Benigno melirik pada Ethan dan cucunya yang sedang menempel manja pada menantunya itu. Kalau dia pikir-pikir, bukankah Ethan dan Clarissa terlihat mirip. Ah, ya ... bukankah Ethan memang pamannya Clarissa? Bukan hal yang aneh jika mereka memiliki kemiripan, kan?
"Papa Ethan akan pergi bekerja. Kau tidak mau mengantarnya sampai depan?" bujuk Crystal yang kali ini mulai melunakkan suaranya pada Clarissa. Clarissa mana mau peduli. Dia malah semakin bersandar manja sambil mengayun-ayunkan kakinya di pangkuan Ethan. Crystal berdecak sebal saat Clarissa malah mengabaikannya. Sungguh putrinya itu sangat lengket pada Ethan yang ternyata adalah ayahnya sendiri. Seperti itukah hubungan darah bekerja? Ia menghadirkan ikatan batin yang terjalin di antara keduanya meski pun sebelum Ethan dan Crystal menikah mereka tidak saling bertemu sebelumnya. Itu pulalah yang mungkin terjadi antara Ethan dan Clarissa sehingga menyebabkan mereka menjadi teramat dek"Aku Ethan. Ada apa?" Mendengar orang yang dicarinya menyahut, kedua polisi itu sontak menoleh ke arah suara itu. Ethan yang kini berada tepat di belakang anak buah Benigno yang tadi membukakan sedikit gerbang untuk polisi itu."Tuan Ethan?""Dia mencarimu!" kata anak buah yang berjaga itu pada Ethan."Ah, iya. Terima kasih, Paulo!" Anak buah Benigno yang bernama Paulo itu pun mundur dari sana dan kembali ke posnya. Sementara itu Ethan melihat kalau ternyata polisi itu adalah polisi yang ditemuinya kemarin saat ada insiden penembakan pastur di pernikahan Christina."Tuan Ethan, masih ingat padaku?" tanya polisi itu sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Ethan."Owhh, ya! Aku ingat!" sahut Ethan. "Tuan, adalah polisi yang datang ketika pastur di pernikahan itu tertembak. Apa benar?"Sambil menanyakan itu Ethan pun menyambut uluran tangan polisi itu dan mereka pun saling berjabat tangan antara sa
"Tu-tuan Benigno?" Danilo tergagap saat orang yang ingin ia temui tiba-tiba saja telah berada di depannya.Benigno Mensina ikut bergabung di ruang tamu itu dan memilih duduk di di kursi tunggal yang terletak di sebelah ujung meja berbentuk oval itu. Duduk di sana seperti menegaskan kalau dia adalah seorang pemimpin. Auranya terpancar saat bertemu orang lain, sangat berbeda ketika ia berada di tengah-tengah keluarganya.Benigno duduk berpangku tangan."Sekarang katakan, apa yang membuat kalian para polisi datang ke sini, di saat hari bahkan masih sangat pagi?" Teman Danilo yang bernama Patrick itu sampai menelan salivanya mendapat pertanyaan demikian dari tokoh masyarakat yang sangat populer di Sisilia itu. Bagaimana tidak ia tidak gugup, Benigno Mensina di kepolisian adalah salah satu Target Operasi (OT) yang menjadi incaran mereka, namun yang juga terkenal paling licin dan paling sulit ditangkap karena kepiawaiannya menyembunyikan segala tindak
Andai Ethan belum menjelaskan padanya kalau dia adalah seorang mafia, sudah pasti saat ini Crystal akan terkejut dengan keterangan yang diberikan oleh polisi itu. Sebab kemarin pun dia sempat merasa heran kenapa Ethan kembali masuk ke dalam gereja di saat mereka bahkan telah keluar dari sana."Ya, ya, ya! Akhirnya aku paham maksud kedatangan dari tuan-tuan ini. Jadi kalian mencoba menuduh suamiku terlibat dengan kasus penembakan itu karena kalian merasa dia berbohong tentang sepatu anak yang ditemukan itu? Hanya karena itu?" tanya Crystal dengan berang.Sangat terlihat kalau Crystal sama sekali tidak bisa santai menghadapi situasi ini."Tidak ... tidak .... Bukan begitu maksud kami, Nyonya." Para polisi itu mencoba untuk berdalih agar tidak memancing kemarahan keluarga Mensina."Hei, Tuan. Putriku Clarissa memiliki ada banyak out fit di antaranya adalah sepatu. Jika sepatunya yang satu hilang, dia bahkan masih punya banyak gantinya, termasuk saat
"Kau sudah mengantar mereka?" tanya Crystal begitu suaminya itu kembali ke ruang tamu setelah mengantar kedua orang polisi itu sampai ke depan rumah."Ya," jawab Ethan sambil meraih kunci mobilnya yang tergeletak di kursi tamu saat dia duduk tadi."Sayang, Clarissa. Kau ke Anna dulu, hmm?" bujuk Crystal pada putrinya itu."Hmm ...." sahut Clarissa sambil mengangguk.Lalu gadis kecil itu pun turun dari kursi dan segera berlari ke belakang untuk mencari Anna, baby sitternya.Ketika Ethan ingin berbalik, kakinya tersandung kaki meja hingga hampir terjatuh. Di saat itulah ia melihat sesuatu di bagian bawah kursi. Itu seperti selotip yang direkatkan ke bagian bawah kursi tepat di bagian kayunya.Ethan mengernyitkan keningnya. Dan tanpa banyak berpikir dia pun segera menjulurkan tangannya ke arah objek yang membuat dia curiga itu. Ethan merasakan ada sesuatu yang mengganjal yang sepertinya sengaja direkatkan dengan selotip itu. Ethan
"Tapi ... bagaimana? Kalau Papa tidak diperingatkan dia tidak akan tahu ..."Lagi-lagi Ethan harus menghela napas berat dan menghembuskannya secara perlahan namun dalam satu helaan panjang."Papa Ben, bukan mafioso baru, Crystal. Beliau sudah cukup banyak memakan asam garam kehidupan. Tanpa diberitahu pun dia tahu akan ada banyak pihak yang berusaha menjatuhkannya, dia telah mengantisipasi hal semacam ini. Percayalah!" bujuk Ethan. "Tapi bagaimana? Andai kau tidak melihatnya, apa mungkin Papa akan tahu ada alat penyadap di bawah kursi? Itu tidak mungkin kan, Ethan? Kau saja bahkan menemukan ini secara kebetulan, bagaimana mungkin Papa tau?" tanya Crystal masih saja khawatir."Mungkin tidak. Tapi aku yakin andai ada masalah pun, ia pasti memiliki solusi untuk mengatasinya. Kalau begini kau hanya akan menambah beban pikirannya saja, Crys!" kata Ethan.Crystal masih saja belum bisa merasa tenang dengan penjelasan Ethan itu. Hingga akhirnya
Persis seperti yang diminta oleh Ethan, dari sore hari Crystal sudah sibuk mendandani dirinya secantik mungkin. Ia akan menjadikan malam ini berkesan. Meski tak ada siapa pun yang tahu kalau suaminya itu adalah Capo dei Capi, tetapi Crystal telah berniat seniat-niatnya untuk membuktikan pada diri sendiri dan dunia kalau dia adalah wanita yang pantas untuk Ethan. Karena Ethan adalah bos dari semua bos, sudah sewajarnya istri capo dei capi adalah yang terbaik bukan? Crystal percaya diri kalau dia pun bisa menjadi 'bella tra le più belle' yaitu 'yang paling cantik di antara yang tercantik'."Mama, mau kemana?" Crystal melirik Clarissa, si kecilnya yang baru saja mendorong pintu kamar. Gadis itu terheran-heran melihat sang Mama yang terlihat sangat serius berdandan."Clarice, coba kau lihat? Mama cantik, tidak?" tanya Crystal memasang senyum terbaiknya. Lalu wanita berusia 27 tahun itu pun berdiri sambil memutar-mutar tubuhnya di depan p
Mendengar Crystal yang marah-marah padanya, Ethan pun hanya terkekeh dan berpaling pada Clarissa."Sayang, kau lihat? Mama sedang merajuk. Dia cemburu padamu. Bisa kau tinggalkan kami dulu?" tanya Ethan."Hey!! Apa maksudmu mengatakan kalau aku cemburu padanya?" gerutu Crystal tak terima.Ethan tak menghiraukan ocehan Crystal dan berbisik di telinga Clarice namun masih bisa terdengar oleh Crystal. "Papa akan membujuknya dahulu."Clarissa pun tersenyum dikulum, lalu ia pun mengangguk."Hei, aku tidak merajuk ya!" protes Crystal, tak terima ia dituduh merajuk oleh Ethan."Ya sudah, Papa antar sampai depan kamar, lalu kau carilah Anna, Okay?" Ethan memberikan telapak tangannya pada Clarissa agar mereka ber-high five ria. Clarissa pun menyambut telapak tangan sang ayah.Setelah Ethan mengantar Clarissa hingga ke depan pintu kamar, kini pria itu pun mendekati istrinya yang memasang wajah cemberut itu.
Crystal digandeng Ethan masuk ke dalam hotel layaknya seperti gentleman sejati. Ethan membukakan pintu untuk Crystal barulah kemudian ia membuka lengannya agar Crystal dapat menggandengnya."Nyonya Trovatelli, ikutlah denganku!" ajak Ethan.Crystal mengangguk senang dan memeluk lengan pria itu hingga kini mereka bergandengan tangan antara satu dengan yang lain. Ketika mereka masuk melalui pintu utama, seorang penjaga yang bertugas di depan pintu terlihat terperanjat saat ia melihat Ethan. Lalu dengan penuh rasa hormat meski tidak mengatakan apa-apa, penjaga itu mengembangkan tangannya, mempersilahkan Ethan dan Crystal untuk masuk ke dalam hotel."Ke sini, Crys!" ajak Ethan pada Crystal.Wanita itu tadinya ingin melangkahkan kaki ke arah resepsionis, namun Ethan malah menuntunnya untuk berjalan ke arah sebaliknya. Pria itu mengajaknya berjalan menuju lift."Apa kita tidak check-in dulu?" tanya Crystal pada Ethan.Ethan t
"Apa? Bercerai?!"Crystal membelalakkan matanya mendengar Benigno mengucapkan kalimat itu. Andai di awal-awal pernikahannya Benigno mengucapkan kata-kata itu, mungkin Crystal dengan senang hati akan mengiyakannya. Tapi setelah hatinya berlabuh pada Ethan selama beberapa bulan terakhir ini, baru mendengarnya saja hatinya sudah diiris sembilu."Ya, bercerai. Kalau kau masih belum jelas dengan kata-kata itu akan Papa perjelas. Berpisah, mengakhiri hubungan pernikahan dengannya. Apa kata-kata itu belum cukup membuatmu mengerti?" kata Benigno dengan tegas pada Crystal.Crystal cukup syok mendengar kata-kata dari ayahnya. Ia sampai geleng-geleng tak percaya terhadap apa yang dia dengar"Papa sepertinya sedang tidak sehat. Sudahlah, sebaiknya aku dan Clarissa pulang saja. Terus terang saja aku menyesal datang ke pesta pernikahan Papa ini. Kalau aku tahu akan ada kejadian seperti ini, aku tidak akan datang!" kata Crystal sambil meraih tas tangannya yang sedari tadi tergeletak di atas meja.Be
"Papa Ben?" Ethan spontan menggumam saat melihat mertuanya itu ada di belakangnya."Jelaskan padaku!" geram Benigno."Apa yang harus kujelaskan?" tanya Ethan malas."Katakan padaku, kenapa pria ini ... Diego mengatakan kalau kau dan Alessandro adalah putranya? Apa itu benar?" desak Benigno.Ethan mendengus. Alangkah berat baginya untuk mengakui hal tersebut. Namun, ia pun sangat malas untuk mengakui di hadapan semua orang kalau Diego adalah ayah biologisnya."Dia memang adalah putraku sama halnya dengan Alessandro. Ah, Bagaimana caraku untuk mengatakannya? Tidak baik mengungkapkan semua ini di depan umum. Kita bisa membicarakan ini di tempat yang lebih privat kalau kau berkenan," usup Diego.Benigno tersenyum dengan seringai. "Tidak perlu! Sekarang sebaiknya kalian katakan saja, apa sebenarnya yang tidakku tahu di sini? Ethan? Apa bener kau adalah putra dari Diego?" tanya Benigno sekali lagi kepada menantunya itu.Lalu pria itu pun menatap Ethan dan Diego secara bergantian. Sebenarny
"Owhh ... kau anak yang manis sekali, Sayang. Kau mau digendong oleh kakek?" Clarissa tersenyum dan mengangguk. Benar kata pepatah kalau darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia belum pernah melihat Diego, tapi adanya hubungan darah di antara mereka tidak bisa menepis kalau mereka memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain.Diego tanpa persetujuan dari Ethan, kini meraih cucunya itu dan menggendongnya. Benigno yang berada di meja yang sebelumnya dikunjungi oleh Diego itu bahkan sampai berdiri. Ia merasa berang melihat musuh bebuyutannya sedang menggendong cucunya. Dan menyebalkannya Ethan bahkan ada di sana dan ia tidak melakukan apapun. Bukankah itu menyebalkan? Kini timbul prasangka di dalam hatinya. Apakah jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh Diego itu kalau Ethan adalah putranya? Mungkinkah itu."Bajingan!" umpat Benigno.Benigno sebenarnya ingin langsung menuju meja Ethan dan menghajar pria yang pernah menjadi sahabatnya itu karena telah berani menyent
Ethan sebenarnya gelisah melihat Crystal yang disuruhnya mengambil makanan namun malah tetap tak dapat mengendalikan diri untuk tidak mencegat Diego masuk ke dalam aula pesta pernikahan. Entah apa yang istrinya dan Diego bicarakan. Namun melihat Diego menepuk-nepuk kepala Crystal, Crstal adalah putrinya, tak urung membuat Ethan khawatir juga. Untuk apa Diego datang ke sini? Dan bersikap seolah ia akrab dengan Crystal yang sedang kebingungan? Apa dia bersikap seperti itu untuk membuktikan pada Ethan, kalau dia mampu menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ayah dan mertua yang baik bagi Ethan dan Crystal? Sungguh dia berpikir bisa semudah itu? Really?Ethan sebenarnya sudah berniat ingin menghampiri mereka, namun melihat percakapan Diego dan Crystal tidak berlangsung lama dan berakhir dengan Diego yang meninggalkan Crystal dengan kebingungannya cukup bagi Ethan untuk tidak meneruskan niatnya. Ia kemudian hanya menatap dari jauh Crystal yang berjalan kembali menuju stand makan
Usai dari gereja, resepsi pernikahan Benigno Mensina dan Arabella pun berlanjut ke gedung resepsi. Banyak relasi bisnis yang diundang oleh Benigno ke acara pernikahannya itu. Namun yang menarik perhatian manakala melihat sosok Diego Bosseli ada di sana. "Mau apa dia di sini?" gumam Crystal saat melihat Diego dan asistennya Simone Colazi memasuki ruangan pesta.Ethan yang sedari tadi sibuk bercengkrama sambil menyuapi Clarissa makan, menatap ke arah pintu gedung aula. Ia sedikit mengernyitkan kening, melihat ayah biologisnya itu ada di pesta pernikahan sang mertua.Sementara itu Benigno dan Arabella masih sibuk menyapa dan menyambut para tamu. "Ya Tuhan, apakah dia datang ke sini untuk membuat masalah? Ah, tunggu sebentar, Ethan. Aku akan mendatangi dia. Aku ingin menanyakan ada urusan apa dia ke sini?" Crystal sudah akan bangkit dari duduknya, namun Ethan menyuruhnya untuk duduk kembali."Duduklah, Crys. Abaikan saja dia!" perintah Ethan sambil menyuapi Clarissa kembali."Tetapi ba
Ketegangan seketika terjadi di antara mereka. Kali ini Ethan benar-benar sampai mengubah raut wajahnya. Yang tadinya dia terlihat santai, tetapi mendengar percakapan antara Marlon mertuanya itu, seketika membuat ia merasa tidak senang."Marlon, apa kau sudah gila? Jangan bercanda seperti itu. Tidak enak kalau sampai Ethan salah paham padamu nanti," tegur Sharon setengah berbisik.Mendengar teguran dari sang adik, Marlon hanya menanggapinya dengan santai."Hahaha .... Sharon! Menurutku kaulah yang terlalu serius menanggapi percakapan antara aku dan Paman Ben. Padahal kami hanya bercanda, dan aku rasa Ethan pun tidak akan seburuk itu selera humornya. Aku benat kan Paman Ben? Ethan?" kata Marlon seakan ia meminta pendapat terhadap keduanya.Benigno hanya mengiyakan dengan kesan malas. Ekspresinya mengatakan kalau dia tidak sedang bercanda. Sementara Ethan sendiri menatap tajam pada Marlon."Sayangnya, bercanda tidak lucu seperti itu hanya dilakukan oleh pria-pria tidak berkelas yang han
"Crys, apa kau sudah siap?" tanya Ethan pada Crystal yang sedang sibuk berdandan."Tunggu sebentar, Ethan. Aku tinggal pakai lipstik ini biar hasilnya lebih seksi," kata Crystal.Ethan menghela napas menahan sabar.Telah lebih satu jam Ethan menunggu istrinya itu untuk selesai mendandani diri. Hari ini adalah hari pernikahan Benigno Mensina dan Arabella. Tepat dua minggu Crystal dan Ethan memutuskan untuk pindah rumah, Benigno pun memutuskan untuk secepatnya mempersiapkan pernikahannya dan hari ini adalah hari H-nya."Astaga, kau ini aneh, Crys.Sebenarnya kau berdandan semaksimal ini untuk apa? Bukannya kau yang bilang tidak suka dengan pernikahan Papa Ben dan Arabella? Lalu apa ini? Astaga, aku dan Clarissa bahkan sudah selesai lebih dari sejam yang lalu. Dan kau selalu mengatakan sebentar. Apanya yang sebentar?" cibir Ethan."Ethan, kau sabarlah sedikit. Kalau aku cantik bukannya kau juga yang bangga. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu malu," kata Crystal cuek.Ibu dengan satu or
"Kamu yakin dia orang yang kamu maksud?" Di Golden Time Residence, di balkon sebuah rumah seorang wanita dan seorang pria yang rumahnya tepat berada di hadapan rumah Ethan dan Crystal, sedang berbincang santai. Mereka adalah Sharon dan Marlon. "Ya, tentu saja dia. Aku tidak mungkin salah, kalau dia adalah orang yang telah membunuh Papa. Di restoran Jepang itu memang tak ada rekaman CCTV, tapi dari gedung yang berada di belakang restoran itu ada rekaman CCTV yang menunjukkan kalau dia adalah orang asing yang keluar dari pintu belakang khusus karyawan," kata Marlon. Mata pria itu menatap tajam ke arah rumah dengan dua lantai yang terlihat homey dan menyenangkan yang memang dibangun khusus keluarga itu. Marlon tidak akan pernah lupa pada sosok pria yang telah membunuh ayahnya 5 tahun silam. Ayahnya, Gino Castello adalah salah seorang ketua mafia di wilayah Brooklyn, New York. Gino terkenal sebagai ketua mafia yang kejam di kalangan para gangster yang sebagian besarnya adalah imigran
"Tolong perjelas apa maksud kata-kata anda itu?" tanya Ethan sambil memicingkan matanya.Ethan merasa bahwa ada maksud tersirat dari kata-kata yang diucapkan oleh Marlon Huston itu. Tetapi sepertinya Marlon sangat pandai berdalih. "Oh, hahaha ... aku hanya bercanda saja, Ethan. Jangan mengambil hati serius akan kata-kataku itu," kata Marlon. "Oh, bercanda ya?" Ethan tak percaya pada apa yang dikatakan oleh Marlon tersebut."Ya, biasanya orang-orang sepertimu yang memiliki masa lalu seperti itu, maaf ... pasti memiliki sebutan atau olokan dari teman-temanmu di waktu kecil dan akhirnya terbawa hingga dewasa. Ehmm ... maaf, dalam hal ini jangan salah paham padaku. Aku tidak bermaksud menghinamu. Aku mengatakan itu karena sekarang aku yakin kau pasti adalah seseorang yang sukses sehingga mampu membeli rumah di sini. Aku benar, kan?" Ethan masih belum paham kemana sebenarnya arah pembicaraan Marlon ini. Ethan tak sepenuhnya yakin kalau alasan yang diucapkan oleh pria ini adalah apa yan