Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas211. SWEET MOMENT (Bagian A)Aku berbalik dan menatap mereka semua dengan pandangan tajam, Ibu-ibu itu sontak berhenti melanjutkan hujatannya padaku dan menunduk dalam.Namun tidak dengan Devi, dia menatapku sambil menyeringai mengejek. Seolah menertawanku dengan kepuasan akibat hujatan yang aku terima.Dasar sialan!Manusia tidak tahu malu, bagaimana bisa dia menatapku seperti itu? Sedangkan aku tahu, kalau dia bahkan tidak lebih baik dariku.Aku berjalan mendekati mereka dan menatap mereka satu persatu, tidak ada yang lebih baik dariku. Tapi kenapa mereka berani menghujatku?Aku saja tidak pernah menghujat mereka, aku tidak pernah mengucapkan satu patah kata pun untuk menggosipi mereka.Tapi, kalau mereka jangan ditanya. Menceritakan aku adalah kewajiban tersendiri bagi mereka, dari masalah KDRT yang aku alami, perselingkuhan Bang Gery, pertengkaranku dengan Ika beberapa hari kemarin, dan juga hari ini?Wah, banyak juga ya. Apa di kampung ini
212. SWEET MOMENT (Bagian B)Walau sebentar lagi aku dan Bang Gery sudah sah tidak mempunyai hubungan apa-apa, tapi diantara kami ada Ibra. Dan aku juga tidak boleh egois, karena mereka pun memang berhak ikut mengasuh Ibra.Jika mereka baik maka aku juga akan baik, namun mereka kembali bertingkah maka aku tidak akan diam saja."Belanjaan Mbak mana?" tanya Sarah karena tidak melihat aku membawa belanjaan."Oh ini, ini punya Ambar semua," ujar Surya mendekat.Sarah dan Tuti lantas menatap Surya dari atas ke bawah, sedikit banyak mereka pasti mengenal Surya karena polisi ini lah yang menangani kasus ku dulu dan juga Bang Gery.Sarah mengernyit heran, dan menatapku juga Surya secara bergantian. Matanya menyiratkan bahwa dia penasaran dengan hubunganku, dan juga polisi muda ini. "Kalian kesini barengan, Mbak?" cetus Sarah ingin tahu."Iya, kita ke sini barengan," sahut Surya sambil tersenyum. "Ayo pulang, aku sudah keberatan!" katanya padaku.Aku menatapnya tajam, memberi isyarat agar dia
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas213. SUASANA YANG CANGGUNG (Bagian A)POV AUTHORAmbar mengajak Surya masuk melalui pintu belakang, pakaian mereka yang basah kuyup akan membasahi semua ruangan jika mereka nekat masuk melalui pintu depan.Resikonya bukan main-main, diamuk oleh Ibu negara bukanlah hal yang menyenangkan. Makanya Ambar lebih memilih memutari teras samping, dan merelakan tubuhnya semakin lama menahan dingin.Tidak apa-apa menggigil, asal Ibu tidak mengamuk. Begitulah pikirnya. Namun langkah Ambar terhenti saat dia bisa melihat dua buah motor yang sedang terparkir manis di teras samping, motor Galuh dan juga motor Usman.“Ada apa?” tanya Surya penasaran.Dia menurunkan ayam yang dijinjingnya ke lantai, dan menepuk bahu Ambar sehingga sukses membuat si empunya bahu tersentak kaget.“Wah, ngajak gelut? Kalau aku jantungan bagaimana?” tanya Ambar sewot.Dia berbalik dan menatap Surya dengan pandangan tajam, namun yang ditatap malah bersikap cuek dan kembali mengambil a
214. SUASANA YANG CANGGUNG (Bagian B)"Jadinya untuk apa?" tanya Galuh lagi."Untuk Surya," kata Ambar singkat.Galuh terdiam beberapa saat dan kemudian menghela nafas panjang, seolah tengah lelah dan di bahunya ada beban besar yang menimpanya."Kak, sedekahlah ke tempatnya. Pada orang-orang yang memang berhak!" ujar Galuh serius.Ambar mengernyitkan dahinya saat mendengar ucapan pedas dari adiknya, sedekah? Siapa yang mau bersedekah?Jelas Ambar kebingungan, karena yang mau ambar lakukan memang sangat jauh dari perkiraan Galuh."Dia itu polisi, Kak. Uangnya banyak, dan kabarnya keluarga Surya juga kaya raya. Kenapa Kakak mau memberikan bajuku padanya? Aku tidak rela!" kata Galuh sambil merengut.Plak!Kepala Galuh tertunduk karena dikeplak oleh Ambar, wanita cantik itu menatap Galuh dengan pandangan gemas."Aduh! Sakit, Kak!" sungut Galuh tidak terima."Biarkan! Biar otakmu jalan, jangan cuma didiamkan hingga berkarat!" kata Ambar sadis."Surya lagi di dapur, sudah setengah jam dia k
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas215. SARAN DOKTER INDRA (Bagian A)POV ELLEN[Assalamualaikum, Ellen.]Suara di seberang sana menyapa saat telepon pertama kali tersambung, jantungku berdegup kencang. Entah kenapa aku merasa kepalaku sangat sakit saat ini, sambil bersandar di dinding aku mencengkram ponsel dengan kuat.[Ellen, kamu di sana?] Suara dokter Indra kembali terdengar, kali ini lebih panik dan juga terburu buru. Aku belum menyahut panggilannya, dan masih sibuk menetralkan rasa sakit yang tengah menyerang saat ini.[Ellen!]“Dok, rasanya sakit,” lirihku pelan.[Jelas saja terasa sakit, bukankah sudah ku bilang? Kamu harus dirawat!] Pekik dokter Indra marah.Kedip!Kedip!Kedip!Beberapa kali kedipan, dan Alhamdulillah kepalaku sudah mulai berangsur membaik. Pusingnya berkurang, dan aku sudah bisa bernafas dengan teratur.“Dok, obat yang dokter kirim sepertinya sudah tidak banyak membantu,” gumamku pelan.[Itu hanya vitamin dan obat penawar rasa sakit Ellen, bukan obat
216. SARAN DOKTER INDRA (Bagian B)Dia menggedor pelan pintu kamar mandi, di mana saat ini aku tengah berada di dalam."Dok, aku tunggu obatnya." Aku berujar sepihak.[Jangan keras kepala, Ellen!]Pip!Aku mematikan, ponsel yang aku pegang tanpa berpamitan. Segera setelahnya aku memasukkan ponsel itu ke dalam saku tunik yang aku pakai, sambil membenarkan hijab, aku membuka kunci kamar mandi."Lama banget? Kamu konser di dalam?" tanya Bang Galuh sewot."Ini sudah yang kedua kali loh, Bang. Tadi aku udah keluar, tapi mules lagi," kataku sambil nyengir.Bang Galuh hanya menggeleng kecil, lantas merangkul bahuku. Dia mengajakku duduk di meja makan, sedangkan dia sendiri malah kembali ke arah kulkas.Membuka benda besar itu, dan menunduk. Mencari sesuatu yang aku sendiri tidak tahu itu apa, namun tak lama kemudian aku langsung bersorak gembira.Brownies, kenapa Ibu tidak bilang dari tadi, sih? "Mau?" tanyanya padaku."Mau, mau, mau!" kataku antusias, sambil mengangguk semangat.Bang Galuh
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas217. MENDEKATI JANDA (Bagian A)“Tu—Tunggu! Tunggu dulu!” ujar Bang Galuh histeris.“Kakak mau menikah dengan Surya? Yang benar saja!” katanya sewot.Aku juga belum tersadar dari keterkejutanku, ucapan Kak Ambar benar-benar membuat aku terkejut batin. Dia mau menikah? Dengan Surya? Wah ….“Kenapa?” tanya Kak Ambar cuek.“Kenapa? Kenapa Kakak bilang?” tanya Bang Galuh heran.Sedangkan aku hanya menjadi pendengar setia untuk adu mulut mereka, adik kakak yang tengah bersitegang hanya gara-gara satu orang polisi.Sebenarnya aku juga tidak mengerti dengan pemikiran Bang Galuh, kenapa harus selebay itu? Yah, wajar saja kalau Kak Ambar mau menikah, toh dia tidak menyalahi aturan agama juga, kan?“Kakak single, Surya single, masalahnya di mana sih?” tanya Kak Ambar heran.Aku ikut mengangguk, penasaran dengan jawaban yang akan Bang Galuh berikan. Kami berdua menunggu jawaban Bang Galuh, sedangkan yang bersangkutan malah melihat ke arahku dan juga kak A
218. MENDEKATI JANDA (Bagian B)"Bego, ya nggak lah!" kata Kak Ambar ketus. "Kakak nggak mau nikah lagi, kok," lanjut Kak Ambar santai.Aku dan Bang Galuh sontak saling berpandangan, kata-kata Kak Ambar membuat kami terkejut sekali. Apa perbuatan yang dilakukan Bang Gery menimbulkan trauma padanya?Tapi, kelihatannya Kak Ambar baik-baik saja berdekatan dengan laki-laki. Dia tidak mengalami panik atau pun ketakutan yang berlebih.“Kenapa?” tanya Bang Galuh heran.“Entahlah, Kakak cuma takut kejadian yang dulu terulang lagi,” kata Kak Ambar lirih.“Kak ….” lirih Bang Galuh sedih.Kak Ambar menunduk, dia terlihat sangat rapuh saat ini. Yah, kami semua lupa. Melihat Kak Ambar tertawa lepas, belum tentu bebannya juga lepas.Melupakan kejadian buruk yang dialaminya, jelas bukanlah hal yang mudah. Diselingkuhi, dikhianati, dan dianiaya, jelas meninggalkan trauma yang sangat mendalam.Kami yang terlalu egois, karena memaksanya untuk bersikap biasa dan melupakan semuanya dengan cepat. Sedangka