Home / Romansa / Menantu Sultan / Hasrat untuk Poligami

Share

Hasrat untuk Poligami

Author: Nuniek KR
last update Last Updated: 2021-07-06 19:28:08

POV Raka:

Mungkin begini ya rasanya jika Maureen menjadi istriku? Dia bersamaku siang dan malam, menemaniku mengobrol, berbagi berbagai cerita. Dia juga memasak untukku, lucu sekali melihat tubuh mungilnya hilir mudik di dapur.

Ia terlihat berusaha keras untuk belajar memasak, padahal aku tahu ia gadis yang anti sekali menyentuh dapur. Cuma kasihan sekali ia tadi mengangkat panci presto berisi dua kilo iga sapi, tangannya yang mungil tak kuat menahannya sampai-sampai jatuh ke lantai.

“Hati-hati, kan mama udah bilang kalo enggak kuat biar mama aja yang angkat...kena kaki, enggak?” tanya mama, sambil mengisyaratkan supaya seorang pelayan merapikan iga dan panci yang berantakan.

Namun Citra yang langsung bergerak karena memang ia yang ada paling dekat, dibereskan lalu dibawa ke bak cuci untuk dibersihkan lagi.

Aku terharu melihat mama yang perhatian dengan Maureen, mereka bisa menjadi menantu dan mertua yang serasi.

“Citra, udah enggak apa-apa, biar nanti dibersihkan aja sama yang lain..”

“Enggak apa-apa ma, lagipula ini kan enggak susah dan buru-buru juga mau dimasak.”

Kulihat wajah Maureen asam, mendengar mama memperhatikan Citra. Sabarlah sebentar yaa Maureen, aku harus pastikan dulu jika kamu sudah benar-benar yakin dengan cintamu kepadaku. Setelah itu, aku bisa melamarmu dan kita akan menikah.

Mama Laksmi akan jadi mertuamu dan tak akan memperhatikan orang lain lagi, apalagi itu hanya Citra.

Hmm, dia kalau sudah berpisah nanti apakah mau balik lagi jadi pegawai SPBU? Atau mungkin dia akan buka usaha sendiri? Soalnya nominal yang kujanjikan setelah perkawinan ini berakhir lumayan juga nilainya.

Hutang ayahnya 300 juta Rupiah, sudah kubayar lunas. Lalu uang ganti rugi perkawinan yang kujanjikan 500 juta Rupiah. Jadi total 800 juta uang yang akan kuberikan padanya. Angka yang lumayan, bukan?

Memang jika orang lain yang mendengarnya akan merasa sedikit jengah, untuk apa pura-pura menikahi seorang gadis ketika mencintai gadis yang lainnya? Apalagi sampai mengeluarkan uang ratusan juta Rupiah hanya demi memastikan cinta dari seorang gadis?

Namanya juga sedang jatuh cinta, semuanya perlu pengorbanan bukan?

Aku kembali mengawasi dapur dari ruang makan, rasanya gemas sekali melihat Maureen yang bergerak lincah ke sana ke mari. Ia mengambil alih spatula dari tangan Citra yang sedang menggoreng sesuatu, lalu bertingkah seolah dia chef bintang lima dan tahu apa yang sedang ia lakukan.

Ahh Maureen, aku tahu kamu sebenarnya bingung bukan? Tapi kamu berusaha keras supaya bisa belajar memasak dengan benar. Kamu memang gadis yang benar-benar sempurna untuk kujadikan istri.

Lihat, sekarang ia tengah belajar memotong-motong wortel. Gerakannya kaku, dan potongan wortelnya juga tidak seragam. Tetapi tak apa, namanya juga sedang belajar. Kenapa pula mama terus menerus menegurnya? Biarkan saja, dia baru pertama memegang pisau lho!

“Aaak!” pekik Maureen kencang, sambil melemparkan pisaunya ke lantai.

Ia lantas mulai menangis dan mengangkat jarinya sampai sebatas muka, wajahnya pucat dan matanya menatap ke arahku.

Aku tahu ada yang tidak beres dan sepertinya ia terluka.

Bergegas kuhampiri, dan benar saja ternyata ia teriris pisau saat memotongi wortel.

“Mana? Lihat mana lukanya, biar aku yang obati Reen!”

Maureen menyodorkan jarinya padaku sembari menangis, wajahnya lucu saat menangis dengan hidung merah dan pipi yang juga semerah tomat.

“Sakiiit! Aku enggak mau diamputasi pleaseeee!”

Aku sampai tertawa mendengar ocehannya, mana ada hanya teriris sedikit sampai harus diamputasi? Menggemaskan sekali dia!

“Iyaa, iyaa...ini juga lagi kuobatin kan. Udah-udah jangan nangis, Rin ambilin P3K buruan!” perintahku pada salah satu pelayan yang berdiri kaku di ambang pintu, mungkin dia bingung mau melakukan apa.

Setelah kotak P3K diambil, aku segera membersihkan luka Maureen yang sebenarnya tidak parah. Kuberikan sedikit betadine dan ia menjerit kecil sambil meremas pundakku menahan sakit. Setelah itu kuberi plester luka dan tangisnya pun berhenti.

“Gimana ratu dapur? Nanti kamu harus tiap hari ke dapur lho masak buat suami. Haha.” Ujarku berseloroh.

Maureen merajuk dan menghentakkan kakinya ke lantai sambil cemberut.

“Enggak mau! Aku enggak mau masak, kan ada koki sama pelayan, mereka aja yang masak.”

Refleks kujulurkan tanganku untuk mengusap-usap kepalanya, dia benar-benar gadis yang imut dan manja, aku suka sekali.

Tapi bisa kulihat jika mama tidak terlalu suka dengan sikapku barusan, buktinya ia melotot padaku dan mengisyaratkan supaya aku melihat Citra. Gadis itu tengah menata meja makan dengan cepat, tanpa canggung atau ragu dengan apa yang harus ia lakukan.

Yaa dia memang cekatan, mungkin karena hidupnya yang terbiasa sulit sehingga memaksanya jadi sosok yang seperti saat ini.

Lalu memangnya kenapa? Aku tak bisa memaksa supaya Maureen bisa sekuat Citra kan? biarkan saja apa adanya. Masing-masing orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Aku sendiri menerima semua kelebihan dan kekurangan Maureen. Salahnya di mana?

*********

Setelah selesai makan malam bersama, mama pun pulang. Aku tidak mengantarnya pulang karena memang mama datang dengan supirnya sendiri.

“Mamaaaa, kenapa enggak nginep aja sih di sini? Kan aku masih kangeeen.” Maureen menggelayut manja di lengan mama, ia memang pandai menempatkan diri. Ia bisa membuat dirinya dicintai banyak orang dengan mudah.

“Mama enggak mau ganggu pengantin baru,” jawab mama menohok.

Lho, maksud mama apa mengatakan hal itu di depan Maureen?

“Aah...oh iya lupa. Sekarang kan Raka udah menikah.”

Nada lesu terdengar jelas dari suaranya, ia bahkan melepaskan pegangannya pada lengan mama dan menunduk sambil menjauh. Ia terlihat sangat kecewa dan entahlah perasaanku bercampur aduk, di satu sisi aku sedih melihat orang yang kucintai merasa seperti tidak dianggap seperti itu.

Namun di sisi lain aku juga bahagia, Maureen pasti merasakan cinta juga kepadaku dan merasa kecewa karena sekarang aku sudah menikah. Cemburu, singkatnya begitu.

Setelah berpamitan dengan Citra, mama pun segera naik mobil dan kendaraan berwarna  silver itu pun melaju keluar halaman rumah. Citra dan Maureen berdiri berdampingan, mereka sama-sama melepas kepergian mama sambil melambaikan tangan.

Pemandangan yang membuatku merasakan sebuah sensasi yang menggelitik, dua orang wanita muda yang melepas mamaku pulang. Keduanya menganggap mamaku sebagai mertua, yang harus dihormati sebagaimana menghormati aku sebagai suami.

Haha, apakah ini rasanya poligami?

“Raka! Kamu liat kan tadi tuh mama kamu baik banget sama aku!”

Maureen menghampiriku dan setengah melompat ia memeluk lenganku, menggenggam jemariku dengan lembut dan hangat. Wajahnya mungkin hanya sebatas pundakku saja, namun memang kemungilannya itu yang membuatku semakin gemas.

“Iya dong, kan memang selama ini mama baik sama kamu. Kamunya sih enggak mau jadi menantunya dia...”

“Ihhh apaan sih Raka, kan kamu udah punya istri. Enggak enak tau ngomong begitu!” ia memukul lenganku pelan, sambil menoleh ke belakang di mana Citra mengekor kami berdua.

“Kayaknya dia emang beneran sayang ya sama aku? Uhh, mama mertua idaman banget!”

“Mau enggak punya mama mertua kayak mamaku?”

“Mau laah, semoga aja mamanya Jonas sama baiknya kayak mama kamu.”

Ugh, Jonas lagi.

Mendengar namanya disebut membuat khayalanku tentang pernikahan jadi kacau. Padahal barusan imajinasiku indah sekali, membayangkan jika Maureen juga menjadi istriku dan hidupku pasti akan sangat lengkap.

Apa kulamar saja dia sekarang, ya?

Siapa tahu dia sebenarnya gengsi saja dan ternyata di dalam hatinya mengharapkan jika ia menikah juga denganku!

Eh tapi, bagaimana dengan Citra?

Setelah Maureen masuk ke kamarnya, aku menghampiri gadis berambut panjang itu.

“Lagi apa?”

“Ah, ini...beresin bekas makan tadi.”

“Kan ada pelayan, ngapain kamu beresin sendiri?”

Ia malah tersenyum dan tangannya tetap membereskan berbagai macam hal yang ia lihat di depannya.

“Memangnya kalo ada pelayan aku jadi enggak bisa lakuin apapun? Enggak. Aku tetap ngerasa kalo beresin yang bisa kuberesin itu kewajibanku, sebagai tanda terima kasih dan entahlah, aku cuma enggak enak aja kalo tiba-tiba gak lakuin apa-apa...”

“Terima kasih buat apa?”

“Ng...buat semuanya. Karena kamu udah bantu membayar hutang keluargaku, aku ngerasa kalo aku enggak boleh santai dan leha-leha kayak nyonya. Gimana pun juga, aku kan cuma sementara di sini...”

“Yaa padahal nikmati aja lah, kamu kan statusnya tetep istriku. Aku enggak enak juga kalo misal orang liat kamu beberes begini, nanti disangkanya kamu kujadikan pembantu lagi.”

“Ahaha, ya enggak lah! Kayaknya wajar banget ibu rumah tangga ngelakuin pekerjaan rumah tangga, walaupun dia punya pelayan dan asisten. Kadang mereka juga ngelakuin itu karena suka. Yaa kamu tinggal bilang aja kalo aku memang suka beres-beres.”

Kuangkat alisku, yaa terserah sih maunya dia seperti apa.

Ahh, aku jadi lupa mau bicara penting dengan Citra.

“Menurutmu, gimana kalo aku berpoligami?”

Prang!

“Aa—aduh maaf, aku ceroboh...sampai gelasnya jatuh!” Citra membungkuk untuk memunguti pecahan gelas namun kutahan, gantinya kupanggil pelayan untuk mengambil sapu dan pengki. Kenapa pula dia sampai memecahkan gelas, seakan dia kaget dengan pertanyaanku.

“Gimana menurutmu, Cit?”

“Hah? Tentang apa? Ohh iya, poligami ya? Itu bukan wewenangku buat menjawab sih. Itu kan hak kamu...”

“Tapi kan kamu yang mau kupoligami. Aku tetep harus minta izin sama kamu.”

“Aku cuma istri sementara aja, di antara kita enggak ada perasaan apapun jadi walaupun kamu poligami kayaknya aku ya biasa-biasa saja.”

Aku mengangguk-angguk, membenarkan ucapan Citra.

Gadis ini lumayan juga ternyata, ia tetap mengingat dari mana ia berasal, siapa dirinya dan tidak serta merta langsung merasa menjadi nyonya sekalipun aku sudah menikahinya secara resmi.

“Oke kalo begitu, kalo udah selesai beres-beresnya balik aja ke kamar. Eh tapi bebas sih mau ngapain juga terserah kamu Cit. Aku duluan yaa.” Pamitku sambil membalikkan badan,

“Eh tunggu Raka!”

“Yaa?”

“Kenapa kamu enggak pisah aja sama aku, baru menikah dengan calon kamu itu...kan lebih gampang ketimbang harus poligami?”

“Enggak bisa, kan kita terikat kontrak. Pernikahan ini harus berlangsung minimal setahun dan maksimal aku enggak bisa pastikan sampai tujuanku tercapai.”

“Kontraknya di depan notaris, sih. Jadi aku juga enggak bisa cheating. Lagipula apa kata orang kalo pernikahan kita yang belum sebulan ini langsung pisah?”

Citra menggigit bibir, terlihat bingung dengan kata-kataku.

“Lagipula aku belum yakin jika gadis yang kuincar mau poligami denganmu, yaa aku masih butuh waktu lebih banyak.”

“Buat?”

“Adalah, urusanku. Tujuanku melakukan pernikahan ini denganmu.”

Wajah Citra terlihat semakin bingung, tapi aku tidak peduli. Lagipula apa urusannya bertanya begitu banyak. Aku juga tidak punya kepentingan menceritakan semuanya mendetail pada Citra. Biarkan saja rencanaku berjalan dulu seperti semula, jangan sampai melenceng dari yang telah kususun selama ini.

********

Related chapters

  • Menantu Sultan   Jonas

    POV Citra:Sepanjang malam aku tidak bisa tidur, mengingat kata-kata Raka kemarin. Tentang poligami.Tak tahu apa yang ada dalam pikiran lelaki itu, mengapa tiba-tiba malah ingin poligami? Kenapa memaksakan diri memiliki dua istri, padahal jika dia mau tinggal ceraikan saja aku dan menikah dengan perempuan yang ia idamkan.Sejak awal memang perjanjian perkawinan kontrak ini sangat aneh.Aku saja yang terlalu bodoh dan gelap mata, sampai mau-mau saja jadi istri kontrak.Seperti malam-malam sebelumnya, Raka dan aku tidak tidur bersama dalam satu kamar. Kami tidur di kamar masing-masing dalam mansion besar dengan nuansa warm white ini. Kamarku berseberangan dengan kamar Raka, yang bersebelahan dengan kamar Maureen.Pagi ini aku keluar kamar, lalu berpegangan pada railing tangga yang mengelilingi area kosong di bagian tengah lantai dua. Jadi dari lantai ini aku bisa melihat ke lantai bawah, kurang

    Last Updated : 2021-07-06
  • Menantu Sultan   Merayu

    Citra“Aaah, aku paham sekarang. Kamu menikahi Citra untuk bikin Maureen cemburu? Iya kan?!”Ucapan lelaki yang mirip dengan Lee Dong Wook itu kembali terngiang di telingaku, meninggalkan rasa kesal dan marah yang menyala di dalam dadaku. Tapi dipikir-pikir lagi, kenapa aku harus marah?Lagipula memang sejak awal pernikahan pun sudah dijelaskan, Raka menikahi Citra untuk satu alasan. Dia tak perlu tahu, dan tak berhak untuk protes. Dia sudah dapat uang muka, yaitu pelunasan hutang ayahnya.Kalau ternyata memang perkawinan ini untuk membuat Maureen cemburu, lantas memangnya kenapa? Ya sudah, terima saja.Pantas jika Raka begitu peduli dengan gadis bule itu, bahkan sekarang juga ia sedang mencoba untuk menghibur Maureen. Sejak kemarin ia memang merajuk, ketika tahu Jonas datang kemari untuk mencarinya, namun tidak ada yang memberitahu dia.

    Last Updated : 2021-07-09
  • Menantu Sultan   Perjamuan

    RakaSial, aku lupa!Malam ini harusnya aku mengajak Citra untuk pergi ke perjamuan kantor, dan memang acara ini sudah rutin kuikuti sejak aku resmi menjadi pimpinan di perusahaan anak cabang milik ayahku. Hanya makan malam bersama, semi formal, namun biasa dilakukan di restoran fine dining karena yang menghadirinya adalah jajaran pemimpin perusahaan.Gara-gara Jonas si brengsek itu datang ke rumah, pikiranku jadi berantakan dan melupakan hal penting.Padahal jika aku ingat, rencananya aku ingin memberikan sedikit pelajaran basic manner untuk Citra. Supaya dia tidak mempermalukan aku di depan para elit perusahaan.“Malam ini kamu mau makan malam sama para petinggi perusahaan kayak biasa?” tanya Maureen, ia memang tahu hal ini. Ia juga sempat beberapa kali kuajak pergi menghadiri jamuan tersebut.Dia selalu pandai menempatkan diri, mengenakan gaun yang indah dan bersolek dengan cantik.

    Last Updated : 2021-07-12
  • Menantu Sultan   Mix and Match

    Citra Menjadi orang kaya mendadak ternyata tidak menyenangkan, walau aku diperbolehkan membeli apapun yang kumau, bisa memasak menu apapun dengan bahan-bahan mahal sepuas hati, bermalas-malasan tanpa harus bekerja keras untuk membayar hutang, tetap saja rasanya tidak sehebat itu.Maksudku, yaa...memang menyenangkan bisa melakukan hal-hal yang tak bisa kulakukan dulu. Tetapi saat ini aku merasa sangat kelelahan untuk menyesuaikan gaya hidupku dengan gaya hidup Raka. Seperti makan malam mewah semalam, aku tidak menyangka tak pakai perhiasan pun menjadi satu masalah yang besar.Terus terang aku tersinggung dengan ucapannya, rasa sedihku bertambah saat wanita bernama Cindy itu datang dan mengajakku bicara. Aku tahu dia ingin membuatku merasa makin down dan makin minder, ia berhasil melakukan itu padaku.“Jadi semalam bagaimana? Kulihat muka Raka asem, pasti kamu mengacau, kan?” Maureen mencegat langkah

    Last Updated : 2021-07-13
  • Menantu Sultan   Cemburu

    RakaMaureen berdiri di balkon, menatap lurus ke arah gerbang masuk dengan ekspresi yang masam. Perasaanku jadi tak enak, kukira setelah aku bisa tinggal bersamanya dalam satu rumah maka aku bisa membuatnya jadi lebih ceria dan bahagia. Tetapi rupanya semua yang kulakukan tak cukup membuat Maureen lebih bahagia.Salahku di mana?Perlahan kudekati dia, kusentuh bahunya dan ia terlonjak kaget,“Raka!”“Ngelamunin apa sih? Sampai kaget begitu...”Maureen melenguh, seolah pikirannya benar-benar dibebani oleh sesuatu yang begitu berat dan tak bisa diselesaikan dengan mudah.“Liat aja itu, istrimu kayaknya sedikit terlalu percaya diri sampai kegatelan. Memangnya pantas mereka pergi berdua?” ia menoleh lagi ke arah gerbang masuk.Kuikuti tatapannya, dan bisa kulihat jika mobil Jonas terparkir di sana. Yang membuatku kaget adalah Citra keluar dari pintu de

    Last Updated : 2021-08-06
  • Menantu Sultan   Permintaan Ayah Mertua

    Citra Bayangan wanita muda yang terpantul di cermin memandangku dengan sorot mata menyedihkan, ia terlihat mengasihani aku dan seolah ingin keluar dari sana lalu memelukku dengan erat. Huh, aku terus menerus diombang-ambing dengan yang terjadi padaku saat ini.Menerima tawaran menikahi seseorang yang tak kukenal dengan imbalan hutang ayah lunas, terasa terlalu mudah. Tidak mungkin hidupku akan berjalan semulus itu bagai dalam cerita dongeng, happily ever after.Benar saja, sekarang saja aku sudah mendapatkan banyak sekali rasa sakit hati. Perlakuan Raka yang egois dan tidak melihatku sebagai sosok manusia yang punya perasaan, Maureen yang merasa jika dirinya lebih tinggi derajatnya dariku, ditambah lagi dengan Jonas yang seenaknya saja menarikku kesana-kemari dengan alasan membantu.Untuk apa aku pergi ke butik mewah itu? Mengganti potongan rambutku, mengajarkan cara berpakaian seperti wanita-wanita sosialita, diajarkan car

    Last Updated : 2021-08-07
  • Menantu Sultan   Menjadi Mata-Mata Sehari

    Raka Aku yakin sekali jika Maureen sedang membenci Jonas, karena cemburu melihat kekasihnya pergi dengan istriku tanpa bicara pada siapapun. Tetapi bukannya merajuk, atau marah besar dan meminta putus, Maureen malah mau-mau saja diajak keluar oleh Jonas. Sekitar setengah jam yang lalu, mereka pergi dengan mobil Jonas dan aku yang bodoh ini langsung bergegas mengikuti mobil mereka dari belakang. Keduanya tidak mampir kemana-mana, melainkan langsung pergi ke apartemen milik Jonas. Di balik kemudi aku mengawasi mereka berdua yang cukup lama di parkiran, mungkin membicarakan soal Citra atau entalah aku tidak yakin. Tetapi samar-samar bisa kulihat jika hubungan mereka sedang diperbaiki, Jonas merengkuh kepala Maureen dan mengecup dahinya, lalu mereka berciuman. “Sialan.” Gerutuku sambil membuang muka. Kupukul setir dengan sekuat tenaga, memaki dan bersumpah serapah untuk menahan rasa cemburu yang benar-benar membakar dada.

    Last Updated : 2021-08-09
  • Menantu Sultan   Pulang ke Rumah

    CitraIya aku tahu, jika penampilanku ini jauh sekali dari selera wanita yang disukai oleh Raka, dan semua lelaki yang ada di kalangannya. Tetapi Raka tak perlu mengatakan hal sejahat itu hanya untuk berkata tidak. Cukup katakan saja tak mau pergi konsultasi, sudah.Kenapa malah membawa-bawa tak sudi menghamiliku segala? Memangnya aku juga mau dia hamili?Hidupku memang susah, aku ingin memiliki uang yang cukup untuk hidup dan bebas dari hutang serta tak perlu capek kerja keras. Tetapi jika harus mengorbankan harga diri dan memasang muka tembok demi mengandung anak orang kaya, lalu hidup enak dari biaya bulanan untuk anak.Aduh, itu bukan gayaku!Setelah berdebat panjang lebar dengan Raka, aku masuk ke kamar dan mengemas beberapa pakaianku. Tak tahan lagi jika lebih lama tinggal di sini, aku mau pulang dulu ke rumah ayah selama dua atau tiga hari. Siapa tahu bisa membuat kepalaku sedikit dingin dan bisa waras untuk kemba

    Last Updated : 2021-08-10

Latest chapter

  • Menantu Sultan   Akhir Bahagia untuk Semuanya

    Selama berada di depan Raka, Citra tidak menangis sama sekali, sebab semua tangisnya sudah habis. Malah Raka yang menangis, ia terlihat sangat menyesali semua yang ia rasakan saat ini. “Maafkan aku Citra, maafkan aku. Aku bahkan tak pantas untuk menggendong anak kita.. karena semua kelakuanku di masa lalu.” Citra tak menanggapi hal itu, biarkan saja Raka dengan penyesalannya sendiri. Ini salah satu cara untuk mengikhlaskan semuanya. Lagipula mau minta pertanggungjawaban dalam bentuk apa? Raka saja nyaris tak bisa menghidupi dirinya sendiri. Tak mau berlama-lama, Citra mengajak Angga pergi. Raka yang masih bercucuran air mata meminta untuk menggendong Hana sebentar. “SIlahkan,” sahut Citra. Walau sangsi, ia tetap memberikan Hana untuk digendong. Selama beberapa saat Hana dalam gendongan ayahnya sendiri, ia sangat anteng dan cuma mengoceh kecil sementara Raka makin banjir dalam air mata penyesalan. Tak berselang lama, Maureen datang sambil kesusahan menggunakan kursi rodanya. “Rak

  • Menantu Sultan   Kembali Pulang

    Walaupun baru beberapa bulan saja Citra tinggal bersama bu Susi dan Anwar, tetapi perpisahan yang terjadi antara mereka cukup menyedihkan. Ketiganya menangis dengan haru bercampur sedih, namun mereka sama-sama berjanji supaya bisa tetap saling berkomunikasi walaupun sudah tak bersama.Citra kembali ke kampung halamannya, di mana ayah dan adiknya tinggal. Juga tentu saja Raka.Tetapi dia tak begitu peduli dengan Raka, bukan urusannya lagi sekalipun harus tinggal satu daerah dengan lelaki yang sudah mengacaukan hidupnya yang damai.Memang, saat belum menikah dengan lelaki itu dirinya juga dipusingkan dengan kelakuan Angga, tetapi paling tidak batinnya tak terluka sedalam saat bersama dengan Raka.Sebab karena Raka juga, dirinya mengalami patah hati dan rasa kecewa yang luar biasa karena dibohongi oleh orang yang telah ia percayai. Bahkan Citra juga sudah memikirkan kemungkinan jika dirinya akan mempercayakan hatinya juga pada Jalu.Iya, Jalu.Lelaki itu tipe pendamping yang sempurna, de

  • Menantu Sultan   Kehidupan Setelah Perpisahan

    POV RakaCitra tak main-main dengan apa yang telah ia katakan dua bulan yang lalu, di rumah sakit, ketika lukanya masih berdarah dan bayi kecil kami masih belum terbuka matanya.Dia benar-benar pergi, meninggalkan semuanya. Masa lalunya, termasuk aku yang ternyata bukan siapa-siapa untuknya, sekalipun ada darahku dalam tubuh gadis mungil dalam pelukannya itu.Ah andai saja dulu aku tahu hidupku bakal sesusah ini, niscaya aku tak akan berkata hal yang buruk tentang anak kami. Paling tidak, aku tidak akan merasakan penyesalan sedalam ini.Aku akui, dahulu diriku memang sangat buta dan mengahalalkan segala cara, aku sangat takut jatuh miskin, apalagi dengan adanya papa dan Maureen yang menjadi tanggunganku.Kuakui saat itu menjadi kesalahan besar yang telah kulakukan, setelah banyak kesalahan lain yang telah kulakukan dan menyakiti hati Citra. Aku berangkat bukan untuk benar-benar menemui Citra, dan buah hati kami.Tetapi untuk memaksanya kembali denganku, dan meminta bagian warisan dar

  • Menantu Sultan   Keputusan di Tengah Kepalsuan

    Raka mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berkacak pinggang sambil memalingkan mukanya ke arah lain. Ke mana pun, asal tak perlu bertatapan dengan Jalu.Ia merasa jika Jalu memiliki semacam kemampuan untuk mengintimidasi orang lain. Entah karena memang dirinya yang terlalu pengecut, Raka tidak terlalu paham akan hal itu.“Mau apa datang ke mari? Mengacaukan semuanya lagi, hah?” desak Jalu.“Terus salahku di mana? Aku cuma mau ketemu anak istriku. Aku cuma mau mengatakan yang sebenarnya saja. salah?!”“Masih berani tanya salahmu di mana? Hmm. Kau lupa dengan semua yang telah kau lakukan pada Citra? Pernikahan kontrak itu, tindakanmu yang semena-mena padanya cuma karena ingin menyenangkan Maureen?”Raka jengah, ternyata Jalu juga tahu sampai sedetail itu.“Tau dari mana kamu? Jangan sok tau!”“Aku bukan sok tau, aku memang sudah tau. Kamu juga tak mengakui darah dagingmu, sampai Citra harus pergi jauh sekali. kalau aku jadi kamu, aku tak akan pernah menampakkan mukaku lagi di depan Citr

  • Menantu Sultan   Kehilangan dan Pertemuan 2

    Citra berusaha untuk bangkit dari tidurnya, namun ia merasa kepalanya begitu berat dan ditambah lagi luka di perutnya terasa makin nyeri saja.“Duh, perutku sakit banget..” keluhnya sambil memegang perut, dan ia merasa jika perutnya sudah diperban lagi.Terakhir ia ingat jika dirinya sudah melepaskan perban saat berlari, karena perbannya sudah basah oleh darah dan perekatnya lepas. Tapi sekarang benda itu sudah diganti dengan yang baru, demikian juga pakaian yang ia kenakan.“Bu Susi pasti bawa aku ke mari.. aduh ya Tuhan, mau bayar pakai apa?” keluhnya lagi sambil menahan tangis.Tetapi ia tak bisa menangis, sebab dalam pikirannya kini hanya bayinya, bayinya dan bayinya. Urusan bayar rumah sakit, atau rasa nyeri yang tak tertahankan ini, semua masih bisa dipikirkan nanti.Bagaimana dengan bayinya yang masih merah? Di mana dia sekarang? Bersama siapa? Bagaimana jika dia ingin minum susu?“Ya Tuhan, kuatkan aku..”Citra turun dari ranjang, dan melepas infusan yang menempel di tangannya

  • Menantu Sultan   Kehilangan dan Pertemuan

    Citra baru menyelesaikan makannya, dan bayi kecil yang baru saja dia lahirkan masih tidur terlelap tanpa menangis, rewel atau apapun. Setahunya, bayi baru lahir memang tidak terlalu banyak menangis, bahkan cenderung lebih banyak tidur.Maka karena itu dirinya harus memaksimalkan waktu, harus mampu memulihkan diri dalam waktu cepat namun juga harus bisa bekerja.Citra keluar kamar dan menutup pintunya rapat, ia berniat mengantarkan piringnya ke depan sambil bertanya apakah ada yang bisa dia bantu. Bagian belakang rumah sekaligus warung makan ini tidak dipagar, melainkan langsung mengarah ke kebun yang cukup padat tumbuhannya.Sejauh yang Citra lihat, ada beberapa batang pohon jengkol, rambutan dan pohon-pohon besar berbuah lainnya. Di ujung kebun yang cukup jauh terlihat ada jalan setapak kecil yang entah mengarah ke mana.“Agak ngeri juga ya kalau begini? Tapi enggak apa-apa. Siapa juga yang mau datang ke mari?” gumam Citra, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.Di dalam kepalany

  • Menantu Sultan   Menyepi

    Kamar yang diberikan untuk Citra adalah sebuah ruangan yang cukup untuk satu kasur single, ada lemari pakaian dan kipas angin. Satu pintu di bagian depan dan di sebelahnya ada jendela yang lumayan besar, dengan gorden yang bersih. “Syukurlah, tempatnya bersih. Aku bisa menidurkan anakku dulu, sementara aku makan. Aduh, perutku.. “ keluh Citra, sambil memegang bagian bawah perutnya. Ia khawatir jika luka jahitannya berdarah, atau parahnya jahitannya lepas. Tetapi saat ia melihat bagian bawah perutnya, sepertinya baik-baik saja. Semoga memang tak ada masalah apapun. “Permisi kak, ini nasinya dari depan.” Remaja lelaki anak pemilik warung nasi mengantarkan makanan Citra, bahkan sudah ditambah dengan es teh manis dan juga ayam goreng. “Makasih. Eh iya, nama kamu siapa Dek?” “Anwar, kak. Kalau Kakak siapa?” “Citra.” “Oh Kak Citra. Ya udah selamat makan dan istrirahat kak, kalau ada butuh apa-apa tinggal panggil aja aku di depan.” Citra mengangguk dan berterima kasih. Ia benar-benar

  • Menantu Sultan   Kontrakan

    Selama hampir setengah jam Citra hanya duduk termangu di depan toserba, ia masih menggendong bayinya dalam posisi yang sama seperti saat pertama ia datang ke tempat ini. Jalanan di depannya masih ramai, beberapa orang yang melintas melihat dia dengan tatapan aneh.Wajar, semua orang juga pasti akan merasa aneh melihat seorang wanita muda dengan bayi yang masih merah. Pakaiannya berantakan dan bahkan mukanya juga masih pucat, hanya saja tidak ada yang cukup peduli untuk bertanya keadaannya, atau bahkan curiga jika dia penculik bayi atau apalah.Tetapi pada kenyataannya memang Citra lebih suka tidak ada yang peduli padanya, ia benar-benar sedang tidak mau bicara dengan siapapun.Citra baru tersadar saat bayinya bersuara, tidak menangis, hanya merengek sedikit lalu kembali tidur.“Ahh, aku harus beli baju buat anakku. Kasihan.. nanti dia mau pake apa?” gumamnya sambil berdiri.Ia membetulkan letak tas yang tersampir di bahunya, memperbaiki

  • Menantu Sultan   Berlari Tanpa Arah

    Para perawat dan bruder mengeluarkan semua orang yang ada dalam ruangan rawat Citra, dan membiarkan ibu muda itu berduaan saja dengan bayinya. Seorang perawat sempat memberitahunya bagiamana cara untuk menyusui bayi yang benar, dan Citra sangat bersyukur tentang hal itu.“Sayang, kita pergi dari sini yuk? Di sini udah enggak aman. Mama enggak mau hidup kamu kacau kayak mama. Padahal ini hari pertama kamu di dunia, tapi kamu udah dapat masalah begini. Maafin mama ya?” bisik Citra, ia mendekap bayinya dengan erat.Bayi mungil dalam dekapannya sudah dibalut dengan selimut bayi, ia turun dari ranjang untuk mencari barang-barang pribadinya. Ia terkejut melihat tas yang biasa ia gunakan sudah ada di lemari kecil dekat ranjang.Isinya masih lengkap seperti terakhir dia meninggalkannya, ada HP, dan dompet.“Baguslah, aku bisa pergi sekarang.” Gumamnya sambil menghela napas.Tidak ada pakaian ganti, tidak ada baju untuk si baby. Suda

DMCA.com Protection Status