Ruangan demi ruangan dilewati dengan tatapan mata yang saling bertaut pada seorang calon mertua dengan calon menantunya yang diseret kasar, menatap sedikit ironis mereka berdua.Davin sangat berharap ruangan Lisa berada di lantai paling atas, tempat VVIP seperti ketika ia tadi dirawat. Menurutnya, itu mungkin adalah hal yang mustahil mengingat Yudhistira Developement. belum satu dekade berkecimpung di dunia perbisnisan Bogor.Sementara lantai empat adalah ruangan khusus bagi mereka yang memiliki darah biru murni atau termasuk salah satu anggota keluarga Nayama.Mata Lisa berkaca-kaca melihat wajah kekasihnya, namun sedikit sedih karena Davin tidak memasang senyuman, melainkan ekspresi memelas dengan mata berkaca-kaca. “An-Davin … akhirnya kamu datang ke sini. Sayang, aku menantimu.”Lisa menjeda kalimatnya beberapa saat, lantas melanjutkannya lagi setelah menghela nafas panjang. “Aku tadi mau menelepon ponselmu, tapi aku sadar kamu punya kesibukan lain yang harus diselesaikan bersama
“Kenalkan, Melvin, dia adalah Mike, teman ekspedisiku saat berkeliling luar kota Wales.”“Hi Mike, salam kenal, Melvin, asisten pribadi Tuan Davin.”Mike berteriak, sangat tidak yakin kalau orang seperti Davin memiliki asisten pribadi yang begitu menawan dengan perawakan sangat menyilaukan mata.“Aku tidak menyangka kau memiliki asisten yang sedikit menakutkan ini. Dari penampilanmu, nampaknya kau seperti orang biasa yang hobi lontang-lantung tanpa ada beban kehidupan.”“Jangan berlebihan memujiku, Mike, aku memang orang biasa yang ingin merasa bahagia di kehidupan singkat ini.”Mike, seorang pria paruh baya yang usianya hampir mirip seperti Hans, si kepala kawasan Raeburn Place, juga merupakan teman lama Davin.Awal pertemuan mereka adalah saat Davin kabur dari pencarian polisi istana dan memilih beristirahat di komplek pom bensin sekaligus pujasera milik Mike. Ia yang masih berusia belasan tahun kala itu memilih untuk tinggal beberapa hari disana dan berpetualang di antara kebun dan
Wajah Lia sangat mirip dengan Lisa.Dari bulu matanya yang lentik, bola mata kecokelatan yang sangat-sangat langka di dunia, hidung sedikit pesek dengan bibir tipis memerah indah. Semua bentuk wajahnya sangat mirip dengan istri Davin.Keterkejutan Melvin tidak hanya itu saja. Begitu Lia menyibakkan ikat rambutnya yang dikuncir kuda, pirang dan gelombangnya juga sama dengan apa yang dimiliki Lisa.“Aku tahu apa yang ada di pikiranmu,” bisik Davin kepada Melvin. “Sebenarnya, aku sudah menyadarinya dari awal pertemuanku dengan Mike saat dulu mobilku mogok mengurusi Nayama milik Grace di sini, tapi aku masih berusaha menyelidiki tentang hal ini. Lama sekali, entah kenapa rasanya ketika aku bertemu Lia, hatiku berdebar, sama saat aku bertemu Lisa.”Melvin mengangguk paham.Ternyata maksud Davin membelokkan mobil sedan yang bensinnya masih berkurang setengah adalah untuk memperlihatkannya dengan Lia yang hampir identik dengan Lisa.Aneh dan sungguh membingungkan.Masalah kecantikan, tentu L
“Aku belum menceritakanmu perihal Nayama, Melvin, benarkah?” Davin tersenyum tipis.“Tadi sempat Anda singgung sebentar waktu berbincang dengan Mike, tapi aku belum menangkap seutuhnya apa yang Anda maksud. Cerita Mike jauh lebih menarik menurutku. Maaf, tapi itu fakta. Apalagi setelah aku melihat langsung perawakan Lia yang benar-benar mirip dengan Lisa.”“Aiyaya, i see.”“Kalaupun mereka benar-benar kembar, aku yakin, Anda pasti bingung harus menjatuhkan pilihan antara mereka berdua.”“Lia was my first love, but Lisa is different,” lirih Davin.“Cinta pertama memang sangat indah. Tapi, ada yang jauh indah. Kau tahu, Melvin, aku jatuh cinta kepada Lisa bukan karena parasnya yang cantik atau karena dia benar-benar setia, juga tidak mengincar hartaku. Itu murni perasaan yang tidak bisa dibendung. Seolah, ketika aku melihat Lisa di kampus, hatiku berdebar, sama seperti ketika aku bertemu dan berbincang dengan Lia.”“Jadi, Lisa hanya pelampiasan cinta pertamamu?”“Lebih tepatnya, Tuhan m
Langit-langit Australia sore ini tidak terlalu berawan dan tidak pula mendung, cerah seperti biasa di tengah dinginnya musim yang belum kunjung menurunkan saljunya.Di kiri kanan gubuk itu, ada halaman luas yang belum tersentuh apapun, hanya semak belukar dan beberapa kupu-kupu hinggap di bunga Anggrek yang masih merekah meskipun sudah tidak ada yang merawat.Beberapa petak tanah ini sudah dibanguni rumah-rumah warga, seperti perumahan tapi sedikit lebih sederhana, dan keharmonisan belum sepenuhnya terbentuk antar perorangan dengan tetangganya.“Mmm, apa aku pernah cerita tentang awal pertemuanku dengan Lisa, atau hanya sekelebat saja?”“Mm, aku kira sudah, tapi mungkin belum terlalu lengkap karena waktu itu kau terburu-buru meninggalkanku dan mendadak mengabari jika pernikahan akan berselang beberapa hari kemudian.”Davin kembali bercerita, kali ini mungkin sedikit agak santai sembari merebahkan tubuhnya di gubuk yang sudah diperbaiki, entah oleh Mike atau asistennya di Nayama.Sejen
“Kau terkejut kan, Melvin? Sama, aku pun begitu waktu pertama kali bertemu Lisa. Semuanya mirip, bahkan sampai tinggi badan dan ukuran kaki tidak ada yang berbeda. Dan itulah yang membuatku jatuh cinta padanya. Dia lah cinta pertamaku.”Davin datang, dan Grace memilih pulang setelah mereka berbincang sejenak.“Membahas Lisa? Atau ada bukti baru yang dilaporkan Grace?”“Seperti biasa, gadis itu selalu bisa diandalkan. Tidak salah Tuan Besar Juta memilihnya sebagai pemimpin seluruh perusahaan cabang Nayama di Australia.”Davin tersenyum menatap langit. “Baik itu Lisa ataupun Lia, aku tidak peduli. Mereka berdua sama-sama cantik dan berhati mulia. Jika memang yang menjadi cinta pertamaku adalah Lia, aku tidak akan menyesali keputusanku kala bertunangan dengan Lisa nanti.”Kalimat Davin terus terngiang dalam pikirannya, seakan ada hal janggal yang harus diselesaikan.Urusan ini tidak mungkin diceritakan Melvin pada Tuan Besar Juta karena menyangkut informasi pribadi dari Davin dan juga Li
“Ada yang bertingkah sok jagoan di Cisedani rupanya.”Bar terbagi menjadi dua ruangan, yang dekat dengan pintu masuk dan yang lebih dalam lagi. Tiga orang lelaki berdiri dari ruangan sebelah dan salah satunya membawa balok kayu agak besar. Mereka menghampiri Melvin.“Ada yang bertingkah sok jagoan di Cisedani rupanya.”Mata Melvin berapi-api, jiwa macannya sudah membara dan ingin menerkam mangsa. Bukannya berhenti, perkelahian malah semakin seru!“Pisau? Argh, ternyata kalian semua curang, beraninya menikamku dari belakang!”Melvin tertunduk lemas, sebilah pisau sudah menancap di pinggan kirinya, menimbulkan sebuah lubang tipis agak dalam yang menyakitkan.Untuk sesaat, ia terdiam dan malah tersenyum.Semua yang ada di bar kaget, termasuk tiga orang dari ruangan sebelah yang mungkin adalah preman Cisedani yang ditakuti oleh masyarakat.“Sudah, Tuan, jangan lawan mereka. Mereka bertiga berbahaya, termasuk anggota sindikat obat-obatan terlarang di Cisedani.”“Berhentilah, hai Pemudia, k
“May i borrow your huge wood?”Melvin meminjam balokan kayu besar yang dibawa salah satu preman itu dan bodohnya si preman malah memberikannya secara sukarela saking takutnya.Brak!Krak!“Jangan harap kalian keluar dari sini dengan tubuh utuh tanpa luka! Daerah kekuasaan? Apa itu? Cuih ... persetan dengan kekuasaan. Kalian tidak tahu siapa yang benar-benar berkuasa di sini, kan?”Kayu itu terbelah menjadi dua setelah dipukulkan ke lengan kiri Melvin, lantas kembali dibelah menjadi empat bagian setelah beradu kuat dengan kepalanya.Tidak ada ampun, Melvin membuang kayu itu tepat mengenai dua orang preman sok kuat di hadapannya, membuat mereka berdua tersungkur kesakitan sambil memegangi perut karena kuatnya lemparan Melvin.Ia menoleh ke belakang, menatap dua orang yang berkelahi akibat casino tadi.Botol vodka yang masih menyisakan seperempat isi diambilnya, lantas dikeprukkan ke kepalanya sendiri.Pyar!Botol itu pecah berkeping-keping.“Sudah lama sekali aku tidak melakukan hal sep