117. CURIGA (Bagian B)"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Mungkin besok mereka sudah kembali ke sini, atau kalau kalian itu bisa pulih dengan cepat kita bisa segera pulang ke desa tanpa menunggu mereka ke sini," kata Bang Usman dengan nada riang.Melihat bang Usman yang terlihat sangat senang, aku dan Bang Galuh juga ikut tersenyum, membayangkan kalau kami akan kembali ke desa dan memulai kehidupan yang baru di sana.Apalagi ingat kalau saat ini Bang Galuh tengah membangun sebuah bengkel untuk reparasi alat-alat elektronik, jujur saja keinginanku untuk sembuh semakin terasa menggebu-gebu.Suara pintu yang dibuka sukses membuat kami bertiga menoleh ke arah pintu, di sana datanglah seorang dokter dan dua orang perawat.Mereka masuk dengan senyuman yang sangat menenangkan, dokter itu menyapa Bang Usman sebentar dan beranjak memeriksa aku dan Bang Galuh.Dia sedikit berbincang kepada perawatnya yang dengan sigap langsung menulis di papan catatan, Bang Usman berdiri dan mendekat."Bagaimana
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas118. KEMBALI KE RUMAH (Bagian A)Ketika sampai di rumah aku langsung merebahkan tubuhku ke atas ranjang, ranjang yang sudah hampir satu minggu tidak aku tiduri karena aku harus menginap di rumah sakit akibat kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Mertuaku dan juga yang lainnya masih berada di luar, tepatnya di ruang tamu. Mereka sedang berbincang kecil dengan Bang Marwan dan juga Bang Sugeng yang sedang berkunjung dan menjenguk Bang Galuh.Sedangkan orang tuaku dan juga Bang Usman telah pulang ke rumah masing-masing, setelah tadi mengantar kami sampai disini, mereka mengatakan akan kembali lagi besok pagi.Sedangkan di dapur Kak Dewi dan Kak Ambar sedang memasak untuk makan malam.Aku sebenarnya ingin membantu tetapi mereka memperlakukanku seolah aku adalah anak kecil. Suasana di kamarku tidak berubah masih menenangkan dan juga mampu membuat tubuhku nyaman.Akibat tubuh yang lelah dan juga perjalanan yang jauh aku merasa sangat mengantuk dan tida
119. KEMBALI KE RUMAH (Bagian B)Perbuatannya yang mencuri di kebun sawit miliknya, hingga menyebabkan keluarga mereka rugi puluhan juta, dan juga tindak penganiayaan yang dilakukannya pada Ambar, adalah kesalahan yang tidak bisa ditolerir lagi.Menjelang tengah malam Sugeng dan juga Marwan pamit untuk pulang, setelah sebelumnya sempat ikut makan malam dan juga berbincang puas dengan Galuh.Mereka seolah menyalurkan rindu yang sudah satu minggu ini mereka tahan, akibat tidak bertemu dengan temannya ini, apalagi Galuh dirawat di rumah sakit di kota yang jauh dari desa mereka.Setelah Marwan dan Sugeng pulang, rumah tiba-tiba terasa sangat sepi. Ambar dan juga Dewi sudah masuk ke dalam kamar tamu, yang tertinggal di ruang tamu hanyalah Abdul yang akan tidur di sofa malam ini.Sedangkan Ajeng kini tengah berada di teras, bersama dengan Galuh. Ajeng sudah membulatkan tekadnya untuk memperbaiki hubungannya, dengan anak lelaki satu-satunya itu.Hening dan sepi melingkupi mereka berdua, kare
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas120. RENCANA GERY DAN TUTI (Bagian A)Pagi ini suasana terasa hangat di rumah Ellen dan Galuh yang biasanya sangat sepi, kini ada Ajeng, Dewi, Abdul serta Ambar juga Ibra di sana, mereka semua tengah menikmati sarapan pagi dengan tenang dan juga nyaman.Sesekali obrolan kecil dan juga ocehan imut Ibra turut mengiringi sarapan pagi mereka, suapan demi suapan makanan yang dimasak Ambar dan juga Dewi terasa sangat enak pagi ini.Tidak ada suasana canggung lagi antara Ajeng dan Galuh, yang ada hanyalah aura hangat kekeluargaan. Ajeng sangat perhatian dengan Galuh dia mengambilkan makanan anaknya ke dalam piring, dan memberikan obat yang sudah dibuka kepada anak dan menantunya itu.Dewi dan Ambar yang melihat kedekatan antara ibunya dan juga adiknya merasa sangat senang, mereka tahu hal inilah yang diinginkan Galuh dari dulu.Hal sederhana namun sangat sulit dilakukan oleh Ajeng, hal sederhana yang sangat sulit didapatkan oleh Galuh. Namun kini semua
121. RENCANA GERY DAN TUTI (Bagian B)"Bang! Abang bilang akan mengambil motor itu, tapi mana buktinya?" ucap Tuti dengan manja.Dia tengah bersandar di bahu Gery, saat ini mereka tengah duduk di bibir ranjang. Pakaian Tuti yang seksi dan juga amat menggoda membuat mata Gery jelalatan ke sana ke mari.Dan dengan santainya Tuti semakin menentukan tubuhnya, sehingga Gary bisa melihat belahan dada Tuti yang berisi. Gerry menelan ludah melihat pemandangan itu, namun ketika dia hendak mencicipi hidangan yang diberikan oleh Tuti, si empunya badan menghindar ke samping sehingga Gerry hanya menggapai angin."Jangan harap kamu bisa menyentuhku Bang sebelum motor itu sampai ke tanganku," ujar Tuti dengan ketus."Dek, Iya! Pasti akan abang usahakan, tapi kamu harus sabar! Karena motor itu kan sekarang ada di tangan Ambar, jadi Abang harus pelan-pelan dan mengatur strategi untuk mengambilnya kembali," kata Gery berusaha meyakinkan Tuti."Halah … Bilang saja Abang memang sengaja, memberikan motor
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas122. KEKESALAN RATMI (Bagian A)POV AUTHOR"Assalamualaikum!" "Waalaikumsalam, hati-hati ya, Bang!" Ellena memandang kepergian Galuh dengan sunggingan senyuman di bibir, Galuh sudah sangat sehat sekarang. Lelaki dua puluh delapan tahun itu kini sudah bisa kembali menjalankan aktivitasnya seperti biasa.Pagi ini dia akan mendatangi Wak Ijal untuk kembali belajar tentang reparasi alat elektronik, yang kemarin sempat ditinggalkannya karena sakit.Galuh juga akan mengecek bangunan bengkelnya, karena Gitok tadi malam mengirimkan pesan melalui Wa, dan mengatakan kalau kalau bangunan itu akan segera rampung.Galuh berharap bangunan bengkel itu rampung bersamaan dengan selesainya pelajaran yang dia terima dari Wak Ijal, Galuh tidak sabar untuk segera membuka usaha yang lebih besar.Sedangkan Ellena akan membuka kembali usaha jahitnya yang juga tertutup, semenjak dia sakit. Karena memang sudah banyak orang yang menanyakan, kapan usaha jahitnya kembali
123. KEKESALAN RATMI (Bagian B)"Tenang sayang, mungkin Ibu sedang banyak pikiran sehingga dia tidak mendengar apa yang tadi kita ucapkan. Iya, kan, Bu?" tanya Gery padaku dengan lembut."Aku sedang tidak punya pikiran apa-apa, aku hanya tidak mau mendengar apa yang kalian katakan, memangnya penting?" kataku ketus. "Ya ampun, Ibu … kami itu tengah membicarakan dan merencanakan bagaimana caranya menguasai harta Ambar," kata Tuti dengan sangat antusias.Aku memutar bola mataku dengan sangat bosan, saat melihat wajahnya yang dibuat-buat sangat manja itu."Memangnya kalian bisa mengambil harta Ambar?" tanyaku dengan nada yang sangat mengejek. "Tentu saja bisa, Bu. kalau Bang Gery bisa kembali sama Ambar, dan aku bisa tinggal di rumah Ambar, dan menjadi Nyonya di rumah itu," kata Tuti dengan sangat semangat.Aku kembali menghela nafas dengan kebodohan menantu baruku itu, bagaimana bisa dia menjadi Nyonya di rumah itu? Sedangkan Ajeng masih hidup dan sehat jelas dia tidak akan membiarkan
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas124. AMBAR MAU RUJUK (Bagian A)POV ELLENHari ini Kak Ika datang berkunjung dan membawa Aksa, keponakanku yang tampan itu tak berhenti mengoceh sedari tadi. Dia membicarakan apapun yang menarik perhatiannya, dia benar-benar aktif dan juga pintar.Melihat perkembangan Aksa yang begitu pesat, aku kembali teringat dengan rencanaku dan juga Bang Galuh yang ingin mempunyai anak secepatnya. Rencana yang kemarin sempat tertunda, karena kami mengalami kecelakaan. Namun sekarang keinginanku untuk memiliki buah hati tengah menggebu-gebu.Aku ingin memiliki anak yang bisa kupeluk dan ku timang dengan sayang, anak yang bisa kucium dengan penuh cinta, dan anak yang akan membuat aku dan Bang Galuh semakin utuh.Ah, aku harus membicarakan ini nanti dengan Bang Galuh, sepertinya waktu tiga tahun sudah cukup untuk menunggu memiliki anak. Tidak ada salahnya kami melakukan ikhtiar dengan menemui dokter, dan berkonsultasi dengan nya."Len, Kakak di sini sampai ma