Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas188. JATUH TALAK UNTUK IKA (Bagian A)POV ELLENAKak Ika terdiam setelah Bang Usman mengucapkan kata 'cerai' untuknya, wajahnya terlihat linglung dan juga bingung.Dia menatap Bang Usman dengan pandangan gamang, bibirnya bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun tak ada satu patah kata pun yang keluar."A—abang bercanda, kan?" tanyanya pelan.Nyaris berbisik, hampir tak terdengar oleh kami. Namun suasana yang hening dan juga dingin, membuat telinga kami semua mampu mendengar bisikannya dengan jelas."Tidak! Aku serius!" ujar Bang Usman dengan tegas. "Pulanglah, tenangkan dirimu bersama keluaragamu!" katanya lagi sambil memalingkan wajah.Nada bicara Bang Usman terdengar bergetar, saat mengucapkan kata 'keluargamu', karena memang sampai sekarang keluarga Kak Ika sama sekali belum ada yang datang ke sini.Mereka sepertinya tidak berniat untuk mengucapkan bela sungkawa, dan menghibur kami yang baru saja di tinggalkan oleh kedua orang tua k
189. JATUH TALAK UNTUK IKA (Bagian B)Aku dan yang lainnya menggeleng kecil, merasa tak percaya dengan semua lontaran tuduhan yang Kak Ika ucapkan.Bagaimana bisa dia menuduh hal sekeji itu pada kami? Khususnya pada Bang Usman dan juga Kak Ambar, bukankah dia yang seperti itu?Kenapa maling malah teriak maling? Toh dia yang berselingkuh, kenapa malah menuduh Bang Usman? Dia playing victim dan malah berlagak menjadi seorang korban."Astaghfirullahaladzim, Kak," kataku pelan. "Kenapa Kakak malah menuduh Bang Usman yang berselingkuh padahal ….""DEK!" Ucapanku terhenti karena pekikan Bang Usman, dia menggeleng pelan dan aku sadar kalau aku baru saja hampir mengucapkan sesuatu yang bukan ranahku.Hal ini, mengenai perselingkuhan Kak Ika, hanya Bang Usman yang berhak mengatakannya. Dan Bang Usman bertekad tidak akan mengungkapkan pada siapapun, kalau Kak Ika berselingkuh.Jika mereka bercerai pun, biarlah orang tahu kalau mereka bercerai karena sudah tidak ada kecocokan lagi di dalam ruma
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas190. MALING TERIAK MALING (Bagian A)Kak Ika dan juga Ibunya masih memaki Bang usman dengan segala bentuk makian dan juga kata-kata kotor, yang jujur saja baru aku dengar.Karena memang seumur hidup aku tidak pernah mendengar orang memaki sebegini beringasnya seperti saat ini, Kak Ika menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Bu Marni.Ruri mengusap punggungnya dengan lembut, dan aku hanya bisa menghela nafas berat saat melihat drama yang ditampilkan oleh orang-orang di depan sana.Maaf, bukan drama sepertinya. Karena Bu Marni dan juga Ruri memang belum mengetahui alasan Bang Usman menceraikan Kak Ika, mereka hanya tahu kalau Abangku ini tengah marah besar juga khilaf sehingga menjatuhkan talak.."Usman, tega sekali kau menceraikan Ika. Apa kurangnya dia? Hah?" tanya Bu Marni sambil terisak perih.Di sudut hatiku yang paling dalam, aku kasihan padanya. Dia begitu membela harkat dan martabat anak perempuannya, namun dia tidak mengetahui kalau anak y
191. MALING TERIAK MALING (Bagian B)Enak saja, Kak Ambar yang tidak tahu apa-apa malah di maki-makinya dengan sadis. Padahal dia yang bersalah, malah berlagak menjadi korban.Bisa-bisanya Kak Ika berubah sebegini pesatnya, padahal dia dulu tidak begini. Dia dulu adalah wanita yang baik dan juga sopan, begitu setia mendampingi Bang Usman.Merintis usaha dari nol, ya walau banyak bantuan yang diberi oleh Bapak, namun Kak Ika cukup bisa di beri empat jempol. Dia tidak pernah mengeluh sama sekali.Namun kenapa dia sekarang sangat berubah? Dia menggadaikan kebahagian keluarganya oleh kebahagiaan sesaat yang datang padanya."Sialan kau Ellena! Apa yang kau tahu, Hah? Kau jelas akan membela Abangmu, walaupun Abangmu bersalah. Asal kau tahu d UGia berselingkuh di belakangku dengan Ambar!" katanya ketus."Ika! Jaga bicaramu!" bentak Bang Usman dengan kuat."Usman! Jangan berani kau membentak anakku!" balas Bu Marni dengan ketus."Sudah berani selingkuh, dan sekarang kau mau membentak-bentak a
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas192. PERMINTAAN KONYOL BU MARNI (Bagian A)"Ikaaaa …."Bu Marni meraung dan segera mendekati tubuh Kak Ika yang lunglai ke lantai, tepat di bawah kakiku."Ya ampun, Ika. Kamu kenapa, Nak?" isak Bu Marni sambil.mengusap wajah Kak Ika yang seperti orang linglung."B—bu, a—aku … a—aku …." Kak Ika meracau, namun matanya terlihat kosong. Aku yang melihatnya, jujur saja merasa kasihan dan juga iba.Dia lah Kakakku, selama bertahun-tahun kami hidup sebagai saudara. Dan hanya karena kesalahannya yang sesaat, namun cukup fatal, hubungan kami menjadi renggang dan menjauh.Ya Allah, aku menepuk dadaku dan memalingkan wajahku. Tak sanggup rasanya aku menatap keadaan Kak Ika, jika aku saja tak sanggup, bagaimana pula dengan Bang Usman?Dengan cepat aku menoleh ke kanan, di mana Bang Usman duduk. Keadaan Abangku itu juga sangat memprihatinkan, dia menatap Kak Ika dengan penuh cinta.Namun juga ada kebencian di sana, ada kekecewaan dan juga kemarahan yang dal
191. PERMINTAAN KONYOL BU MARNI (Bagian B)"Anggap saja itu kekhilafannya, dan maafkan dia. Tarik kembali ucapan talakmu, maka kami akan memaafkan kamu!" katanya dengan santai, namun terlihat pongah di saat bersamaan.Wait, wait, waittttt!Gimana, gimana?Maksudnya Abangku yang bersalah, begitu? Dan Bang Usman butuh maaf dari mereka, begitu? Oh, waw …."Apa maksud Mama?" tanya Bang Usman dengan nada tersinggung. "Mama mau aku menarik kata talak yang baru saja aku ucapkan, dan malah memaklumi kesalah Ika? Begitu? Benar?" tanya Bang Usman ketus."Wah, pantas saja Ika menjadi seperti ini. Ternyata memang anda tidak bisa mendidiknya dengan baik!" kata Bang Usman tegas.Bu Marni dan Kak Ika serta Ruri melotot dan menatap Bang Usman dengan pandangan kaget, begitu juga denganku yang terkejut setengah mati.Sepertinya batas kesabaran Bang Usman telah habis, karena aku bisa melihat wajahnya yang memerah dan juga mimiknya yang tidak menampakkan penyesalan sedikitpun karena sudah berbicara hal y
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas192. KEDATANGAN PAK LURAH (Bagian A)"Bang!" pekikku pada Bang Galuh.Bersyukur luar biasa akan kedatangannya, karena aku memang membutuhkan personil tambahan saat ini untuk membantu kami membantai keluarga ini.Aku langsung beranjak dan mendekati Bang Galuh yang masih di pintu, sambil berjalan aku menjulurkan lidahku ke arah Ruri dan suaminya.Pasangan suami istri itu dengan kompak membuang muka, dan mendengus kasar. Haha, rasakan. Mana yang katanya mau menamparku? Hah?"Abang kok, nyusul?" tanyaku dengan manja, sambil merangkul lengannya aku menarik Bang Galuh menuju ke sofa."Kamu lama banget di sini, tadi Aksa nangis di rumah," katanya sambil melirik ke arah Bang Usman."Loh, Aksa mana? Nggak Abang bawa sekalian?" tanyaku sambil celingak-celinguk ke belakang tubuh Bang Galuh.Suamiku itu menggeleng, dan aku pun merutuki diriku yang sampai melupakan keberadaan keponakanku itu. Terakhir aku tinggal ya setelah dia habis aku suapi makan tadi pa
193. KEDATANGAN PAK LURAH (Bagian B)Bang Usman dan Bang Galuh sontak menahan tawa, saat mendengar ucapanku. Sangat amat berbeda dengan reaksi yang keluarga Kak Ika keluarkan."Intinya, Abangku sudah tidak mau melanjutkan pernikahan kalian. Dan talak sudah dijatuhkan, sebagai pihak laki-laki kami akan bertanggung jawab untuk mengurus perceraian ke pengadilan agama!" kataku panjang lebar."Aku mohon agar kalian pun bisa bekerja sama, perselingkuhan bukanlah hal yang mudah untuk dimaafkan. Bang Usman juga pasti berat melakukan hal ini," lanjutku lagi.Keluarga Kak Ika terdiam dan saling memandang, entah apa yang mereka pikirkan namun aku tidak peduli.Yang aku pedulikan hanya satu! Pembicaraan ini harus segera diselesaikan, aku mengantuk, dan aku mau tidur hingga shalat Dzuhur."Oke, aku mau bercerai!" lata Kak Ika tiba-tiba. "Asal ….""Assalamualaikum!"Ucapan Kak Ika terhenti akibat suara seseorang yang mengucapkan salam di luar sana, padahal aku sangat menantikan kata-kqta Kak Ika ta