127. KEPUTUSAN GERY (Bagian B)"Bu—bukan begitu maksud Abang, Dek!" kata Bang Gery tergagap.Aku menggeleng miris, wajah garang yang selalu ditunjukkannya padaku, tak terlihat sedikitpun saat ini. Dulu, jangankan membujuk dan merayuku, Bang Gery lebih sering mengayunkan tangan kekarnya itu untuk menyakitiku.Tapi sekarang, dengan Tuti dia begitu berbeda. Lembut, tanpa amarah sama sekali, padahal Tuti telah marah-marah dan berkata begitu tinggi padanya.Aku dulu, jangankan marah-marah, bahkan untuk mengemukakan pendapatku saja aku begitu ketakutan. Takut jika kata-kataku salah, dan ujung-ujungnya tubuhku harus menanggung akibatnya, dipukuli olehnya."Jadi? Jadi apa? Hah?!" pekik Tuti dengan kuat."Aduh, kalau mau bertengkar silahkan di rumah kakian sana. Jangan di sini, mengganggu kenyamanan orang lain saja!" kataku santai."Heh, sialan! Jangan ikut campur kau, ini urusanku dengan suamiku!" kata Tuti nyolot.Wah, lama-lama aku bisa terikut emosi saat menghadapi wanita sundel ini. Waja
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas128. KETIKA CINTA DI UJI (Bagian A)Tuti dan juga Ambar menganga kaget saat mendengar penuturan yang Gery keluarkan, mereka tidak habis pikir dengan apa yang Gery baru saja katakan.Bagaimana bisa ada lelaki yang begitu maruk seperti laki-laki ini? Bahkan Ambar dan Tuti tidak bisa mencerna dan memahami maksud dari perkataan Gery tadi. "Apa maksudmu Bang?" tanya Tutik dengan geram.Tangannya mengepal dengan kuat, dan giginya terkatup rapat. Pertanda amarahnya tengah membubung tinggi, melihat kelakuan suaminya itu."Aku, a—aku, Aku …." kata Gery tiba-tiba tergagap.Dia terlihat gugup entah karena apa, dan tergagap tidak jelas saat berbicara. Apalagi saat melihat pandangan Tuti yang seolah ingin membunuhnya."Bicara yang benar!" kata Tuti naik pitam."Ma—maksud, maksud A—abang adalah be—begini …." ujar Gery masih tergagap, padahal terlihat sekali kalau dia tengah berusaha berbicara.Melihat kegagapan yang Gery tunjukkan, Tuti benar-benar emosi, de
129. KETIKA CINTA DI UJI (Bagian B)Dan Ambar segera bergegas pergi sebelum Gery berhasil mencekal kembali tangannya, dia meninggalkan Gerry dan Tuti yang masih terpaku dengan kepergiannya dan menatap dia dengan pandangan yang berbeda.Ambar tidak peduli, setidaknya saat ini dia ingin hidup tenang dan juga nyaman. Jika Gery memang mau berubah dan mau menuruti ketiga persyaratan yang diajukannya, maka Ambar akan berpikir kembali tentang hubungan ini.~Aksara Ocean~POV ELLENABang Galuh terlihat lahap saat memakan masakan yang kubuat, dia kelihatan sangat senang hari ini, dia bercerita banyak hal, tentang kursusnya dengan Wak Ijal, tentang bengkelnya, dan tentang teman-temannya yang sudah lama tidak ditemui.Saat selesai makan malam, kami duduk santai di teras. Walau yang dilihat hanya lalu lalang kendaraan, namun setidaknya lelah di pikiran kami sedikit berkurang."Dek, InsyaAllah hari Rabu besok bengkel sudah bisa di buka," kata Bang Galuh sambil menyeruput teh hangat yang tadi aku b
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas130. ROMI (Bagian A)Pagi ini terasa begitu tenang, Bang Galuh sudah berangkat ke rumah Wak Ijal, dan aku sedang duduk di teras seorang diri. Merenungi banyak hal yang akhir-akhir ini sedang mengganggu pikiranku.Mataku menerawang jauh ke depan sana, menatap kendaraan yang berlalu lalang ke sana ke sini. Melihat orang-orang yang terlihat begitu semangat menjalani hari, membuat aku bertanya-tanya.Apakah mereka tidak mempunyai masalah? Apakah hidup mereka damai-damai saja? Ataukah sebenarnya karena mereka pandai menyembunyikan masalahnya?Jujur saja, masalah yang kuhadapi mungkin tak seberat mereka-mereka di luaran sana. Hidupku nyaman, di kelilingi oleh orang-orang baik, suami yang penyayang dan keluarga yang selalu berpihak padaku.Dari segi ekonomi aku juga tak kekurangan, bahkan bisa dikatakan ekonomi keluargaku cukup berlebih. Tak pernah merasakan kekurangan ekonomi dan juga kasih sayang, tapi kenapa aku merasa tidak cukup? Kenapa aku merasa
130. ROMI (Bagian A)Aku kembali bergerak tidak nyaman di kursiku, saat mendengar ucapan yang dikeluarkannya. Mungkin dia memahami gestur tubuhku yang tidak nyaman, sehingga Romi dengan sopan pamit kepada Kak Luna dan kepadaku. Sehingga aku bisa bernafas lega saat memandang kepergiannya."Kak! Kenapa, sih harus bertanya seperti itu?" Aku protes kepada Kak Luna yang hanya cengengesan."Memangnya kenapa?" tanyanya tak merasa bersalah sedikitpun.Hah ….Aku menghela nafas dalam, karena percuma saja berbicara dengan Kak Luna, dia tidak akan peduli dengan apa yang aku ucapkan."Ngomong-ngomong, Kakak ngapain kesini?" tanyaku setelah beberapa saat hening."Oh, Kakak sampai lupa, Kakak mau ngasih gosip terbaru buat kamu," katanya sambil menyeringai seram."Gosip? Gosip apa?" tanyaku tak berminat."Yakin kamu nggak tertarik?" tanya Kak Luna berhasil membuatku penasaran."Apa sih, Kak?" tanyaku setengah memaksa."Tadi ada yang lihat Gery dan Tuti tengah bertengkar di tengah jalan, sehingga Ger
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas131. SEPEDAS BON CABE LEVEL 50 (Bagian A)Aku mengernyit heran saat melihat, ada Bang Gery yang mengikuti langkah Kak Ambar dengan santai.Dia tersenyum manis ke arah Ibu dan aku, namun Ibu langsung memalingkan wajahnya seolah tak suka dengan kedatangan Bang gery yang tidak diundang.Sedangkan Kak Ambar sendiri menatap kami dengan pandangan tak enak, dia seolah tengah tertekan. Dia langsung masuk ke dalam rumah diikuti oleh ku dan juga Ibu.Kami berdua mengekori Kak Ambar sampai ke dalam rumah, sedangkan Bang Gery sendiri saat ini sedang berada di ruang tamu."Ambar! Apa-apaan kamu? Bagaimana bisa Gery berada di sini? Kamu ngajak dia ke sini?" tanya Ibu buru-buru. "Untuk apa? Dia itu bakalan mengacau nantinya," ujar Ibu lagi.Kak Ambar menghela nafas dengan lelah, dia meletakkan belanjaannya di atas meja makan lalu menatap aku dan ibu secara bergantian."Aku juga tidak tahu, Bu. Tadi ketika aku pulang dari warung dia mengikutiku, ketika aku meng
132. SEPEDAS BON CABE LEVEL 50 (Bagian B)Sepertinya Bang Gery ini mau bersikap ‘ndablek’, mau masa bodoh dengan apapun yang kami ucapkan. Karena dia terlihat dengan lahap memakan makanan yang ada di piringnya, tanpa menghiraukan kami yang berdiri di sini dan menatap dirinya dengan pandangan jijik. Dia bahkan tidak menghiraukan pandangan membunuh yang Ibu layangkan padanya.“Enak sekali masakan kamu, Dek!” katanya sambil tersenyum puas.Dasar tidak tahu diri! Makiku dalam hati.“Beruntung banget Abang punya istri kayak kamu,” katanya kembali memuji Kak Ambar.Namun sepertinya Kak Ambar sudah terlanjur jijik dengan Bnag gery, karena aku bisa melihat dia memalingkan wajah dan membuat gestur muntah.“Iya, tapi anakku yang tidak beruntung punya suami seperti kau!” kata Ibu dengan ketus.Bang Gery terdiam namun sebentar kemudian dia langsung tersenyum lebar seolah tak mendengar nada ketus Ibu, aku salut sih. Mukanya tebal sekali, pasti stok rasa malunya sudah habis. Makanya dia tidak puny
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas133. POV AJENG (Bagian A)POV AJENG"Be—beneran, Bu?" tanya Gery dengan suara serak.Karena dia tadi memang tersedak dengan sangat hebat, terbatuk-batuk sampai membungkuk. Aku bahkan tadi sempat khawatir, kalau Gery bakalan mati dan rumahku dijadikan TKP.Tapi Alhamdulillah, dia membaik setelah minum dua gelas air. Tadinya sih dia berharap Ambar yang mengambilkan, tapi sayangnya Ambar malah berpaling dan tidak mau melihat Gery barang sedetikpun.Aku dan Ellen menahan tawa bersamaan, menantuku itu malahan santai memakan keripik pisang. Aku senang melihatnya, setidaknya dia tidak terpuruk akan kejadian kemarin.Atau karena hanya dia belum tahu? "Bu, beneran Ibu nggak bakal ngasih Ambar apa-apa?" tanya Gery lagi. "Jangan begitu, dong, Bu," katanya merayu.Ucapannya menyentak lamunanku tentang kehidupan Galuh dan Ellen selanjutnya, mataku beralih menatap mantan menantu kesayanganku itu dengan pandangan jijik.Dan langsung menghela nafas panjang saa
235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y
233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k
231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu
229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg
228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den