Di saat perbincangan serius berlangsung, entah kenapa, Juta memanggil salah satu ajudannya, minta dibuatkan teh hitam.
Davin sendiri tidak ingin minum yang aneh-aneh, cukup Kopi Toraja gilingan kasar, ditambah tembakau khas Brazil yang dilinting menggunakan lintingan khusus.
Sembari menunggu minuman datang, Juta mengenalkan Davin pada salah satu tangan kanannya. Namanya Darwis, dia orang asli Edinburgh dan setia mendampingi Tuan Juta di manapun dia berada.
Darwis dan Davin saling berjabat, adu tatap tidak terelakkan. Davin memandang Darwis seakan mereka memiliki dendam satu sama lain. Sangat tajam, lalu Davin membuang muka.
“Perkenalannya cukup sampai di sini, kalian sepertinya tidak cocok. Hahaha, entah kenapa, aku merasa begitu. Oke, Darwis, kamu boleh keluar.” Juta melerai mereka berdua.
“Baik, Tuan.”
Laki-laki tinggi tegap nan kekar itu keluar dengan langkah ajeg, tidak ada sedikitpun kata halus yang bisa dilekatk
Tuan Besar Juta tidak langsung menjelaskan pada Davin.Dia lebih dulu mengambil sebuah album berisi foto-foto beberapa dekade silam saat ada penyerangan besar-besaran terhadap istana Skotlandia.“Nama pria ini Hans Sekudita, dia adalah orang pertama yang membangun Nayama di Skotlandia abad ke-19 silam. Foto ini diabadikan ketika seorang wartawan tidak sengaja merekam orasi Hans di detik-detik awal kebangkitan ekonomi Skotlandia.”“Sementara, si kecil yang berdiri di samping Hans, adalah anak pertama Hans. Namanya Manze, kakek buyutku. Sejak belia, dia dianugerahi kecerdasan berlebih.”“Nama Nayama mulai terkenal sejak dia memimpin. Manze akhirnya dinobatkan sebagai pemimpin Skotlandia, lalu digelari Prince of Scotlandia karena berhasil mensejahterakan rakyat. Padahal, waktu itu, era kekaisaran Edinburgh dan Skotlandia sudah bubar.”“Hingga masa pertengahan abad ke-20, Nayama menemui puncak kesuksesannya, le
Juta mengambil secarik kertas kekuningan dari kotak brankasnya.Kertas itu sudah usang, ujung kiri atasnya dimakan rayap. Tulisan di dalamnya ditulis menggunakan tinta dan sudah mulai memudar karena pernah jatuh saat dibawa berlayar.Tulisan tangan berbahasa Skotlandia itu dibaca Davin. Sedikit-banyak dia tahu istilah Skotlandia karena diajari ayahnya dulu waktu masih anak-anak. Di sana tertulis bahwa Juta harus mencari penerus yang lebih kompeten dan tidak toleransi pada pelanggaran apapun.Paragraf tiga menyebutkan kriteria pemimpin itu, dan semua ada pada diri Davin.Juta yakin, Davin bisa mengembalikan kejayaan Nayama yang waktu itu hampir berada di puncak rantai ekonomi dunia.“Jadi modal kakek cuma warisan 20 persen saham Nayama yang asli?” tanya Davin, dia lebih tertarik dengan paragraf satu dan dua, yang membahas tentang warisan Melvin Nayama, ayah kandung Tuan Besar Juta.“Nayama yang dulu beda dengan sekarang. Dul
Claudia berangkat menuju Lorena menggunakan gaun merah marun mewah. Gerald memaksa Kevin pergi menemani Claudia, tapi Kevin tidak mau. Kevin tahu, Lorena sudah diakusisi Nayama dan dia tidak berani macam-macam lagi. “Ann, temani adikmu pergi ke perusahaan! Dia ada meeting penting dan aku takut terjadi apa-apa padanya,” ucap Gerald pada Ann. Gerald pun meminta Ann, tapi Ann juga menolak dengan alasan dia harus menyelesaikan tesisnya malam ini. Akhirnya Claudia pergi sendirian karena semua keluarganya tidak ada yang bisa menemani. “Papa tidak mau aku lulus setengah tahun lebih cepat? Profesor ingin tesisku selesai malam ini. Jika tidak, sidangnya akan ditunda sampai enam bulan. Aku tidak mau itu terjadi,” balas Ann yang terus menatap layar laptopnya. “Kalau Papa, Mama, Kakak, dan Kevin tidak mau ikut, biar Claudia pergi sendiri. Claudia sudah dewasa, tidak harus ditemani ke manapun Claudia pergi. Lagian cuma meeting akbar, tidak ada yang perlu d
Semua petinggi Lorena, Indaluna, dan perusahaan sebelah, berkumpul di lantai enam.Sudah hampir pukul dua siang, tapi wakil Nayama belum kunjung datang. Para pemegang saham terus melirik jam mereka sembari menghentakkan kakinya ke lantai.Ulfi, selaku sekretaris pribadi direktur Lorena, terus ditanyai pihak pemegang saham.“Kapan rapat ini dimulai?” ujar pria berjas, perutnya sedikit buncit.“Benar. Kita sudah menunggu sejak pukul dua lebih lima menit. Tapi apa? Tadi, kalian janji, wakil Nayama datang pukul sepuluh. Ini sudah jam dua. Kita punya agenda lain, tapi harus terhenti di sini karena embel-embel wakil Nayama.”“Sekarang, kami minta kepastian. Apa wakil Nayama beneran datang atau tidak?!”Ulfi, yang tidak tahu kepastian wakil Nayama, hanya bisa diam, merenungi ucapan pemegang saham. Mereka sudah mulai resah, apa miliarder sekelas Nayama lupa untuk menghadiri rapat perusahaan.Tapi, meskipun
Ujang gemetar, antara menjawab atau diam. Dia tahu, yang ada di hadapannya adalah ajudan pribadi Tuan Muda, sekaligus tangan kanan Tuan Besar Juta.Melawan berarti cari mati. Namun, jika dia tidak menuruti ucapan Claudia, maka hal tersebut juga berimbas pada pekerjaannya.“Ta-tapi, Tuan...” Ujang coba membantah.Melvin, yang sudah geram karena Davin diusir, semakin dibuat naik pitam. Tidak satu pun petinggi, berani menentang ucapannya. Tapi, petugas keamanan ini, dia keterlaluan!Dengan suara tinggi, memancing perhatian publik, Melvin kembali membentak Ujang. “Harus berapa kali aku peringatkan, jangan sekali-kali me-”“Baiklah, aku akan keluar dan menunggu di lobby utama hotel.” Davin menyela ucapan Melvin, membuat semua pemegang saham terkejut.“Semuanya harap diam, ini demi kemaslahatan dan kenyamanan meeting ini,” teriak salah seorang petinggi, nampaknya kekasih gelap Claudia, atau mungkin,
“Tuan Muda meminta Anda langsung yang merapikan. Sekali lagi, saya mohon maaf, Nona, bukan memerintah Anda, tapi ini beda konteks. Tidak ada kaitannya dengan jabatan direktur dan sekretaris.”Memey coba profesional, juga dingin. Sesuai permintaan Davin tadi, Memey diberi tugas khusus memancing amarah Claudia, supaya, saat gadis itu masuk ke ruang direktur, emosinya memuncak, dan dia pasti lancang memarahi Davin.Di titik ini, Davin langsung menunjukkan identitas aslinya, membuat Claudia malu sampai ke ubun-ubun.Dan, dengan kepiawaian Memey, rencana berjalan lancar.“Sialan kamu ya! Jangan harap, setelah rapat selesai, kamu masih bekerja untuk Lorena. Camkan itu!?”“Hahaha, kenapa Nona marah? Justru saya yang harusnya marah. Nona, sebagai direktur, harus menuruti permintaan sekretaris, karena sekretarislah yang tahu-menahu tentang seluruh aktivitas, struktural, dan jadwal Anda.”“Diam!”
“Tidak!” Claudia menampar pipi kanan Davin hingga bunyi tamparan itu terdengar nyaring sampai di luar ruangan. “Siapa yang takut, aku ha-”“Teruskan! Barusan kamu ngomong nggak takut, tapi kenapa berhenti? Mmm, apa ancamanku tadi benar. Sepuluh detik dan kedudukanmu tidak lagi aman di perusahaan ini.”Claudia turun jabatan dari yang awalnya sekretaris, menjadi ajudan pribadi Tuan Muda.Bukan ajudan resmi, tapi ajudan abal-abal, yang mana, istilah itu hanya formalitas belaka.Arti sebenarnya adalah, babu atau budak yang senantiasa menuruti perintah majikannya, kapan pun dan di manapun. Entah perintah baik ataupun buruk, sang budak harus melakukan hal tersebut.Tetesan air mata mengalir melewati pelupuk. Kornea dan pupil tercuci bersih.Katanya, air mata adalah air paling steril di dunia... tapi kenapa rasa sakit yang harus digambarkan dengan air mata?Claudia sedih dan kembali membaca tulisan itu. Je
Sebenarnya, tadi pagi, Davin diminta datang ke gedung walikota, tapi dia menolak. Pihak admininstrasi langsung memberitahu Davin seluruh jadwal walikota, agar Davin bisa menyesuaikan pertemuan itu dengan jadwalnya sendiri.Tapi, berbicara di telepon, sepertinya tidak sepuas berbincang langsung, face to face.Awalnya, walikota meminta Davin datang ke ruangannya, atau mengirim utusan untuk menyampaikan informasi. Namun, pemuda itu, menolaknya mentah-mentah, lantas menutup telepon secara sepihak.Melvin dan Levy yang menyaksikan hal itu hanya bisa menggelengkan kepala. Sekelas walikota, bahkan tidak dihiraukan Davin.“Persetan dengan jabatan! Jangan kira, hanya karena dia walikota, dia bisa memerintahku sesuka hati. Asal dia tahu, siapa yang butuh dengan Nayama, harus rela meluangkan waktu, tenaga, dan anak buahnya datang menemui kita di sini!”“Harusnya dia yang mengirim utusan, bukan aku!? Toh, kerja sama itu nggak ada imbas baikny