Home / Romansa / Menantu Sultan / Kedatangan Maureen

Share

Kedatangan Maureen

Author: Nuniek KR
last update Last Updated: 2021-07-06 19:26:44

POV Citra:

Hari keduaku sebagai seorang istri, bangun pagi dan langsung bingung harus lakukan apa. Biasanya pagi hari bergegas masak, menyiapkan sarapan untuk ayah dan untukku sendiri. Setelah makan dengan nasi goreng sederhana atau telor ceplok, maka aku dan ayah akan berangkat kerja.

Adikku? Dia pulang ke rumah kurang dari sebulan sekali. Kami biasanya bertemu di jalanan, berpapasan saat menunggu di lampu merah. Kadang bertemu di pos satpam, atau kantor polisi seperti kemarin, saat ia terkena masalah dan butuh keluarga untuk menyelesaikan masalahnya.

Dasar anak sialan.

Aku menyayangi dia, dulu dia anak yang lucu dan penurut. Tapi sejak ibu pergi entah kemana, akhirnya ia jadi berandalan dan tak pernah pulang ke rumah.

Aku masih ingat saat pertama kali ia kabur dari rumah, ayah dan aku berhari-hari menyebar poster anak hilang, melapor ke kantor polisi dan mencari kemana-mana. Tak tahunya ia ditangkap satpol PP di kota seberang, dipulangkan karena jadi anak jalanan.

Kukira setelah itu ia akan diam di rumah dan bersekolah seperti biasa, tetapi tidak. Ia malah makin menjadi dan terus menerus kabur, terus menerus buat masalah, sampai aku dan ayah pun jadi bosan, lalu membiarkan dia sesuka hati.

Yang penting kami tahu jika dia masih hidup. Begitu.

Lagipula tiap kali dia butuh uang untuk menyelesaikan masalahnya, aku selalu usahakan. Walau harus memeras keringat darah dulu, yang penting dia bisa bebas dari bayang-bayang bui.

Lalu tiba-tiba aku menikah dengan lelaki kaya raya, yang bermasalah dengan Angga adikku. Bahkan berkat menikah dengannya aku bisa melunasi hutang ayah yang sangat besar. Apakah ini salah satu keuntungan adikku menjadi berandalan?

“Tapi aku nyonya palsu, aku menikah cuma jadi wayang aja...” gumamku sambil menekuk lutut. Lalu menoleh ke sisi ranjangku yang kosong, semalam Raka tidak tidur di kamar ini.

“Ahh, ya wajar sih...lagian aku sama dia kan cuma suami istri bohongan. Enggak wajib tidur bareng sekamar, kan?”

Aku coba menghibur diri, membesarkan hati supaya tak terlalu keGRan dan mengharap kami mulai menjalankan romantika pengantin baru sebagaimana mestinya. Dari awal aku sudah menegaskan jika aku tak akan berharap apapun, selain hutang ayah lunas dan hidupku sedikit lebih baik.

Jadi tak ada alasan untukku untuk berharap lebih. Sadar diri.

“Hari ini aku ngapain enaknya ya? Gabut banget asli.” Keluhku.

Kuedarkan pandanganku ke sekeliling kamar, luas sekali namun tak banyak perabotan di dalamnya. Hanya ada ranjang besar, lemari pakaian yang juga besar di salah satu sisi kamar, meja rias dengan berbagai skincare dan kosmetik, sudah.

Jendela kamarku sangat besar dan lebar, bingkainya putih bersih dengan tirai lembut yang seakan melayang jika tertiup angin. Di luar sana balkon lebar dengan beberapa tanaman berbunga yang indah. Tempat yang nyaman untuk bersantai sambil menikmati pagi.

Kulangkahkan kaki ke arah balkon, mencoba menikmati hidup sebagaimana orang kaya biasa lakukan. Pagi-pagi santai, menikmati cuaca, tanpa perlu memikirkan bagaimana berangkat kerja, bagaimana menghitung-hitung gaji supaya cukup untuk bayar hutang dan bayar listrik.

Ahhh, senikmat itu.

Dari atas balkon ini bisa kulihat suasana di bawah, ada satu mobil yang datang dan seorang gadis cantik keluar sambil menangis. Siapa ya? Apakah itu temannya Raka?

Bukan berniat untuk nguping atau kepo, tapi karena kamar ini memang berada di atas area garasi, sehingga aku bisa melihat apa yang terjadi di bawah dengan jelas. Aku juga jadi sedikit penasaran kenapa ada gadis yang menangis datang ke rumah?

Kulangkahkan kakiku menuju keluar kamar, mendekati tangga dan mendengar suara tangis gadis itu kencang. Ia memanggil-manggil Raka, meminta lelaki itu keluar dari dalam kamar.

Pintu seberang kamarku terbuka, muncul Raka dari dalam kamar dan kami sempat beradu pandang. Ia terlihat baru bangun dan terkaget-kaget mendengar namanya disebut, gadis itu penting sekali untuknya mungkin, sampai-sampai ia langsung bangun dan turun ke lantai bawah.

Kuikuti Raka dengan pandanganku, tak bisa ikut ke bawah karena memang bukan urusanku.

“Kamu kenapa nangis begini?” tanya Raka, segera setelah ia berhadapan dengan gadis cantik berkulit putih itu.

“Jonas...dia nonjok aku!”

“Apa?! Kenapa?!”

Gadis itu tak menjawab, ia malah memeluk Raka dan menangis begitu kencang dalam pelukannya. Bisa kulihat jika Raka terlihat sedih, seakan ia juga sedang merasakan apa yang sedang gadis itu rasakan.

“Aku enggak mau pulang, aku takut sama Jonas...”

“Aku antar, yuk? Di rumah kamu lebih aman,”

“Enggak! Aku juga lagi berantem sama papi. Gara-gara aku maksa tinggal serumah sama Jonas, terus...enggak taunya dia galak sama aku dan sekarang aku bingung mau kemana...”

“Kamu...tinggal serumah sama Jonas?”

“Raka, please...aku mau nginep dulu di sini boleh yaa? Aku takut pulang!”

Wajah Raka terlihat aneh, mungkin ia merasa heran, bingung, dan entah apa lagi. Yang jelas kulihat ia mengizinkan gadis itu untuk menginap.

“Beneran? Istri kamu enggak bakalan marah?”

Raka melirikku dengan ujung mata, lalu menggelengkan kepala,

“Enggak apa-apa, lagipula ini kan rumahku dan aku yang memutuskan siapa aja yang boleh tinggal di rumah ini.”

Kumundurkan tubuhku, menjauh dari pemandangan janggal yang membuatku merasa tidak nyaman. Aku masih bertanya-tanya, mengapa Raka menikahiku dan apa alasan utamanya melakukan hal nekat semacam itu?

Sekarang ia malah memeluk gadis lain, dan mengizinkan dia untuk menginap di rumah walaupun posisinya sekarang ia sudah menikah.

Tapi sekali lagi, apa peduliku? Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya mengikuti permainan yang sedang Raka mainkan. Seperti apa yang ia katakan, ini adalah rumahnya dan ia yang memutuskan siapa saja yang boleh tinggal di sini. Jika ia ingin, memasukkan selusin gajah pun tak akan ada yang melarang.

Jadi baiknya aku menjaga jarak, ketahui batasanku dan jangan ikut campur dengan urusan Raka.

**********

POV Raka :

Darahku menggelegak, mendidih karena marah saat melihat lebam di pipi Maureen. Gadis yang kukasihi ini menangis tersedu-sedu, mengadukan pacar barunya yang ringan tangan.

“Padahal cuma karena masalah sepele, aku megang HP dia dan dia pikir aku mau kepo...” adunya padaku.

Kuberikan ia segelas jus dingin, lalu kuajak duduk di teras belakang menghadap ke kolam renang. Aku juga menyiapkan kompresan es untuk meredakan bengkak dan memar di pipinya,

“Memangnya ada kesepakatan di awal, kamu enggak boleh pegang Hpnya, gitu?”

“Ngg...yaa enggak sih. Tapi emang awalnya kami udah bahas dikit tentang ini, HP kami yaa privasi masing-masing, jangan pada kepo. Beneran deh, aku enggak niat ngintip...cuma agak penasaran aja, iseng pengen liat dalem HP dia ada apa ajaaa...”

“Karena iseng, kamu malah jadi kena hajar gini...lain kali enggak usah iseng-iseng lagi. Apalagi sama Jonas.”

“Iyaa...”

“Terus kalian putus?”

“Hah? Putus kenapa?” Maureen malah membelalakkan matanya, seperti tak suka aku bertanya seperti itu.

Padahal menurutku, saat pasangan (baik itu lelaki maupun perempuan) sudah mulai main tangan, itulah saatnya untuk mengakhiri hubungan. Apalagi jika masih sekadar pacaran, masih seumur jagung pula.

“Kan Jonas udah main tangan, hubungan dengan orang yang kasar itu toxic Reen.”

“Tapi itu kan kayaknya dia enggak sengaja, lagi marah aja...lagian aku yang salah kok. Aku pake kepo sama HP dia...”

“Maureen...”

“Pokonya aku pengen diem aja dulu deh, enggak kepikiran buat putus atau gimana. Pokonya aku mau nginep dulu di sini, udah. Kamu jangan banyak tanya-tanya ya Raka? Pokonya temenin aja, oke?!”

Aku pun tak bisa mengatakan apapun lagi, hanya bisa mengangguk dan membantu memegangi kompres es. Rasanya sedih bercampur dengan sakit hati, melihat gadis yang kucintai terluka dan lebih sakitnya lagi saat ia masih saja mempertahankan orang yang menyebabkan luka itu.

Kenapa harus Jonas, Reen?

Aku dan Maureen berteman sejak kecil, dan Jonas menjadi circle kami saat masuk SMA. Entah bagaimana, tetapi Jonas tiba-tiba saja sudah sering nongkrong dengan kami, akrab dan entahlah, terasa begitu cepat namun seakan sudah kenal lama.

Mungkin karena sifat Jonas yang supel dan pandai bergaul, ia juga pandai saat bicara sehingga membuat orang seolah tersihir oleh pesonanya. Termasuk Maureen, serta gadis-gadis lain yang berjejer sebagai barisan para mantan, juga barisan cewek-cewek yang dighosting.

Lalu kenapa? Kenapa Maureen yang notabene sudah tahu sepak terjang Jonas di dunia percintaan, malah jatuh ke dalam pelukannya?

Tinggal serumah pula!

Seandainya aku tidak pengecut, kuakui perasaanku, mungkin pipi mulus Maureen tak perlu merasakan bogem mentah Jonas.

Api kebencian semakin berkobar di dadaku, rasa iri dan cemburu karena Maureen yang lebih memilih Jonas, juga rasa marah karena ia malah menyakitinya, membuatku ingin segera mencari Jonas lalu menghajarnya sampai mampus.

Tetapi hal itu tak boleh kulakukan, aku harus menjaga imageku di depan Maureen.

Setelah ia berpacaran dengan Jonas, aku seakan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan dia kembali. Bahkan setelah aku mencoba memanasi dia dengan menikah dengan Citra. Gadis itu seolah tak begitu ambil pusing, sebab memang dia juga sedang cinta-cintanya sama Jonas. Tetapi Tuhan agaknya ada di pihakku, dan membawa Maureen datang padaku.

Dengan keberadaannya selama beberapa hari ke depan di rumah ini, kuharap bisa membuatnya jadi melupakan Jonas, lalu menerimaku sebagaimana yang seharusnya terjadi.

**********

Related chapters

  • Menantu Sultan   Bertemu Mertua (2)

    POV Citra:Rasanya aneh, aku diajak tinggal di rumah besar ini setelah menikah dengan Raka. Namun sejak terakhir kali kami pergi ke rumah ayahnya, Raka sama sekali tak mengajak aku bicara barang sepatah kata pun.Apalagi sejak kedatangan Maureen, bisa kulihat jika Raka begitu gembira dengan kedatangan gadis bule Indo itu.Sekarang saja dia sedang mengobrol dengan asyik di ruang membaca, sambil menikmati biskuit dan susu hangat di atas meja. Sementara aku? Masih mengenakan piyama, rambut yang kusut dan diikat sekadarnya, diam-diam mengintip mereka berdua dari lantai dua.Maureen gadis yang cantik, tubuhnya langsing dan kulitnya bersih. Pembawaannya juga begitu berkelas, caranya duduk, berjalan, setiap kali ia menyibak rambut panjangnya terlihat sangat feminim dan mewah.“Kalo aku rajin skincare-an, bisa kayak dia juga enggak ya?” tanyaku setelah kembali ke kamar.Kupandang wajahku di cermin, kusam dan tidak menari

    Last Updated : 2021-07-06
  • Menantu Sultan   Hasrat untuk Poligami

    POV Raka: Mungkin begini ya rasanya jika Maureen menjadi istriku? Dia bersamaku siang dan malam, menemaniku mengobrol, berbagi berbagai cerita. Dia juga memasak untukku, lucu sekali melihat tubuh mungilnya hilir mudik di dapur.Ia terlihat berusaha keras untuk belajar memasak, padahal aku tahu ia gadis yang anti sekali menyentuh dapur. Cuma kasihan sekali ia tadi mengangkat panci presto berisi dua kilo iga sapi, tangannya yang mungil tak kuat menahannya sampai-sampai jatuh ke lantai.“Hati-hati, kan mama udah bilang kalo enggak kuat biar mama aja yang angkat...kena kaki, enggak?” tanya mama, sambil mengisyaratkan supaya seorang pelayan merapikan iga dan panci yang berantakan.Namun Citra yang langsung bergerak karena memang ia yang ada paling dekat, dibereskan lalu dibawa ke bak cuci untuk dibersihkan lagi.Aku terharu melihat mama yang perhatian dengan Maureen, mereka bisa menjadi menantu dan mertua yang serasi.

    Last Updated : 2021-07-06
  • Menantu Sultan   Jonas

    POV Citra:Sepanjang malam aku tidak bisa tidur, mengingat kata-kata Raka kemarin. Tentang poligami.Tak tahu apa yang ada dalam pikiran lelaki itu, mengapa tiba-tiba malah ingin poligami? Kenapa memaksakan diri memiliki dua istri, padahal jika dia mau tinggal ceraikan saja aku dan menikah dengan perempuan yang ia idamkan.Sejak awal memang perjanjian perkawinan kontrak ini sangat aneh.Aku saja yang terlalu bodoh dan gelap mata, sampai mau-mau saja jadi istri kontrak.Seperti malam-malam sebelumnya, Raka dan aku tidak tidur bersama dalam satu kamar. Kami tidur di kamar masing-masing dalam mansion besar dengan nuansa warm white ini. Kamarku berseberangan dengan kamar Raka, yang bersebelahan dengan kamar Maureen.Pagi ini aku keluar kamar, lalu berpegangan pada railing tangga yang mengelilingi area kosong di bagian tengah lantai dua. Jadi dari lantai ini aku bisa melihat ke lantai bawah, kurang

    Last Updated : 2021-07-06
  • Menantu Sultan   Merayu

    Citra“Aaah, aku paham sekarang. Kamu menikahi Citra untuk bikin Maureen cemburu? Iya kan?!”Ucapan lelaki yang mirip dengan Lee Dong Wook itu kembali terngiang di telingaku, meninggalkan rasa kesal dan marah yang menyala di dalam dadaku. Tapi dipikir-pikir lagi, kenapa aku harus marah?Lagipula memang sejak awal pernikahan pun sudah dijelaskan, Raka menikahi Citra untuk satu alasan. Dia tak perlu tahu, dan tak berhak untuk protes. Dia sudah dapat uang muka, yaitu pelunasan hutang ayahnya.Kalau ternyata memang perkawinan ini untuk membuat Maureen cemburu, lantas memangnya kenapa? Ya sudah, terima saja.Pantas jika Raka begitu peduli dengan gadis bule itu, bahkan sekarang juga ia sedang mencoba untuk menghibur Maureen. Sejak kemarin ia memang merajuk, ketika tahu Jonas datang kemari untuk mencarinya, namun tidak ada yang memberitahu dia.

    Last Updated : 2021-07-09
  • Menantu Sultan   Perjamuan

    RakaSial, aku lupa!Malam ini harusnya aku mengajak Citra untuk pergi ke perjamuan kantor, dan memang acara ini sudah rutin kuikuti sejak aku resmi menjadi pimpinan di perusahaan anak cabang milik ayahku. Hanya makan malam bersama, semi formal, namun biasa dilakukan di restoran fine dining karena yang menghadirinya adalah jajaran pemimpin perusahaan.Gara-gara Jonas si brengsek itu datang ke rumah, pikiranku jadi berantakan dan melupakan hal penting.Padahal jika aku ingat, rencananya aku ingin memberikan sedikit pelajaran basic manner untuk Citra. Supaya dia tidak mempermalukan aku di depan para elit perusahaan.“Malam ini kamu mau makan malam sama para petinggi perusahaan kayak biasa?” tanya Maureen, ia memang tahu hal ini. Ia juga sempat beberapa kali kuajak pergi menghadiri jamuan tersebut.Dia selalu pandai menempatkan diri, mengenakan gaun yang indah dan bersolek dengan cantik.

    Last Updated : 2021-07-12
  • Menantu Sultan   Mix and Match

    Citra Menjadi orang kaya mendadak ternyata tidak menyenangkan, walau aku diperbolehkan membeli apapun yang kumau, bisa memasak menu apapun dengan bahan-bahan mahal sepuas hati, bermalas-malasan tanpa harus bekerja keras untuk membayar hutang, tetap saja rasanya tidak sehebat itu.Maksudku, yaa...memang menyenangkan bisa melakukan hal-hal yang tak bisa kulakukan dulu. Tetapi saat ini aku merasa sangat kelelahan untuk menyesuaikan gaya hidupku dengan gaya hidup Raka. Seperti makan malam mewah semalam, aku tidak menyangka tak pakai perhiasan pun menjadi satu masalah yang besar.Terus terang aku tersinggung dengan ucapannya, rasa sedihku bertambah saat wanita bernama Cindy itu datang dan mengajakku bicara. Aku tahu dia ingin membuatku merasa makin down dan makin minder, ia berhasil melakukan itu padaku.“Jadi semalam bagaimana? Kulihat muka Raka asem, pasti kamu mengacau, kan?” Maureen mencegat langkah

    Last Updated : 2021-07-13
  • Menantu Sultan   Cemburu

    RakaMaureen berdiri di balkon, menatap lurus ke arah gerbang masuk dengan ekspresi yang masam. Perasaanku jadi tak enak, kukira setelah aku bisa tinggal bersamanya dalam satu rumah maka aku bisa membuatnya jadi lebih ceria dan bahagia. Tetapi rupanya semua yang kulakukan tak cukup membuat Maureen lebih bahagia.Salahku di mana?Perlahan kudekati dia, kusentuh bahunya dan ia terlonjak kaget,“Raka!”“Ngelamunin apa sih? Sampai kaget begitu...”Maureen melenguh, seolah pikirannya benar-benar dibebani oleh sesuatu yang begitu berat dan tak bisa diselesaikan dengan mudah.“Liat aja itu, istrimu kayaknya sedikit terlalu percaya diri sampai kegatelan. Memangnya pantas mereka pergi berdua?” ia menoleh lagi ke arah gerbang masuk.Kuikuti tatapannya, dan bisa kulihat jika mobil Jonas terparkir di sana. Yang membuatku kaget adalah Citra keluar dari pintu de

    Last Updated : 2021-08-06
  • Menantu Sultan   Permintaan Ayah Mertua

    Citra Bayangan wanita muda yang terpantul di cermin memandangku dengan sorot mata menyedihkan, ia terlihat mengasihani aku dan seolah ingin keluar dari sana lalu memelukku dengan erat. Huh, aku terus menerus diombang-ambing dengan yang terjadi padaku saat ini.Menerima tawaran menikahi seseorang yang tak kukenal dengan imbalan hutang ayah lunas, terasa terlalu mudah. Tidak mungkin hidupku akan berjalan semulus itu bagai dalam cerita dongeng, happily ever after.Benar saja, sekarang saja aku sudah mendapatkan banyak sekali rasa sakit hati. Perlakuan Raka yang egois dan tidak melihatku sebagai sosok manusia yang punya perasaan, Maureen yang merasa jika dirinya lebih tinggi derajatnya dariku, ditambah lagi dengan Jonas yang seenaknya saja menarikku kesana-kemari dengan alasan membantu.Untuk apa aku pergi ke butik mewah itu? Mengganti potongan rambutku, mengajarkan cara berpakaian seperti wanita-wanita sosialita, diajarkan car

    Last Updated : 2021-08-07

Latest chapter

  • Menantu Sultan   Akhir Bahagia untuk Semuanya

    Selama berada di depan Raka, Citra tidak menangis sama sekali, sebab semua tangisnya sudah habis. Malah Raka yang menangis, ia terlihat sangat menyesali semua yang ia rasakan saat ini. “Maafkan aku Citra, maafkan aku. Aku bahkan tak pantas untuk menggendong anak kita.. karena semua kelakuanku di masa lalu.” Citra tak menanggapi hal itu, biarkan saja Raka dengan penyesalannya sendiri. Ini salah satu cara untuk mengikhlaskan semuanya. Lagipula mau minta pertanggungjawaban dalam bentuk apa? Raka saja nyaris tak bisa menghidupi dirinya sendiri. Tak mau berlama-lama, Citra mengajak Angga pergi. Raka yang masih bercucuran air mata meminta untuk menggendong Hana sebentar. “SIlahkan,” sahut Citra. Walau sangsi, ia tetap memberikan Hana untuk digendong. Selama beberapa saat Hana dalam gendongan ayahnya sendiri, ia sangat anteng dan cuma mengoceh kecil sementara Raka makin banjir dalam air mata penyesalan. Tak berselang lama, Maureen datang sambil kesusahan menggunakan kursi rodanya. “Rak

  • Menantu Sultan   Kembali Pulang

    Walaupun baru beberapa bulan saja Citra tinggal bersama bu Susi dan Anwar, tetapi perpisahan yang terjadi antara mereka cukup menyedihkan. Ketiganya menangis dengan haru bercampur sedih, namun mereka sama-sama berjanji supaya bisa tetap saling berkomunikasi walaupun sudah tak bersama.Citra kembali ke kampung halamannya, di mana ayah dan adiknya tinggal. Juga tentu saja Raka.Tetapi dia tak begitu peduli dengan Raka, bukan urusannya lagi sekalipun harus tinggal satu daerah dengan lelaki yang sudah mengacaukan hidupnya yang damai.Memang, saat belum menikah dengan lelaki itu dirinya juga dipusingkan dengan kelakuan Angga, tetapi paling tidak batinnya tak terluka sedalam saat bersama dengan Raka.Sebab karena Raka juga, dirinya mengalami patah hati dan rasa kecewa yang luar biasa karena dibohongi oleh orang yang telah ia percayai. Bahkan Citra juga sudah memikirkan kemungkinan jika dirinya akan mempercayakan hatinya juga pada Jalu.Iya, Jalu.Lelaki itu tipe pendamping yang sempurna, de

  • Menantu Sultan   Kehidupan Setelah Perpisahan

    POV RakaCitra tak main-main dengan apa yang telah ia katakan dua bulan yang lalu, di rumah sakit, ketika lukanya masih berdarah dan bayi kecil kami masih belum terbuka matanya.Dia benar-benar pergi, meninggalkan semuanya. Masa lalunya, termasuk aku yang ternyata bukan siapa-siapa untuknya, sekalipun ada darahku dalam tubuh gadis mungil dalam pelukannya itu.Ah andai saja dulu aku tahu hidupku bakal sesusah ini, niscaya aku tak akan berkata hal yang buruk tentang anak kami. Paling tidak, aku tidak akan merasakan penyesalan sedalam ini.Aku akui, dahulu diriku memang sangat buta dan mengahalalkan segala cara, aku sangat takut jatuh miskin, apalagi dengan adanya papa dan Maureen yang menjadi tanggunganku.Kuakui saat itu menjadi kesalahan besar yang telah kulakukan, setelah banyak kesalahan lain yang telah kulakukan dan menyakiti hati Citra. Aku berangkat bukan untuk benar-benar menemui Citra, dan buah hati kami.Tetapi untuk memaksanya kembali denganku, dan meminta bagian warisan dar

  • Menantu Sultan   Keputusan di Tengah Kepalsuan

    Raka mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berkacak pinggang sambil memalingkan mukanya ke arah lain. Ke mana pun, asal tak perlu bertatapan dengan Jalu.Ia merasa jika Jalu memiliki semacam kemampuan untuk mengintimidasi orang lain. Entah karena memang dirinya yang terlalu pengecut, Raka tidak terlalu paham akan hal itu.“Mau apa datang ke mari? Mengacaukan semuanya lagi, hah?” desak Jalu.“Terus salahku di mana? Aku cuma mau ketemu anak istriku. Aku cuma mau mengatakan yang sebenarnya saja. salah?!”“Masih berani tanya salahmu di mana? Hmm. Kau lupa dengan semua yang telah kau lakukan pada Citra? Pernikahan kontrak itu, tindakanmu yang semena-mena padanya cuma karena ingin menyenangkan Maureen?”Raka jengah, ternyata Jalu juga tahu sampai sedetail itu.“Tau dari mana kamu? Jangan sok tau!”“Aku bukan sok tau, aku memang sudah tau. Kamu juga tak mengakui darah dagingmu, sampai Citra harus pergi jauh sekali. kalau aku jadi kamu, aku tak akan pernah menampakkan mukaku lagi di depan Citr

  • Menantu Sultan   Kehilangan dan Pertemuan 2

    Citra berusaha untuk bangkit dari tidurnya, namun ia merasa kepalanya begitu berat dan ditambah lagi luka di perutnya terasa makin nyeri saja.“Duh, perutku sakit banget..” keluhnya sambil memegang perut, dan ia merasa jika perutnya sudah diperban lagi.Terakhir ia ingat jika dirinya sudah melepaskan perban saat berlari, karena perbannya sudah basah oleh darah dan perekatnya lepas. Tapi sekarang benda itu sudah diganti dengan yang baru, demikian juga pakaian yang ia kenakan.“Bu Susi pasti bawa aku ke mari.. aduh ya Tuhan, mau bayar pakai apa?” keluhnya lagi sambil menahan tangis.Tetapi ia tak bisa menangis, sebab dalam pikirannya kini hanya bayinya, bayinya dan bayinya. Urusan bayar rumah sakit, atau rasa nyeri yang tak tertahankan ini, semua masih bisa dipikirkan nanti.Bagaimana dengan bayinya yang masih merah? Di mana dia sekarang? Bersama siapa? Bagaimana jika dia ingin minum susu?“Ya Tuhan, kuatkan aku..”Citra turun dari ranjang, dan melepas infusan yang menempel di tangannya

  • Menantu Sultan   Kehilangan dan Pertemuan

    Citra baru menyelesaikan makannya, dan bayi kecil yang baru saja dia lahirkan masih tidur terlelap tanpa menangis, rewel atau apapun. Setahunya, bayi baru lahir memang tidak terlalu banyak menangis, bahkan cenderung lebih banyak tidur.Maka karena itu dirinya harus memaksimalkan waktu, harus mampu memulihkan diri dalam waktu cepat namun juga harus bisa bekerja.Citra keluar kamar dan menutup pintunya rapat, ia berniat mengantarkan piringnya ke depan sambil bertanya apakah ada yang bisa dia bantu. Bagian belakang rumah sekaligus warung makan ini tidak dipagar, melainkan langsung mengarah ke kebun yang cukup padat tumbuhannya.Sejauh yang Citra lihat, ada beberapa batang pohon jengkol, rambutan dan pohon-pohon besar berbuah lainnya. Di ujung kebun yang cukup jauh terlihat ada jalan setapak kecil yang entah mengarah ke mana.“Agak ngeri juga ya kalau begini? Tapi enggak apa-apa. Siapa juga yang mau datang ke mari?” gumam Citra, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.Di dalam kepalany

  • Menantu Sultan   Menyepi

    Kamar yang diberikan untuk Citra adalah sebuah ruangan yang cukup untuk satu kasur single, ada lemari pakaian dan kipas angin. Satu pintu di bagian depan dan di sebelahnya ada jendela yang lumayan besar, dengan gorden yang bersih. “Syukurlah, tempatnya bersih. Aku bisa menidurkan anakku dulu, sementara aku makan. Aduh, perutku.. “ keluh Citra, sambil memegang bagian bawah perutnya. Ia khawatir jika luka jahitannya berdarah, atau parahnya jahitannya lepas. Tetapi saat ia melihat bagian bawah perutnya, sepertinya baik-baik saja. Semoga memang tak ada masalah apapun. “Permisi kak, ini nasinya dari depan.” Remaja lelaki anak pemilik warung nasi mengantarkan makanan Citra, bahkan sudah ditambah dengan es teh manis dan juga ayam goreng. “Makasih. Eh iya, nama kamu siapa Dek?” “Anwar, kak. Kalau Kakak siapa?” “Citra.” “Oh Kak Citra. Ya udah selamat makan dan istrirahat kak, kalau ada butuh apa-apa tinggal panggil aja aku di depan.” Citra mengangguk dan berterima kasih. Ia benar-benar

  • Menantu Sultan   Kontrakan

    Selama hampir setengah jam Citra hanya duduk termangu di depan toserba, ia masih menggendong bayinya dalam posisi yang sama seperti saat pertama ia datang ke tempat ini. Jalanan di depannya masih ramai, beberapa orang yang melintas melihat dia dengan tatapan aneh.Wajar, semua orang juga pasti akan merasa aneh melihat seorang wanita muda dengan bayi yang masih merah. Pakaiannya berantakan dan bahkan mukanya juga masih pucat, hanya saja tidak ada yang cukup peduli untuk bertanya keadaannya, atau bahkan curiga jika dia penculik bayi atau apalah.Tetapi pada kenyataannya memang Citra lebih suka tidak ada yang peduli padanya, ia benar-benar sedang tidak mau bicara dengan siapapun.Citra baru tersadar saat bayinya bersuara, tidak menangis, hanya merengek sedikit lalu kembali tidur.“Ahh, aku harus beli baju buat anakku. Kasihan.. nanti dia mau pake apa?” gumamnya sambil berdiri.Ia membetulkan letak tas yang tersampir di bahunya, memperbaiki

  • Menantu Sultan   Berlari Tanpa Arah

    Para perawat dan bruder mengeluarkan semua orang yang ada dalam ruangan rawat Citra, dan membiarkan ibu muda itu berduaan saja dengan bayinya. Seorang perawat sempat memberitahunya bagiamana cara untuk menyusui bayi yang benar, dan Citra sangat bersyukur tentang hal itu.“Sayang, kita pergi dari sini yuk? Di sini udah enggak aman. Mama enggak mau hidup kamu kacau kayak mama. Padahal ini hari pertama kamu di dunia, tapi kamu udah dapat masalah begini. Maafin mama ya?” bisik Citra, ia mendekap bayinya dengan erat.Bayi mungil dalam dekapannya sudah dibalut dengan selimut bayi, ia turun dari ranjang untuk mencari barang-barang pribadinya. Ia terkejut melihat tas yang biasa ia gunakan sudah ada di lemari kecil dekat ranjang.Isinya masih lengkap seperti terakhir dia meninggalkannya, ada HP, dan dompet.“Baguslah, aku bisa pergi sekarang.” Gumamnya sambil menghela napas.Tidak ada pakaian ganti, tidak ada baju untuk si baby. Suda

DMCA.com Protection Status