Kevin tersenyum penuh makna, “itu sih hanya akal-akalan mereka saja, menundalah, tidak punya pekerjaan lah dan yang lain sebagainya.” “Tapi kita jangan mau kalah, kalau memang mereka tidak mau dibayar dengan nominal sama seperti yang lainnya, ya sudah biarkan saja dulu. Kita juga harus bertahan tapi adakan komunikasi yang baik, jangan asal-asalan agar tidak menyinggung perasaan warga. Kalian paham kan bagaimana cara marketing membujuk calon customernya agar mau membeli produk yang ditawarkan? Nah keluarkanlah kemampuan kalian itu,” ucap Kevin pada bawahannya.“Lagian kita sudah membayar dengan nominal yang cukup besar. Saya rasa tidak terlalu berat untuk kalian membujuknya, apalagi hanya 5 anggota keluarga sementara yang lainnya sudah setuju, ini sih memang bagian dari usaha mereka mau dinaikkan harganya.” sambung Kevin lagi yang dibalas anggukan oleh anak buahnya."Ini proyeksi pendapatan dengan tarif tol yang kompetitif dan perkiraan pengguna jalan tol. Faktor risiko kayak perubaha
Satu Minggu, setelah penandatanganan proyek selesai dan pembayaran 50% sudah diterima, Kevin dengan sigap menuju ke lokasi pembangunan proyek tersebut. Kendala yang dihadapi saat ini adalah penolakan yang semakin banyak dari warga sekitar untuk memberikan tanah mereka sebagai jalan tol, padahal nilai tanah sudah dibeli dengan nominal yang sangat menggiurkan. Mereka seharusnya bisa menggunakan uang tersebut untuk membeli rumah atau bangunan lain di tempat yang berbeda. "Jadi, rumah pemilik tanah yang mana?" tanya Kevin pada asistennya, dengan ekspresi penuh harap. Pria sejuta pesona itu terpaksa turun langsung ke lapangan untuk berkomunikasi secara langsung dengan para pemilik tanah, setelah karyawannya mengalami penolakan keras. "Ini, Tuan. Kita tinggal berjalan sedikit lagi, dan kita akan tiba di sana," jawab sang asisten. Kevin menarik napas dalam-dalam, berjalan tegak di samping asistennya menuju ke tempat yang sudah ditentukan. Begitu tiba di lokasi, mereka disambut oleh se
"Tuan, ada warga yang ingin menemui Anda," ujar sang asisten setelah dua minggu berlalu sejak Kevin datang menemui warga namun tak kunjung mendapatkan solusi. "Bilang saja saya tidak ada," jawab Kevin dengan nada dingin pada sang asisten. "Baik Tuan, tapi mereka pasti akan menunggu di depan," timpal sang asisten, "sebab saat ini keduanya akan pergi meninjau proyek jalan tol tersebut." "Kita lewat jalan belakang saja. Biarkan mereka menunggu di depan sampai mereka bosan. Siapa suruh mempermainkan seorang Kevin?" ucapnya sambil masih menahan kesal atas caci maki yang diterimanya ketika berkunjung ke rumah warga. "Mereka memang sok jual mahal," timpali sang asisten. Kevin mengerutkan kening, "Sepertinya ada yang sengaja melakukan ini, tapi seperti yang saya bilang, kalau kita memang bangun ya, bangun saja. Buatkan jembatan sepanjang tanah mereka. Selesai!" "Anda benar, Tuan. Terbukti sekarang mereka datang lagi karena yang Anda tawarkan itu jauh di atas rata-rata orang yang membeli
Pembangunan proyek jalan tol itu sudah mulai berjalan, namun hingga kini Kevin belum juga mau menemui warga yang enggan menjual tanahnya. Ketika Kevin bersiap memimpin rapat, tiba-tiba sang asisten mengabarkan bahwa warga tersebut kembali datang dan ingin bertemu dengannya. Senyuman licik terpancar dari wajah tampan Presiden Direktur itu. Ia segera tahu apa yang harus dilakukannya. "Tunda rapat, biarkan mereka masuk ke ruang rapat. Aku ingin berbicara dengan mereka di sana," perintah Kevin pada asistennya. "Baik, Tuan. Segera saya laksanakan," jawab asisten tersebut lalu bergegas menemui warga yang menunggu. Setelah melalui pemeriksaan keamanan yang ketat, akhirnya mereka diizinkan masuk. "Jadi, apa kepentingan kalian datang ke sini? Ingin menemui pemilik perusahaan?" tanya koordinator tim yang ikut penasaran dengan kedatangan mereka. Seorang perwakilan warga akhirnya menjawab dengan tegas, "Kami sudah memutuskan, kami ingin menjual tanah kami pada Tuan Kevin." Sambil mengepalk
“Proyek dari negara tetangga telah berhasil kita raih; kalian harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menangani proyek ini. Saya mengharapkan kalian membentuk tim khusus, yang akan fokus pada proyek ini serta proyek-proyek lainnya di kota ini. Jangan lupa juga memantau anak cabang perusahaan kita yang baru saja didirikan di negara tetangga. Karena, saya belum berani menyerahkan proyek besar ini kepada mereka," ungkap Kevin dengan penuh semangat. “Baik Tuan, akan segera kami laksanakan. Kami sangat bersyukur akhirnya tender bisa kita menangkan. Semoga keberuntungan ini terus berlanjut dan mendatangkan kesuksesan bagi perusahaan," ucap salah satu anggota dewan direksi yang juga orang kepercayaan Kevin di kantor. Kevin tersenyum lebar, "Terima kasih atas dukungan kalian. Sama-sama, Pak. Saya akan selalu bersikap adil kepada semua orang di perusahaan, dan tentu saja, kesejahteraan karyawan akan selalu menjadi prioritas utama, sesuai dengan masa kerja dan kontribusi mereka."Kata-k
"Siap ya, Nyonya," ujar dokter dengan lembut, berusaha menenangkan Zara. Kening Zara berkerut akibat rasa sakit yang menghantui, namun dengan tekad bulat ia mengangguk tanda setuju. Sementara itu, Kevin di sampingnya tak henti-henti berdoa dalam hati, memohon perlindungan dan keselamatan bagi istrinya dan kedua anak mereka yang akan segera lahir. Dokter duduk di depan kaki Zara yang terbuka lebar, menyiapkan diri untuk proses kelahiran anak kembar tersebut. Zara merasa risih, namun kekuatiran suaminya yang terlihat jelas di wajahnya membuatnya bertekad menahan segala perasaan tak nyaman. Kevin, terlihat cemas, menggenggam tangan istrinya dengan erat, berusaha menghiburnya sekaligus mencari kekuatan. Saat dokter mulai membius di dekat jalan lahir kedua anak mereka, hati Kevin bergemuruh seperti ombak yang tak berkesudahan. Ia meringis melihat keadaan istrinya yang begitu tersiksa. Namun, di balik kesakitan itu, mereka berdua tahu bahwa saat yang paling mereka tunggu-tunggu akan
“Pa, ini cucu Papa,” ucap Kevin.Papanya Zara yang ditemani dokter dan suster jiwa itu pun tersenyum.“Mika Putri Adamson dan Miko Putra Adamson,” ucap pria paruh baya itu.“Mika dan Miko,” ulang Kevin sang mertua mengangguk.Setelah puas bercengkrama bayi itu pun dibawa ke ruang perawatan bayi lalu dokter meminta izin pada Kevin untuk kembali membawa mertuanya ke rumah sakit.Meski sudah dinyatakan sembuh 80% tetap saja dokter tidak bisa melepas pria paruh baya itu untuk pulang ke rumah sang menantu Kevin berjanji pada sang mertua akan mengunjunginya dua hari lagi.Kebahagiaan yang sesungguhnya saat ini mereka rasakan terutama kedua orang tua si kembar, mereka begitu bersyukur bisa memiliki anak kembar.Setelah bercengkrama bersama sang papa mertuadan memberi nama kedua bayi tersebut kini yang menemani Zara di rumah sakit adalah Kevin sendiri.Sedangkan bayi mereka saat ini masih berada di ruang perawatan bayi, katanya besok pagi baru akan di tempatkan di ruang rawat inap yang sama d
"Sayang..." panggil Kevin lembut pada sang istri. Kelahiran anak kembar dari pasangan sultan kali ini sungguh menghebohkan seluruh negeri. Pasangan fenomenal yang sempat membuat publik terkejut dengan kabar pernikahan mereka, lalu dijuluki sebagai pasangan paling romantis, kini telah dianugerahi sepasang buah hati yang menggemaskan. Entah suka atau tidak, kehidupan Zara kini tak bisa lepas dari sorotan publik. Ia harus ikut merasakan menjadi wanita yang setiap sudut kehidupannya akan diperhatikan oleh masyarakat. Bahkan, bisa jadi popularitasnya kelak akan mengungguli para artis papan atas yang ada di negeri itu. Namun, demi cinta dan kebahagiaan bersama sang suami, Zara rela menjalani hidupnya sebagai bagian dari keluarga sultan, bersama anak-anak mereka yang menjadi buah cinta abadi."Apa kamu capek, Sayang?" tanya Kevin lembut pada istrinya. Klien bisnis Kevin terus datang menjenguk anak kembarnya, membuat Zara berbaur dalam kelelahan. Saat itulah Kevin menyadari alasan di balik