Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas118. KEMBALI KE RUMAH (Bagian A)Ketika sampai di rumah aku langsung merebahkan tubuhku ke atas ranjang, ranjang yang sudah hampir satu minggu tidak aku tiduri karena aku harus menginap di rumah sakit akibat kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Mertuaku dan juga yang lainnya masih berada di luar, tepatnya di ruang tamu. Mereka sedang berbincang kecil dengan Bang Marwan dan juga Bang Sugeng yang sedang berkunjung dan menjenguk Bang Galuh.Sedangkan orang tuaku dan juga Bang Usman telah pulang ke rumah masing-masing, setelah tadi mengantar kami sampai disini, mereka mengatakan akan kembali lagi besok pagi.Sedangkan di dapur Kak Dewi dan Kak Ambar sedang memasak untuk makan malam.Aku sebenarnya ingin membantu tetapi mereka memperlakukanku seolah aku adalah anak kecil. Suasana di kamarku tidak berubah masih menenangkan dan juga mampu membuat tubuhku nyaman.Akibat tubuh yang lelah dan juga perjalanan yang jauh aku merasa sangat mengantuk dan tida
119. KEMBALI KE RUMAH (Bagian B)Perbuatannya yang mencuri di kebun sawit miliknya, hingga menyebabkan keluarga mereka rugi puluhan juta, dan juga tindak penganiayaan yang dilakukannya pada Ambar, adalah kesalahan yang tidak bisa ditolerir lagi.Menjelang tengah malam Sugeng dan juga Marwan pamit untuk pulang, setelah sebelumnya sempat ikut makan malam dan juga berbincang puas dengan Galuh.Mereka seolah menyalurkan rindu yang sudah satu minggu ini mereka tahan, akibat tidak bertemu dengan temannya ini, apalagi Galuh dirawat di rumah sakit di kota yang jauh dari desa mereka.Setelah Marwan dan Sugeng pulang, rumah tiba-tiba terasa sangat sepi. Ambar dan juga Dewi sudah masuk ke dalam kamar tamu, yang tertinggal di ruang tamu hanyalah Abdul yang akan tidur di sofa malam ini.Sedangkan Ajeng kini tengah berada di teras, bersama dengan Galuh. Ajeng sudah membulatkan tekadnya untuk memperbaiki hubungannya, dengan anak lelaki satu-satunya itu.Hening dan sepi melingkupi mereka berdua, kare
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas120. RENCANA GERY DAN TUTI (Bagian A)Pagi ini suasana terasa hangat di rumah Ellen dan Galuh yang biasanya sangat sepi, kini ada Ajeng, Dewi, Abdul serta Ambar juga Ibra di sana, mereka semua tengah menikmati sarapan pagi dengan tenang dan juga nyaman.Sesekali obrolan kecil dan juga ocehan imut Ibra turut mengiringi sarapan pagi mereka, suapan demi suapan makanan yang dimasak Ambar dan juga Dewi terasa sangat enak pagi ini.Tidak ada suasana canggung lagi antara Ajeng dan Galuh, yang ada hanyalah aura hangat kekeluargaan. Ajeng sangat perhatian dengan Galuh dia mengambilkan makanan anaknya ke dalam piring, dan memberikan obat yang sudah dibuka kepada anak dan menantunya itu.Dewi dan Ambar yang melihat kedekatan antara ibunya dan juga adiknya merasa sangat senang, mereka tahu hal inilah yang diinginkan Galuh dari dulu.Hal sederhana namun sangat sulit dilakukan oleh Ajeng, hal sederhana yang sangat sulit didapatkan oleh Galuh. Namun kini semua
121. RENCANA GERY DAN TUTI (Bagian B)"Bang! Abang bilang akan mengambil motor itu, tapi mana buktinya?" ucap Tuti dengan manja.Dia tengah bersandar di bahu Gery, saat ini mereka tengah duduk di bibir ranjang. Pakaian Tuti yang seksi dan juga amat menggoda membuat mata Gery jelalatan ke sana ke mari.Dan dengan santainya Tuti semakin menentukan tubuhnya, sehingga Gary bisa melihat belahan dada Tuti yang berisi. Gerry menelan ludah melihat pemandangan itu, namun ketika dia hendak mencicipi hidangan yang diberikan oleh Tuti, si empunya badan menghindar ke samping sehingga Gerry hanya menggapai angin."Jangan harap kamu bisa menyentuhku Bang sebelum motor itu sampai ke tanganku," ujar Tuti dengan ketus."Dek, Iya! Pasti akan abang usahakan, tapi kamu harus sabar! Karena motor itu kan sekarang ada di tangan Ambar, jadi Abang harus pelan-pelan dan mengatur strategi untuk mengambilnya kembali," kata Gery berusaha meyakinkan Tuti."Halah … Bilang saja Abang memang sengaja, memberikan motor
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas122. KEKESALAN RATMI (Bagian A)POV AUTHOR"Assalamualaikum!" "Waalaikumsalam, hati-hati ya, Bang!" Ellena memandang kepergian Galuh dengan sunggingan senyuman di bibir, Galuh sudah sangat sehat sekarang. Lelaki dua puluh delapan tahun itu kini sudah bisa kembali menjalankan aktivitasnya seperti biasa.Pagi ini dia akan mendatangi Wak Ijal untuk kembali belajar tentang reparasi alat elektronik, yang kemarin sempat ditinggalkannya karena sakit.Galuh juga akan mengecek bangunan bengkelnya, karena Gitok tadi malam mengirimkan pesan melalui Wa, dan mengatakan kalau kalau bangunan itu akan segera rampung.Galuh berharap bangunan bengkel itu rampung bersamaan dengan selesainya pelajaran yang dia terima dari Wak Ijal, Galuh tidak sabar untuk segera membuka usaha yang lebih besar.Sedangkan Ellena akan membuka kembali usaha jahitnya yang juga tertutup, semenjak dia sakit. Karena memang sudah banyak orang yang menanyakan, kapan usaha jahitnya kembali
123. KEKESALAN RATMI (Bagian B)"Tenang sayang, mungkin Ibu sedang banyak pikiran sehingga dia tidak mendengar apa yang tadi kita ucapkan. Iya, kan, Bu?" tanya Gery padaku dengan lembut."Aku sedang tidak punya pikiran apa-apa, aku hanya tidak mau mendengar apa yang kalian katakan, memangnya penting?" kataku ketus. "Ya ampun, Ibu … kami itu tengah membicarakan dan merencanakan bagaimana caranya menguasai harta Ambar," kata Tuti dengan sangat antusias.Aku memutar bola mataku dengan sangat bosan, saat melihat wajahnya yang dibuat-buat sangat manja itu."Memangnya kalian bisa mengambil harta Ambar?" tanyaku dengan nada yang sangat mengejek. "Tentu saja bisa, Bu. kalau Bang Gery bisa kembali sama Ambar, dan aku bisa tinggal di rumah Ambar, dan menjadi Nyonya di rumah itu," kata Tuti dengan sangat semangat.Aku kembali menghela nafas dengan kebodohan menantu baruku itu, bagaimana bisa dia menjadi Nyonya di rumah itu? Sedangkan Ajeng masih hidup dan sehat jelas dia tidak akan membiarkan
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas124. AMBAR MAU RUJUK (Bagian A)POV ELLENHari ini Kak Ika datang berkunjung dan membawa Aksa, keponakanku yang tampan itu tak berhenti mengoceh sedari tadi. Dia membicarakan apapun yang menarik perhatiannya, dia benar-benar aktif dan juga pintar.Melihat perkembangan Aksa yang begitu pesat, aku kembali teringat dengan rencanaku dan juga Bang Galuh yang ingin mempunyai anak secepatnya. Rencana yang kemarin sempat tertunda, karena kami mengalami kecelakaan. Namun sekarang keinginanku untuk memiliki buah hati tengah menggebu-gebu.Aku ingin memiliki anak yang bisa kupeluk dan ku timang dengan sayang, anak yang bisa kucium dengan penuh cinta, dan anak yang akan membuat aku dan Bang Galuh semakin utuh.Ah, aku harus membicarakan ini nanti dengan Bang Galuh, sepertinya waktu tiga tahun sudah cukup untuk menunggu memiliki anak. Tidak ada salahnya kami melakukan ikhtiar dengan menemui dokter, dan berkonsultasi dengan nya."Len, Kakak di sini sampai ma
125. AMBAR MAU RUJUK (Bagian B)Dia yang sedang melihat ponselnya pun langsung mendongak dan menatapku dengan pandangan bertanya, mungkin karena melihat wajahku yang serius makanya dia langsung meletakkan ponselnya di atas meja dan fokus menatapku."Kenapa? Ada apa? Kamu sakit?" tanyanya bertubi-tubi.Aku menggeleng kecil, dan tersenyum manis. Kak Ika memang keras, tapi dia begitu penyayang dan juga perhatian."Enggak," kagaku sambil menggeleng kecil."Terus? Kamu kenapa?" tanyanya lagi."Aku juga pengen punya anak sendiri," kataku sambil memalingkan wajah.Suaraku sedikit bergetar, dan tenggorokanku tercekat. Aku takut bila aku menatap Kak Ika, maka tangisanlah yang akan aku keluarkan.Dari ekor mataku, aku bisa melihat Kak Ika yang terpaku menatapku dan dia kemudian menghela nafas dengan berat, segera dia menggenggam tanganku dan mengelusnya dengan lembut."Sabar, ya. Kamu bisa menganggap Aksa sebagai anak kamu untuk sementara," kata Kak Ika pelan.Entah kenapa, malah aku bisa meras
235. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian B)“Bang Usman?”Usman menghentikan langkahnya seketika, panggilan yang baru saja di dengarnya berhasil menarik atensinya agar berhenti sebentar dari kegiatannya.“Ya?” tanyanya sopan.Usman belum pernah melihat wanita ini, cantik, muda, dan juga terlihat sangat lembut. Dan wanita ini juga terlihat cukup ramah, entah kenapa Usman seperti pernah melihatnya.“Apa Ellena ada di rumah?” tanyanya pelan.“Ellena?” Usman mengulang pertanyaan wanita itu.Dia mengernyit heran dan kemudian langsung menatap wanita itu dari atas ke bawah dengan pandangan menyelidik, berusaha kembali mengingat siapa sebenarnya wanita ini.Namun nihil, Usman sama sekali tidak mendapatkan secuil pun ingatan tentangnya.“Maaf, anda siapa?” tanya Usman ingin tahu.“Oh, maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Veya, saya adalah suster yang akan menjaga Ellena!” katanya tegas. “Apa Ellena di rumah?” tanyanya lagi.Suster? Apakah wanita ini adalah suster yang dikatakan Indra? Sust
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas234. (ENDING) CUPLIKAN SEASON 2 (Bagian A)POV ELLENA Aku sudah banyak berpikir, dan memikirkan hal ini berulang-ulang kali. Dan aku sudah memutuskan kalau berpisah dengan Bnag Galuh adalah keputusan yang tepat.Dia adalah penerus keluarga Dirga, dan jika kami kekeh untuk bersama maka kemungkinan besarnya adalah darah keluarga Dirga akan terputus hanya di Bang Galuh saja.Aku tidak bisa memberinya keturunan, dan mungkin lebih baik kalau dia menikah dengan orang lain dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya.Taraf paling tinggi dalam mencintai adalah ikhlas, dan aku akan mencoba mengikhlaskan Bang Galuh dan berusaha melepaskannya dengan dada yang lapang.Mencintainya, bukan berarti mengikatnya dengan duri yang terlilit hingga mengeluarkan darah. Definisi cinta bagiku adalah, membiarkan dia menemukan kebahagiaannya yang lain.Jika aku bukanlah pelabuhan terakhirnya, maka aku akan membantu angin agar meniup layarnya hingga menemukan pelabuhan y
233. BERCERAI (Bagian B)“Besok di cek aja, Dek. Takutnya ada yang kurang atau ada yang harus dibeli,” ujar Bang Usman memberi saran. “Oke,” sahutku cepat.“Rumah kalian gimana?” tanya Bang Usman tiba-tiba.Aku dan Bang Galuh terdiam, kami memang belum ada pembahasan tentang ini. Aku sebenarnya juga bingung, jujur saja aku berat meninggalkan rumah lamaku, tapi aku juga berat meninggalkan rumah ini kosong.Bukan karena rumah ini lebih nyaman ataupun lebih besar dan mewah, yang membuat aku berat meninggalkannya adalah memori Bapak dan Ibu yang ada di sini. Jika aku di rumah ini, setidaknya aku bisa selalu mengenang mereka.“Aku sih, ikut Ellen saja, Bang,” ujar Bnag Galuh bijak. “Di mana dia bisa merasa nyaman dan aman, maka di situ kami akan tinggal,” katanya lagi sambil tersenyum.“Nah, Dek … kamu mau di mana?” kata Bang Usman sambil menghadap ke arahku. “Kalau di sini, rumah kalian di kontrakkan saja, daripada rusak,” lanjutnya memberi usul.Aku terdiam dan menimbang, bagaimanapun j
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas232. BERCERAI (Bagian A)Setelah perdebatan yang cukup alot dan juga lama, akhirnya Wak Nurma dan juga Bang Diky serta Kak Nuri sepakat untuk pulang besok. Walaupun sebenarnya, Wak Nurma dan juga Bang Diky terlihat masih keberatan akan permintaan yang diberikan oleh Kak Nuri. Karena memang, yang sangat ngotot untuk pulang adalah Kak Nuri.Entah karena bentakan Bang Galuh tadi, atau karena dia memang sudah sadar kalau selama ini sudah menjadi benalu di rumahku.Yah, yang manapun tidak menjadi masalah. Yang penting mereka tidak di sini, bukannya aku kejam ataupun tidak tidak punya hati, tapi memang aku tidak tahan akan kelakuan mereka yang seenak jidat dan juga keterlaluan.Sekarang berhutang pada Bu Saodah dan juga Mpok Lela, tapi besok-besok bisa saja mereka mengulangi perbuatan mereka ini pada orang lain dan kembali mengatasnamakan aku.Bang Diky dan juga Kak Nuri memang keterlaluan, bahkan mereka sama sekali tidak ada mengeluarkan kata maaf k
231. EMOSI BANG GALUH (Bagian B)"Salahnya adalah … kalian yang terlalu sok tahu! Tutup mulut kalian, jangan sampai aku mendengar hal-hal seperti ini lagi. Atau aku bersumpah, akan merobek mulut kalian!" ujar bang Galuh dengan tajam."Galuh, kami hanya bercanda!" sahut Bang Diky sambil terkekeh kecil."Kalian keterlaluan, Diky, Nuri!" ujar Bulek Rosma pelan. "Masalah keturunan bukanlah hal yang bisa dijadikan candaan!" lanjutnya dengan tajam."Bulek, mereka saja yang terlalu sensitif!" sahut Bang Diky cepat, senyumnya hilang berganti rengutan kesal."Sensitif? Jika kalian bercanda, dan hanya kalian yang merasa itu adalah hal lucu dan hanya kalian yang tertawa. Berarti ada kesalahan di dalam candaan kalian!" sahut Bulek Rosma. "Jangan berlindung dibalik kata 'terlalu sensitif', karena bisa jadi yang kalian tertawakan adalah sesuatu yang mereka perjuangkan!" lanjutnya lagi.War Nurma dan keluarganya terdiam, walau aku yakin kalau mereka masih gatal ingin membalas tapi mereka memilih pi
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas230. EMOSI BANG GALUH (Bagian A)BRAK!Meja kokoh yang terbuat dari kayu jati itu sukses bergetar dengan kuat, dan ….Prang!Asbak cantik yang terbuat dari kristal itu pun jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping hingga menjadi butiran kecil.Semua orang tersentak kaget, dan semuanya sontak melotot kaget dan menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Bang galuh.Wajahnya memerah menahan amarah, dan nafasnya memburu dengan kuat. Dadanya naik turun berusaha menormalkan detak jantungnya, aku tahu benar kalau lelaki kesayanganku itu tengah sangat marah saat ini."Jaga mulutmu!" desisnya tajam.Kak Nuri tergagap, instingnya sebagai wanita pasti mengatakan padanya untuk menjauh. Dia beringsut mundur ke belakang tubuh Bang Diky, badannya bergetar pelan dan keringat dingin mengalir di pelipisnya.Ditekan oleh aura mendominasi sekuat ini, jelas membuat siapapun menjadi gentar. Apalagi dia adalah seorang wanita, bahkan Bang Diky saja belu
229. ELLENA YANG PERKASA (Bagian B)"Aku tidak bercanda!" balasku tegas. "Aku tidak mau menampung benalu, dan aku tidak mau menjual tanahku!" kataku lagi."Sombong sekali kamu, Ellen!" ujar Kak Nuri marah."Iya, dong. Sombong adalah nama tengahku!" kataku cuek.Wajah mereka terlihat memerah, mungkin mereka tidak terima dengan apa yang aku katakan. Tapi biarlah, memang sekali sekali mereka wajib diberi pelajaran.“Kamu juga, Luh. Tidak bisa tegas sebagai seorang suami!” kata Kak Nuri tiba-tiba.“Maksud Kakak apa?” tanya Bang Galuh heran. “Ya iya, kana kata Kakakmu itu, kamu banyak warisan. punya harta dan tidak mengharapkan punya Ellen. Kalau gitu, ya suruh istrimu ini ngasih tanahnya buat kami, dong!’ katanya santai.Bang Galuh sontak menganga lebar, sedangkan aku mala menahan mulutku agar tidak tertawa. Ngadi-ngadi ni, Kak Nuri … mau mengatur harta orang dia.“Loh, mana bisa begitu, Kak. Milik Ellen adalah sepenuhnya punya dia, aku mana ada hak untuk mengatur-aturnya!” kata Bang Gal
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas228. ELLENA YANG PERKASA (Bagian A)"Woah, tunggu dulu!" Aku memotong ucapan Bang Diky, dengan cara mengangkat tanganku di depan dada. Dia terlihat langsing terdiam, namun matanya menatapku dengan tajam."Asal? Asal apa? Kalian mengajukan syarat padaku? Begitu?" tanyaku santai. "Lucu sekali," lanjutku sambil menatapnya.Bang Diky dan Wak Nurma sontak saling berpandangan, dan tak sengaja aku melihat kalau Kak Nuri sedang mencubit kecil tangan suaminya itu."Kalau begitu kami tidak akan pergi!" kata Bang Diky tegas."Lah, aku yang punya rumah sudah tidak mau kalian tumpangi. Apa tidak malu? Kok betah banget menjadi benalu?" sindirku kepada mereka."Dek!" Bang Galuh kembali menegur, dan dia menggeleng pelan.Aku mendengus, kesal sekali rasanya dengan mereka. Bukannya mendapat pencerahan, dan kemudian sadar, eh, malah sok mengajukan syarat padaku.Memangnya mereka siapa? Saudara boleh saudara, tapi saudara yang baik dan sopan lah yang akan aku angg
228. PENGUSIRAN KELUARGA WAK NURMA (Bagian B)"Dan sekarang, saat mereka datang ke sini untuk menagih perbuatan kalian, kalian berdua malah berpura-pura tidak tahu dan melimpahkan semuanya pada Wak Nurma!" kataku panjang lebar. "Manusia namanya itu?" tanyaku lagi dengan ketus.Semua orang di sini terdiam dan mendengarkan ucapanku, aku yang emosi adalah yang terburuk."Dia Ibu kalian, dan Kakak dari Ibuku! Itu artinya dia juga adalah Ibuku, pengganti orang tuaku! Aku tidak terima kalian melakukan hal itu pada beliau!" kataku lagi. "Tapi kalian malah bersikap seenaknya, apa kalian memikirkan Wak Nurma, hah?" tanyaku lagi."Bila kalian tidak bisa memberi, setidaknya jangan menyusahkan!" kataku dengan nafas terengah.Wak Nurma yang mendengar ucapanku terlihat terdiam, sedangkan Kak Nuri dan Bang Diky masih menatapku marah."Apa kalian tahu rasanya tidak mempunyai orang tua lagi? Aku bahkan rela melakukan apapun, asal Ibu dan Bapak kembali," kataku lirih."Lebay!" Aku menatap Kak Nuri den