Di jalanan kota Palermo yang tak seberapa besar terlihat dua mobil saling berkejaran dengan kecepatan tinggi."Capo, mereka mengejar kita!" pekik anak buah Alfonso manakala ia melihat di kaca spion, dari arah belakang sebuah mobil melaju dengan kecepatan sama sedang mengejar mereka.Alfonso menggeram. Dia sadar saat ini ada pihak yang sedang menjebaknya. Tapi siapa?"Sialan? Siapa mereka?" umpat Alfonso."Bagaimana ini, Capo? Apa yang harus kita lakukan? Apa kita bisa bertransformasi sekarang?" tanya orang yang mengemudikan mobil. "Sepertinya tidak sekarang, Matt! Transformasi saat kita sudah berada di belokan menuju arah pasar!" perintah Alfonso.Lalu anak buahnya yang bernama Matt Robinson yang bertugas mengemudikan mobil itu pun kini melajukan mobilnya semakin kencang."Tabrak pengemudi motor di depan!" perintah Alfonso pada Matt.Lalu Matt pun menuruti keinginan sang bos. menyenggol pengemudi sepeda motor dengan badan mobil yang dia setir.GDEBARR!!Sepeda motor itu jatuh tepat
Usai membuat salah seorang pengendara motor terjatuh, Alfonso dan anak buahnya langsung memasuki Via Delmazio Birago, jalanan pasar Ballero. Lalu mobil itu pun masuk sedikit ke sebuah jalan tembusan serupa gang yang hanya muat dilewati oleh satu buah mobil saja. Lalu mobil itu berbelok ke kanan dan berbelok lagi memasuki pekarangan belakang sebuah bangunan yang menghadap ke jalan Via Delmazio Birago.Matt membuka pagar dan langsung mengeluarkan remot yang bisa membuka garasi rolling door yang membuka ke atas. "Capo, silahkan keluar dulu. Aku akan keluarkan dulu Ape taxi-nya, Capo!" Alfonso keluar dari dalam mobil dan membiarkan Matt untuk memasukkan mobil ke dalam garasi. Setelah mobil di posisikan tepat di tengah-tengah garasi, Matt pun keluar dari dalam mobil dan menginjak sebuah tombol di bawah keset. Sebuah hal menakjubkan terjadi lantai garasi tiba-tiba bergerak turun ke bawah dengan mobil di atasnya. Kemudian mobil itu secara otomatis didorong oleh mesin robotik yang bergerak
"Capo, ini bukan sirkuit!""Aku ... aku belum mau mati, Capo. Aku masih belum menikah!" ratap Jorge Giovanni dengan gemetar berpegangan pada pegangan yang berada di atas pintu mobil. Meski sudah memakai sabuk pengaman pada mobil tetap saja cara Ethan menyetir mobil membuat dua orang anak buahnya yaitu Giovanni dan Jorge harus memekik ngeri saat bosnya itu membawa mobil layaknya sedang berada di sirkuit balapan.Ethan menyentuh pedal rem dan melambatkan mobil ketika ia lagi-lagi mendekati tikungan tajam. Tak lupa pula ia mengurangi persneling."Kencangkan sabuk pengaman kalian, Anak-anak!" suruh Ethan tak peduli ocehan anak buahnya."Capo!!!"Setelah melewati tikungan Ethan pun masih menjalankan mobil dengan kecepatan lambat hingga ia memiliki kendali penuh terhadap mobil barulah ia melajukan mobil dengan akselerasi tinggi.Sangat salah kalau Alfonso dan anak buahnya berpikir kalau mereka akan lolos dari kejaran Ethan hanya karena mereka masuk ke jalan tikus yang tak bisa dilewati ole
"I-ini apa?" tanya Ethan.Ia mendapat firasat kalau benda yang sedang berada di lipatan topinya itu bukanlah benda sepele. Itu pasti barang terlarang yang akan disuruh Simon untuk dia antar ke tempat tertentu. Usia Ethan sudah 14 tahun. Dia tentu sudah cukup pandai membaca situasi yang tak biasa. "Kau tak perlu banyak bertanya. Cukup lakukan apa yang aku perintahkan. Bukankah Frankie sudah menyuruhmu untuk menurutiku?" jawab Simoncelli dengan tatapan tak suka."Aku tahu, Paman. Tapi aku ke sini untuk bekerja di bengkelmu, kan?" jawab Ethan dengan hati-hati."Bekerja bengkel?" gumam Simon.Ethan mengangguk dengan polosnya. Simon lantas tertawa terbahak-bahak."Hahahaha ... dia bilang kau akan bekerja di bengkel? Hahahaha! Ini lucu sekali!"Simoncelli masih tertawa terbahak-bahak tanpa Ethan tahu apa yang lucu."Ya, ya, ya. Aku paham ... aku tahu! Frankie memang selalu punya alasan konyol mengecoh anak-anak yang dijualnya pada kami," kekeh mengejek Simone pada Ethan."Dijual?" Ethan k
Ethan terpuruk di pojok kamar. Di tubuhnya banyak lebam. Sakit hingga dia merasa seluruh persendiannya seakan patah. Sungguh, ini pertama kali baginya dipukuli oleh seseorang hingga babak belur seperti ini. Selama ini, meski dia hanya seorang anak panti asuhan, tapi Ethan selalu menjadi kesayangannya Indre. Dia juga adalah adik kesayangan Alessandro, ia tak pernah pula punya musuh sehingga sehingga seseorang harus memukulinya seperti ini.Tadi di pasar Ethan hanya merasa paranoid karena melihat seseorang yang berseragam polisi. Dia takut dengan predikat yang baru saja di sandangnya. Seorang kurir narkoba. Itu adalah sesuatu yang tak pernah menjadi impiannya. Ethan merasa terjebak. Betapa teganya paman Frankie menjual dia dan saudara pantinya."Indreeee, Alessandro ...," ratapnya lirih."Berhenti meratap! Kau membuat telingaku tuli mendengarnya!" maki Simoncelli.Ethan pun diam sekarang. Dia tak lagi mau menanggung resiko kalau dia akan dihajar lagi oleh Simoncelli. Meski begitu, mas
Entah telah berapa lama Ethan berlari di pasar. Ia kemudian berhenti sejenak untuk meraup oksigen. Napasnya tersengal-sengal. Ia sangat ketakutan saat ini. Dia bingung akan pergi ke mana saat ini. Rasanya semua tempat tidak ada yang aman untuk nya. "Bantu aku mencari anak itu, Christopher! Anak itu b benar-benar menyusahkan! Aku bersumpah kalau bertemu dengannya aku akan menginjak-injaknya nanti."Terdengar suara seruan Simone beberapa meter dari tempatnya berada. Ethan segera melompat ke kios seorang penjual ikan segar. Tanpa mempedulikan penjual ikan itu ia segera merayap ke bawah meja tempat dagangan pria itu digelar.Dari bawah meja itu, Ethan bisa melihat kaki seseorang yang tengah berlari. Pria itu berhenti sejenak di depan kios penjual ikan dan melihat ke kanan dan ke kiri."Beradino, apa kau melihat seorang anak remaja laki-laki berusia sekita empat belas lima belas tahunan lewat dari sini?" tanya Simon pada penjual ikan itu.Ethan sudah komat kamit tak karuan mendengar suara
"Capo! Kita sepertinya terjebak!" keluh Matt pada Alfonso.Sungguh mereka tak menyangka kalau orang yang memburu mereka akan sampai secepat ini ke jalan ini. Padahal tinggal sedikit lagi Ape taxi yang akan mereka tumpangi akan mencapai pos The Monster cabang Palermo, dan mereka bisa menghilangkan jejak di sana. Padahal harusnya akan butuh waktu lama bagi mereka terkejar mengingat mereka yang mengejarnya harus berkeliling jauh memutar melewati jalan besar lainnya. Sialan!"Mundurkan, ape taxi-nya!" kata Alfonso. memerintahkan.Namun belum sempat Matt mengikuti perintah sang Bos, seseorang dari dalam mobil itu telah keluar dengan menggenggam senjata api di tangannya.Alfonso mengernyitkan keningnya. Dia kenal pria itu. Tunggu, tunggu, tunggu ... bukankah dia adalah pria yang bertemu dengan Alfonso saat di pernikahannya dengan Christina? Dan bukankah dia adalah pria yang bertemu dengan Andrew Bosseli ketika berada di Mare Nostrum hotel waktu itu. Yang kata Christina adalah sahabat istr
"Apa kau anak buahnya Capo dei Capi?" tanya Alfonso.Ethan terdiam. Dari sudut bibir pria itu tersungging sebuah senyuman tipis yang mungkin bisa jadi dilihat oleh Alfonso namun bisa juga tidak."Atau kau justru ... adalah capo dei capi?" tanya Alfonso ragu.Entah mengapa sekarang dia memiliki firasat tak enak soal Ethan. Alfonso berpikir, Ethan bersusah payah ke Palermo dan merencanakan segalanya termasuk membawa cukup banyak sniper di Celcius kasino untuk menangkapnya, tak mungkin hanya karena demi mertuanya. Tak mungkin juga dia berepot-repot mengejar pelaku perampokan sendiri alih-alih melaporkan dan. menyerahkan semuanya ke kantor polisi.Hanya ada satu kemungkinan yang masuk akal kenapa Ethan mengejarnya bahkan memburunya hingga sampai ke tempat ini. Mungkinkah karena dia berkaitan dengan capo dei capi? Ethan adalah anak buahnya yang disuruh capo dei capi atau sebaliknya malah dia adalah capo dei capi itu sendiri?"Kau benar-benar adalah capo dei capi?" Lagi-lagi Alfonso menyipi
"Kau lama tidak ke bengkel, Ethan!" sapa Jack manakala Ethan datang siang ini ke bengkel di pinggir timur utara kota.Ethan menghela napas."Ya, ada banyak hal yang harus kuurus," jawab Ethan."Apa ini soal perampokan itu? Aku mendengar berita tentang itu dari anggota AN ( Aquila Nera) di Mare Nostrum Hotel," kata Jack.Ethan mengangguk."Katanya kau sudah menangkap orang itu, orang yang mengaku-ngaku sebagai capo dei capi? Ngomong-ngomong di mana dia sekarang? Kau tidak membawanya ke sini?" tanya Jack penasaran."Untuk apa aku membawanya ke sini? Kau tidak tahu betapa banyak resiko di jalan kalau membawa dia ke sini. Di sana adalah tempat paling baik untuk menahannya," kata Ethan.Jack mengangguk-angguk paham sambil ia memperhatikan Ethan yang membuka baju kemejanya dan kini berjalan masuk ke dalam kamar."Ya, aku paham. Tapi sangat disayangkan aku tidak bisa ikut memukuli sialan itu!" umpat Jack.Ethan hanya tertawa kecil."Aku sudah memukulnya untuk mewakilimu.""Benarkah?" "Ya."
"Arabella, sebaiknya mulai sekarang kurangi aktivitasmu di luar rumah. Kau harus lebih banyak beristirahat. Jangan sampai kau kelelahan," nasihat Benigno pada calon istrinya itu.Arabella mengangguk dengan hati yang sangat bahagia. "Iya, Ben. Aku akan di rumah saja," kata wanita itu."Pagi ini aku ingin menemui beberapa orang tamu dari Sirakusa. Mungkin itu bisa menghabiskan waktu hingga 2 atau 3 jam, sepulang dari sana aku akan langsung ke sini untuk mengantarmu ke dokter kandungan," kata Benigno pada Arabella."Benarkah? Kau akan meluangkan waktumu untuk membawaku ke dokter? Untuk melihat calon putra kita?" tanya Arabella dengan sangat antusias."Ya, tentu saja. Selain itu kalau kau tidak lelah, kita mungkin bisa sekalian pergi ke salah satu event organizer untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita. Kamu mau, kan?" Lagi-lagi Arabella mengangguk dengan sangat antusias. Dia benar-benar bahagia. Sungguh anak dalam perutnya sangat membawa keberuntungan. Biasanya Benigno tidak akan se-
Crystal melempar tasnya ke ranjang dengan hati dongkol. Jangan ditanya bagaimana kesalnya dia saat ini. Mengetahui kalau ayahnya membawa lagi Arabella ke rumah ini, itu saja sudah menjadi satu alasan bagi Crystal untuk marah-marah.Apalagi dengan berita terrrr ... terrr .... menggelikan sekaligus mengesalkan seperti ini, Crystal pun auto jengkel, dongkol yang tak bisa diungkapkannya seperti saat ini."Bagaimana bisa? Bagaimana bisa?" kesalnya sambil bersungut-sungut. Ethan yang menyusul masuk ke kamar mereka yang berada di lantai dua itu, hanya bisa melihat dan mendengar Crystal uring-uringan tak jelas. Wanita itu berjalan mondar-mandir di sepanjang kamar sambil menggerutu dan mengomel. "Ya Tuhan, ini tidak mungkin!!" ratap Crystal seperti seseorang yang baru saja mendapat musibah terbesar dalam hidupnya.Ethan berusaha tidak mempedulikan tingkah laku istrinya itu. Sebab Ethan tahu, jika dia mengajak Crystal untuk berbicara apalagi mencoba membujuknya alhasil itu adalah sesuatu yang
"Apa maksud anak itu, Arabel?" tanya Benigno pada kekasih sekaligus calon istrinya itu.Arabella memutar keras otaknya untuk berpikir."Organisasi Ethan apa yang dimaksud oleh gadis itu?" tanya Benigno.Arabella mengangkat pundaknya."Entahlah. Aku pikir anak itu mungkin hanya salah paham pada Ethan," kata Arabella berdalih.Ia telah berjanji tidak akan mengatakan rahasia besar Ethan kepada siapa pun, meski itu kepada Benigno."Salah paham bagaimana?" desak Benigno. Dan mau tidak mau sambil berjalan menuju ke bawah, ke tempat mobil Benigno diparkir, Arabella pun terpaksa menceritakan kejadian saat Ethan mengantarnya beberapa waktu yang lalu. "Jadi Ethan berkelahi dengan orang-orang yang menganggu anak itu dengan ayahnya?" tanya Benigno.Arabella mengangguk."Ya, begitulah. Mungkin itu sebabnya Diana mengira kalau Ethan juga memiliki organisasi mafia. Ya, itu dikarenakan orang-orang yang dilawan Ethan waktu itu adalah orang-orang dari kelompok mafia juga," kata Arabella memberi tahu.
"Arabella mengandung?" gumam Benigno.Pria berusia jelang kepala enam itu terperangah mendengar kata-kata Margaretha.Margaretha mengangguk."Arabel, kenapa kau tak mengatakan apa-apa padaku?" tanya Benigno pada Arabella yang sedang duduk sambil memalingkan wajahnya."Memangnya apa yang harus kukatakan?" tanya Arabella. "Meski aku mengatakannya memangnya akan ada yang berubah? Anakku tetap saja tak pantas menyandang nama belakang Mensina."Arabella terlihat sedih mendengar ucapannya sendiri."Hei, kenapa kau berkata seperti itu?""Karena memang begitulah adanya. Aku ini bukan perempuan baik-baik, Ben. Mana mungkin aku berani menuntutmu untuk mengakui anak ini, hmmm? Crystal pasti akan membunuhku. Aku yakin itu!" "Crystal tidak seburuk itu, Arabella. Yah, walaupun untuk beberapa hal aku sepakat kalau sering kali memang kata-katanya terlalu kasar padamu. Aku sebagai ayahnya meminta maaf padamu. Aku tidak bisa mendidiknya dengan baik. Kau tahu sendiri dia ditinggalkan oleh ibunya ketika
Benigno termangu setelah beberapa saat sambungan telepon antara dia dan putrinya Crystal terputus setelah ia berbicara dengan Andrew Bosseli tentunya.Kata-kata Andrew itu masih terngiang-ngiang di telinganya. Semua yang dijabarkan oleh Andrew tentang kecurigaannya terhadap Ethan dan capo dei capi itu membuatnya antara percaya dan tidak percaya."Tuan Ben, apa kita berangkat sekarang?" teguran Jordy membuatnya tersadar dari lamunannya."Ah, ya! Sebelumnya kita datangi dulu Arabella, Jordy. Aku mengkhawatirkannya," kata Benigno sambil berdiri dari tempat duduknya."Baik, Tuan." Jordy pun berjalan mengikuti Benigno menuju mobil yang sudah siap berangkat dari tadi. Benigno tanpa perlu dibukakan pintu mobil pun langsung masuk dan duduk di kursi depan, samping kemudi."Jadi kita ke Via Denaro sekarang, Capo?" tanya Jordy."Hem." jawab singkat dari Benigno.Lalu mobil yang disetir oleh Jordy itupun melaju di jalanan kota C menuju ke Via Denaro, tempat orang tua angkat Arabella berada.Di p
"Tak bisakah kau memanggilku ayah sekali saja?"Ethan yang mendengar pertanyaan itu diucapkan oleh Diego Bosseli padanya tiba-tiba saja terdiam. Tangannya sedikit mengepal dan gigi gemeretak menahan geram."Ayah? Siapa yang kau maksud ayah? Dirimu? Dan kau berharap aku memanggilmu seperti itu? Tuan Bosseli, aku sudah pernah mengatakan padamu, jangan pernah menganggap aku atau Alessandro adalah putramu. Bukankah kau yang telah mencampakkan aku, ibuku dan kakakku? Bahkan saat aku masih dalam kandungan ibuku. Saat kakakku Alessandro masih sangat butuh-butuhnya figur seorang ayah. Dan yang paling menyedihkan adalah kau dan demone del cielo juga adalah penyebab dirinya tewas, anak kandungmu sendiri! Setelah semua itu, kau masih ingin kupanggil ayah?" Amarah dalam diri Ethan begitu meletup-letup seakan ingin keluar membuncah dari dalam dirinya. Dan Diego Bosseli hanya bisa menahan napas, rasanya sulit meraup oksigen kala kenyataan pahit itu dibeberkan kembali oleh darah dagingnya sendiri.
" .... temanmu yang bernama Paulo itu ada ditanganku. Kau kenal dia?" Ethan yang telah berbalik badan dengan Crystal yang sedang menggamit lengannya kemudian kini menghentikan langkah kakinya. Oh, ternyata anak buahnya Alfonso itu telah membawa Paulo pada Andrew, batin Ethan.Andrew yang melihat Ethan menghentikan langkahnya semakin yakin kalau Ethan mengenal Paulo, pria yang dibawa oleh Jacob padanya."Paulo, siapa?" bisik Crystal pada Ethan.Ethan tidak menjawab, melainkan menoleh pada Andrew."Paulo siapa?" tanyanya balik."Jangan berpura-pura padaku, Ethan. Aku tahu kalau kau sebenarnya mengenalnya. Kalau kalau ingin tahu bagaimana kondisinya, biar aku beri tahu padamu. Kondisinya tidak baik. Sepertinya dia mengalami penyiksaan dan penganiayaan sebelum dibawa padaku. Kau tidak ingin menyelamatkannya? Atau kau ingin meminta bantuan pada Capo dei Capi lebih dulu?" kekeh Andrew.Ethan berjalan mendekati Andrew."Andrew, aku benar-benar tidak tahu apa yang kau katakan. Tetapi aku me
"Ben, menantumu telah menghianatimu!""Apa? Apa maksudmu?" tanya Benigno tak mengerti.Ethan yang sedari tadi mendiamkan saja Andrew mengatakan segala macam hal di telepon kepada Benigno, kini mulai hilang kesabaran. Ethan berniat ingin merebut ponsel itu, tetapi sayangnya oleh Andrew mengelak, iya menjauhkan diri dari jangkauan Ethan."Eits! Santai, Bro! Ethan, kau kenapa?"Lagi, Ethan berusaha mengambil ponsel Crystal dari tangan Andrew."Andrew, apa yang sedang kau katakan kepada mertuaku? Kau ingin memprovokasi aku dan Papa Ben?" tuduh Ethan tak sabar."Memprovokasi apa? Aku benar kan?""Apanya yang benar? Kau sebelum bicara tolong dipikirlah terlebih dahulu!" kesal Ethan.Di seberang sana Benigno mendengar perdebatan antara Andrew dan Ethan."Hei, sebenarnya apa yang terjadi? Andrew, katakan dengan jelas apa maksudmu kalau Ethan sudah mengkhianatiku?""Begini, Ben. Apa kau tidak punya anak buah atau siapa pun untuk bisa kau cari tahu apa yang terjadi di Palermo tadi malam? Oh ...