Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas110. PERTUKARAN (Bagian A)POV AJENGAku duduk di depan ruangan Galuh dengan dada yang bergemuruh, baru saja Ambar menelpon dan dia mengatakan perihal ancaman yang diberikan Ratmi padanya. Ratmi melaporkan Galuh ke polisi, anakku yang baru saja keluar dari masa kritisnya dilaporkan ke polisi! Ratmi benar-benar keterlaluan!Nafasku naik turun, menahan gejolak amarah dan juga kecemasan. Bagaimanapun juga, memang Galuh telah menghajar Gery.Tapi, apakah aku harus mencabut tuntutan untuk Gery, agar Galuh tidak masuk penjara? Ratmi ingin melakukan pertukaran, kebebasan Gery ditukar dengan kebebasan Galuh.Dasar wanita licik! Aku benar-benar membenci Ratmi dan menyesali kenapa dia bisa menjadi besanku dulu. Aku sangat menyayangkan, kenapa pernah menyayangi Gery dan menganggapnya sebagai menantu terbaik di dunia.Hah ….Aku menghela nafas panjang, berusaha menenangkan diri agar tidak mengambil keputusan yang salah. Tidak mungkin aku membiarkan Galuh m
111. PERTUKARAN (Bagian B)"Ya Allah, Mbak nggak nyangka Ratmi jadi seperti ini!" kata Mbak Mai dengan geram. "Dia ini kenapa ngeyel sekali sih? Anaknya yang jahat, tapi malah menyusahkan keluarga orang lain!" katanya emosi."Maka dari itu aku mau pulang, Mbak, Mas. Biar aku selesaikan masalah ini terlebih dahulu, bagaimanapun juga aku tidak bisa melihat Galuh di penjara!" kataku sendu."Ya sudah, kalau kamu mau pulang, silahkan! Percayakan Galuh di sini bersama kami, kami akan menjaga dia!" kata Mas Rohman dengan lembut. "Kamu tidak usah khawatir, selesaikan masalah yang di sana. Apapun keputusan yang kamu ambil, kami percaya kamu sudah memikirkannya masak-masak!" lanjutnya lagi dengan bijak.Aku mengangguk mantap, dan segera melihat ke arah Dewi yang tengah mengemasi peralatan kami. Aku tahu, dia pasti berat meninggalkan Galuh di sini."Wi, sudah siap?" tanyaku pelan."Bu, tidak bisakah aku tetap di sini?" Dia malah balik bertanya."Wi, temani Ibumu. Galuh akan kami jaga dengan baik
Menantu Lemas, Ipar Panas, Mertua Lemas112. HILANG KESABARAN (Bagian A)POV RATMIAjeng terlihat menatapku dengan pandangan jijik, dan jujur saja itu membuat darahku mendidih seketika. Aku tidak suka pandangannya itu, seolah dialah yang paling hebat di dunia ini dan aku hanya sampah kotor di matanya.Dasar sialan!Dia memutar bola matanya dengan malas, dan berbalik kembali ke arah ambar. Aku hanya diam dan mengamati terlebih dahulu, dasar besan edan."Ayo, masuk!" katanya pada Ambar. "Banyak setan di sini," katanya dengan ketus."Kak Dewi mana, Bu?" tanya Ambar sambil melihat ke sekeliling.Oh, ternyata dia bersama anaknya yang lumayan bar-bar itu, tapi kenapa dia hanya sendirian turun dari mobil? Dan apa katanya tadi? Setan? Sialan sekali dia!"Di mobil, masih nelpon tadi," katanya menyahuti ucapan ambar. "Maklum kakakmu banyak urusan," katanya dengan sangat sok."Heh, besan sialan! Sudah tuli?" kataku memanasi. "Makanya jangan kebanyakan drama, jadi tuli, kan?" kataku mengejek.Sa
113. HILANG KESABARAN (Bagian B)Namun darahku segera mendidih karena Ambar terlihat menepis tangan Gery, hingga anak lanangku itu sedikit tersentak dan mundur ke belakang."Heh, yang sopan dong!" sentak Sarah tidak terima.Mereka diam saja dan kembali menikmati minuman kaleng mereka, tidak memperdulikan kami yang sedang berada di sini. Aku mengeritkan gigiku dengan geram.Jijik luar biasa dengan tingkah mereka yang sama sekali tidak menghargai kami, benar-benar tidak punya sopan santun!"Dek, pulang yuk! Abang mau mandi, badan Abang lengket sekali rasanya," kata Gery lagi belum menyerah mengajak Ambar."Pulang kemana?" tanya Ambar dengan kening berkerut. "Ya ke rumah, dong! Gimana, sih, kamu ini, Dek!" kata Gery menimpali."Rumah siapa?" tanya Ambar lagi."Rumah kita, lah!" jawab Gery sumringah."Sejak kapan kau membeli rumah, Bang?" tanya Ambar dengan nada mengejek.Sialan! Mau sekali aku menggaruk wajahnya itu jika saja tidak mengingat ini di kantor polisi, lagi pula aku kan dalam
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas114. MENOLAK BERCERAI (Bagian A)Aku terdiam dengan mata memejam, tapi kok tidak sakit, ya? Padahal suaranya kenceng, loh. Dengan perlahan aku membuka mata, dan bisa melihat kalau tangan Ajeng tengah ditahan oleh Abdul."Lepaskan ibu, Dul. Kenapa kamu tepis tangan Ibu?" tanya Ajeng terlihat sangat marah. "Lepaskan Ibu!" katanya lagi.Wah, wah, ternyata tangannya ditepis oleh Abdul. Sialan sekali suami Dewi ini, tidak ada otaknya. Padahal sedikit lagi tadi, aku bisa memasukkan Ajeng ke dalam penjara. Atau minimal, dia harus membayar uang damai sebanyak ratusan juta dulu baru aku lepaskan. Aku tadi sudah siap lahir batin padahal mau menerima tamparan dari Ajeng, walau keras tapi aku akan terima dengan senang hati."Kalau aku lepaskan, maka Ibu akan membuat semua ini menjadi sia-sia!" kata Abdul dengan tenang. "Bukankah pengorbanan kita sudah cukup?" katanya lagi.Halah, dasarnya manusia sok hebat, ya selalu ikut campur urusan orang. Sok menaseha
115. MENOLAK BERCERAI (Bagian B)Sialan! Semakin lama menantu ku itu semakin berani, untuk membantah kata-kata Gery. Pantas saja anakku dulu melakukan kekerasan kepadanya, ternyata memang benar apa yang dikatakan oleh Sarah, Ambar memang pantas untuk dihajarBukankah tugas seorang suami untuk mengajar istrinya bila istrinya salah? Dan ini adalah termasuk kesalahan yang paling besar bagi seorang istri, ketika dia tidak mau membagi apa yang dimilikinya kepada keluarga suaminya.Hanya gara-gara uang tujuh puluh lima juta, mereka mempermalukan kami seperti ini. Memangnya dia pikir kami akan membayarnya? Enak saja!Tidak akan aku lupakan apa yang mereka perlakukan kepada gary, mereka menjelaskan Gary ke dalam penjara. Dan kini aku harus membayar uang tujuh puluh lima juta itu? Jangan mimpi!"Dek keluargaku adalah keluargamu juga, bagaimana bisa kau berucap seperti itu?" tanya Gery sambil memasang wajah sedih.Namun Ambar hanya mendengus dan memalingkan wajahnya, seolah tidak mau menatap b
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas116. CURIGA (Bagian A)POV ELLENAAku terbangun dengan perasaan badan yang terasa sangat segar, dan juga tidak merasakan sakit seperti waktu pertama kali aku bangun.Mataku mengedarkan ke sekeliling, dan menemukan Bang Usman yang tengah tertidur di sofa, dan juga Bang Galuh masih tertidur di ranjang yang ada di sebelahku.Wajahnya yang tampan terlihat sangat pulas, dan juga tenang. Setidaknya aku kini tidak terlalu khawatir, karena aku sudah memastikan bahwa suamiku baik-baik saja, ketika dia bangun semalam.Eughhh ….Suara lenguhan yang dikeluarkan oleh Bang Galuh, membuat aku menoleh kepadanya. Terlihat lah suamiku itu juga tengah menoleh ke arahku, dia tersenyum dengan sangat lembut.Rasa-rasanya sudah sangat lama aku tidak melihat senyumannya, padahal kata Ibu aku hanya berbaring selama tiga hari di sini dan kemarin aku sudah sadar, tapi tetap saja tiga hari itu terasa berat dan juga sangat lama."Kamu udah bangun dari tadi, Dek?" tanya Bang
117. CURIGA (Bagian B)"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Mungkin besok mereka sudah kembali ke sini, atau kalau kalian itu bisa pulih dengan cepat kita bisa segera pulang ke desa tanpa menunggu mereka ke sini," kata Bang Usman dengan nada riang.Melihat bang Usman yang terlihat sangat senang, aku dan Bang Galuh juga ikut tersenyum, membayangkan kalau kami akan kembali ke desa dan memulai kehidupan yang baru di sana.Apalagi ingat kalau saat ini Bang Galuh tengah membangun sebuah bengkel untuk reparasi alat-alat elektronik, jujur saja keinginanku untuk sembuh semakin terasa menggebu-gebu.Suara pintu yang dibuka sukses membuat kami bertiga menoleh ke arah pintu, di sana datanglah seorang dokter dan dua orang perawat.Mereka masuk dengan senyuman yang sangat menenangkan, dokter itu menyapa Bang Usman sebentar dan beranjak memeriksa aku dan Bang Galuh.Dia sedikit berbincang kepada perawatnya yang dengan sigap langsung menulis di papan catatan, Bang Usman berdiri dan mendekat."Bagaimana