Maaf, Author habis ngedrop dari sebelum Idul Adha dan baru bisa update sekarang. Sekali lagi, Author minta maaf tidak sempat mengabari.
Keesokan harinya, Davin terbangun karena teleponnya berdering. Lisa sudah duduk di sampingnya seraya menyunggingkan senyum. Sarapan pagi terhidang manja di meja makan, makanan dari beberapa daerah, termasuk Ratatouille kesukaan Davin.Lelaki itu makan dengan lahap dan tidak menyangka jika Lisa bisa memasak masakan seenak ini. Davin sempat lupa tentang teleponnya yang berdering hingga Lisa mengingatkannya kembali.“Tadi Melvin meneleponmu, entah mau mengabari apa. Aku sengaja tidak membangunkamu karena kamu tadi malam tidak bisa tidur sampai pukul dua.”Davin menepok jidatnya karena dia memiliki tanggung jawab yang belum terlaksana. “Aduh, kakek bisa marah karena aku lupa satu hal.”Davin menelepon Melvin, minta dijemput di depan Super B.Lisa sendiri berencana pulang karena merasa tidak sehat. Dia mengabari Davin kalau ingin pulang hari ini, Davin pun minta maaf karena tidak bisa menemani Lisa pulang ke Bandung.Selang beberapa lama, Melvin datang menggunakan mobil mewah jeep warna co
Boom.Suasana seperti ada dalam negeri dongeng, berbeda 180 derajat dari keramaian George Square di jantung kota Bogor.Banyak patung-patung dibangun sepanjang jalan menuju Paramecia.Tiga jalan utama yang menjadi pusat perbelanjaan atau seringkali warga Jabodetabek menyebutnya sebagai High Street, menjadi pemanja mata ketika para turis lokal maupun mancanegara bertandang.Jalan Sangkuriang, Andara, dan Panenkata merupakan tiga serangkai menjadi pusat retrailer pasar seluruh kawasan Bogor, lebih-lebih Jabodetabek.Bahkan, jalan Buchanan dikata sebagai “Golden Z” dan menjadi pusat eceran terbesar ketujuh di Asia, mungkin lima puluh besar di seluruh dunia.“Ini adalah kudapan awalnya, Melvin, masih banyak lagi yang akan membuatmu ternganga karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan dengan aset terbesar di Asia, bahkan pendirian gerbang dan tamannya saja membutuhkan dana miliaran.”Melvin memacu mobilnya lagi, masuk lebih dalam ke Paramecia.Benar saja, pria itu kembali terbel
Reynald merupakan salah seorang greeter dengan name tag yang bertuliskan Ketua Divisi SDM atau sumber daya manusia.Tuan Besar Juta tadi mengabarinya dan berkata kalau Davin akan datang ke sini jam sebelas nanti, tapi Reynald tetap setia menunggu sampai sore tiba.Memang pegawai telaten!“Ma-maafkan aku … aku harusnya datang ke sini siang tadi, tapi sekretarismu tidak mengingatkanku.” Davin coba membela diri, tapi sadar jika itu murni kelalaiannya. “Sekali lagi aku minta maaf.”“Tidak, Tuan, harusnya saya minta maaf karena tidak bisa menyambut Anda dengan senyuman merekah. Karena saya berdiri seharian di sini, Anda tidak mendapat sambutan selayaknya Tuan Muda mendapat sambutan.”Melvin lebih ternganga, bagaimana bisa seorang kepala divisi dapat membungkuk seperti itu pada sosok Davin.Biasanya seorang bos hanya disambut biasa tanpa ada penjamuan khusus oleh para petinggi perusahaan, tapi kali ini berbeda.“Ma-maafkan aku … aku harusnya datang ke sini siang tadi, tapi sekretarismu tida
“Aku juga berpikir demikian, tapi aku belum bisa mengatakan kalau itu benar-benar kembarannya Lisa.”Saat sedang memikirkan misteri kembarnya Lisa dan Lia, tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata dari Rara.“Mmm, aku minta kalian sedikit menjaga jarak karena aku ada telepon penting.”Bukannya sombong, melainkan untuk menutupi aib Rara yang suka memakinya, baik di telepon hingga dunia nyata. Saking sayangnya terhadap para pegawainya di Paramecia, Davin tidak mau mereka bersedih mendengar cacian RaraBenar saja, suara perempuan paruh baya itu menggelegar begitu telepon dibuka.“Hai Pembantu, jangan lancang keluar tanpa izin! Cepat kesini, Lisa sedang dirawat di rumah sakit!”Davin tertunduk lemas, tidak bisa berkata apapun. Ponselnya jatuh ke lantai.Semua orang terkejut. Melvin, Reynald, dan para petinggi Paramecia sangat gopoh melihat Davin yang tiba-tiba saja terduduk lemas, bahkan tersungkur di karpet katun merah khusus untuk menjamu tamu istimewa perusahaan.“Anda kenapa, Tuan? Ken
“Tolong beritahu partnermu jika aku tadi berkunjung kesini. Sampaikan permintaan maafku karena belum sempat menemuinya.”Partner yang dimaksud disini adalah Tyson, CEO Paramecia sekaligus atasan Reynald yang sedang mengisi seminar bisnis internasional di Washington dan akan kembali dua jam kemudian.Untuk sementara, Reynald-lah yang menggantikan posisi Tyson untuk mengatur seluruh urusan perusahaan selama presdir itu sedang menjalani kegiatan di luar negeri.“Justru aku yang ingin meminta maaf mewakili Tyson, Tuan. Kami tidak menduga Anda akan datang secepat ini dan kami pribadi belum melakukan penyambutan terbaik.”“Ahh, tidak apa, Reynald. Aku tadi sempat mengabari Tyson dan dia mengatakan akan kembali ke Jabodetabek kurang dari dua jam.”Davin berdiri, membenarkan posisi hoodie-nya yang mungkin tidak nampak mewah sama sekali di hadapan para petinggi Paramecia yang ternganga keheranan melihat kesederhanaan itu.Kunci dilempar Davin dan seketika ditangkap oleh Melvin dengan reflek ul
Kerumunan para pegawai perlahan tersibak dan membentuk sebuah jalan kecil sebagai penghormatan sekaligus perpisahan untuk seorang Davin.Euforia berganti sedih.Davin ingat Lisa sedang menjalani perawatan di Royal Infirmary Hospital karena sedang mengidap penyakit aneh. Bell Palsy, beberapa orang mengetahui penyakit itu, tapi tidak semua. Hanya rumah sakit tertentu yang dapat menangani penyakit semacam Bell Palsy. Karena itulah, Davin memilih Royal Infirmary Hospital sebagai rujukan utama.Perjalanan menuju Skotlandia tidak berjalan mulus, mereka harus dicegat beberapa petugas keamanan karena tidak sempat membawa paspor. Beruntung, ada pengawal pribadi Jenderal Andre yang sedang bertugas, lalu menyelamatkan Davin dengan cara membuatkan paspor palsu agar Davin bisa segera berangkat menuju Skotlandia.Di pesawat pun sama, sempat terjadi badai besar di langit-langit Edinburgh, sesaat sebelum pesawat turun. Semua penumpang hanya bisa berdoa agar mereka bisa landing selamat dan bertemu kel
Ruangan demi ruangan dilewati dengan tatapan mata yang saling bertaut pada seorang calon mertua dengan calon menantunya yang diseret kasar, menatap sedikit ironis mereka berdua.Davin sangat berharap ruangan Lisa berada di lantai paling atas, tempat VVIP seperti ketika ia tadi dirawat. Menurutnya, itu mungkin adalah hal yang mustahil mengingat Yudhistira Developement. belum satu dekade berkecimpung di dunia perbisnisan Bogor.Sementara lantai empat adalah ruangan khusus bagi mereka yang memiliki darah biru murni atau termasuk salah satu anggota keluarga Nayama.Mata Lisa berkaca-kaca melihat wajah kekasihnya, namun sedikit sedih karena Davin tidak memasang senyuman, melainkan ekspresi memelas dengan mata berkaca-kaca. “An-Davin … akhirnya kamu datang ke sini. Sayang, aku menantimu.”Lisa menjeda kalimatnya beberapa saat, lantas melanjutkannya lagi setelah menghela nafas panjang. “Aku tadi mau menelepon ponselmu, tapi aku sadar kamu punya kesibukan lain yang harus diselesaikan bersama
“Kenalkan, Melvin, dia adalah Mike, teman ekspedisiku saat berkeliling luar kota Wales.”“Hi Mike, salam kenal, Melvin, asisten pribadi Tuan Davin.”Mike berteriak, sangat tidak yakin kalau orang seperti Davin memiliki asisten pribadi yang begitu menawan dengan perawakan sangat menyilaukan mata.“Aku tidak menyangka kau memiliki asisten yang sedikit menakutkan ini. Dari penampilanmu, nampaknya kau seperti orang biasa yang hobi lontang-lantung tanpa ada beban kehidupan.”“Jangan berlebihan memujiku, Mike, aku memang orang biasa yang ingin merasa bahagia di kehidupan singkat ini.”Mike, seorang pria paruh baya yang usianya hampir mirip seperti Hans, si kepala kawasan Raeburn Place, juga merupakan teman lama Davin.Awal pertemuan mereka adalah saat Davin kabur dari pencarian polisi istana dan memilih beristirahat di komplek pom bensin sekaligus pujasera milik Mike. Ia yang masih berusia belasan tahun kala itu memilih untuk tinggal beberapa hari disana dan berpetualang di antara kebun dan