" tanya Adrian sambil menatap tepi pantai yang tampak sangat sepi."Jangan banyak bertanya, kita cari jejaknya!" tegur Zarko yang langsung berlari ke arah CCTV menyorot.Adrian berdecak kesal, pasalnya jika Zarko sudah bergerak, pria itu tidak akan menyerah sampai apa yang ia inginkan terpenuhi.Mereka berdua pun menyusuri pantai Heracles sepanjang malam. Namun, keduanya tidak menemukan apa pun di sana."Ah ... aku lelah." Adrian ambruk di pantai, telentang menatap langit yang mulai cerah.Zarko menghela napas, ia juga berhenti dan duduk di sebelah rekannya tersebut sambil mengacak-acak rambutnya. Karena tidak berhasil menemukan apa pun di sana."Tuan, di mana kamu sebenarnya?" gumam Zarko.Adrian menoleh mendengar reka