Ketika melihat Jenny datang, ekspresi Budi menjadi dingin.Budi masih membiarkan wanita ini hidup karena sebelum anaknya menjadi kasim, Tony sempat berhubungan badan dengan wanita ini.Kalau Jenny memiliki keturunan Keluarga Susanto, Budi akan membiarkan Jenny hidup sampai anaknya lahir.Kalau tidak, Jenny hanya bisa hidup sampai dua bulan lagi.Oleh karena itu, dia merekrut Jenny ke Asosiasi Bahan Bangunan dan menjadikannya kepala sekretaris.Jenny yang sekarang terlihat sangat bahagia dan bangga.Jenny mengira kalau dirinya hamil anak Tony, dia bisa menjadi nyonya muda Keluarga Susanto.Posisinya di Keluarga Susanto juga akan sangat kuat.Siapa sangka, Budi sudah menganggapnya orang mati.Setelah menyimpan kembali kekejaman di matanya, Budi pun bertanya dengan ekspresi datar, "Ada apa?""Pak, Romi berkhianat. Aku mendapat kabar bahwa dia membawa anak buahnya untuk bekerja di lokasi konstruksi Luna," kata Jenny dengan kecewa.Jenny bahkan sudah bermimpi bahwa Luna dan Ardika tertimpa
"Pak, aku masih mengecek insiden meninggalnya Delvin. Tapi, aku nggak sengaja menemukan jejak Keluarga Susanto dan Keluarga Mahasura di insiden pemecatan Delvin dari kampus."Terkait pemecatan Delvin, Ardika masih mengingatnya dengan jelas.Pada saat itu, Delvin akan segera lulus dari S2.Tiba-tiba, ada yang melaporkan bahwa Delvin menyontek tesis orang. Hal itu membuat Delvin dipecat dari kampus.Delvin sangat tertarik pada penelitian ilmiah. Kejadian itu memutuskan jalan Delvin dalam penelitian ilmiah, serta memberikan pukulan besar terhadapnya. Hal itu membuat Delvin putus asa untuk waktu yang lama.Ardika tahu bahwa Delvin tidak akan melakukan hal seperti itu, pasti ada orang yang memfitnahnya. Jadi, Ardika ingin membantu Delvin untuk membersihkan namanya.Namun, Delvin ingin merahasiakan hal itu dan menyuruh Ardika tidak perlu ikut campur. Setelah itu, Delvin pun keluar kota untuk berbisnis.Jesika memberi tahu Ardika bahwa mahasiswi yang melaporkan kecurangan Delvin bernama Arini
"Betul."Yanto mengangguk sambil berkata, "Grup Sentosa Jaya nggak bisa melawan lagi, Asosiasi Bahan Bangunan akan bangkit kembali.""Luna menolak membeli bahan material, kemudian menyuruh Romi bekerja di lokasi konstruksi kita. Hal ini sudah tersebar ke mana-mana, sehingga mempermalukan Asosiasi Bahan Bangunan. Acara pembentukan kembali kali ini, Grup Agung Makmur akan menjadi target serang."Setelah mendengarnya, semua anggota Keluarga Basagita menjadi sangat panik.Semua keluarga besar sudah mulai mengalah pada Asosiasi Bahan Bangunan, tapi Grup Agung Makmur masih bertahan karena proyek yang dipimpin oleh Luna.Kali ini, kalau Keluarga Basagita pergi menghadiri acara tersebut, mereka akan menjadi target serangan Budi yang sombong."Ayah, kita nggak bisa menghindar lagi. Kalau nggak dihadiri, Budi akan menjadi alasan untuk menyerang kita. Sekarang, masalahnya siapa yang harus pergi?" tanya Yanto sambil melirik ke Wisnu.Wisnu pun berkata, "Kakek, pokoknya keluarga kami nggak akan per
Mendengar makian dari ayahnya, Jacky yang duduk di kursi roda tidak mengucapkan sepatah kata pun.Saat orang-orang lain di tempat itu mendengarnya, mereka juga ikut menyerang Jacky."Paman Jacky, kalau waktu itu kamu nggak membuat masalah, keponakanmu ini sudah menjadi tuan muda dari keluarga kaya raya. Kamu benar-benar sudah mencelakaiku!"Walaupun sedang berhadapan dengan paman kedua yang sangat dihormatinya ketika dia masih kecil, Wisnu tetap tidak segan mengungkapkan isi hatinya.Wulan juga berkata, "Paman Jacky, kini putrimu juga keras kepala sepertimu. Aku lihat dia juga akan mencelakai Keluarga Basagita!""Kalian benar-benar pembawa sial bagi Keluarga Basagita!"Anggota Keluarga Basagita terus mengucapkan kata-kata yang tajam dan kasar untuk melampiaskan kekesalan mereka.Mendengar sindiran-sindiran itu, Jacky, Desi dan Luna hanya bisa berdiri mematung di tempat dengan ekspresi pucat.Sepertinya hal ini sudah lama dipendam oleh Keluarga Basagita.Siapa suruh Luna dan keluarganya
Berbeda dengan nada bicaranya pada Ardika kemarin, hari ini Tina berbicara dengan nada lembut."Oke, aku traktir kamu makan."Ardika juga berencana untuk pergi makan. Lagi pula, kalau sekarang dia pulang ke Vila Cakrawala, amarah ibu mertuanya pasti belum mereda.Jangankan membiarkannya makan bersama, dia pasti tidak akan diizinkan masuk ke dalam rumah."Di mana kamu sekarang? Aku akan pergi menjemputmu."Ardika segera memberi tahu Tina lokasi dia berada saat ini. Tidak lama kemudian, Tina sudah sampai di lokasi.Dia mengendarai sebuah mobil Mercedes Benz G yang bernilai sekitar empat miliar, sehingga menarik perhatian banyak orang.Sosok wanita yang terlihat lemah dan lembut mengendarai mobil seperti itu, tentu saja perbedaannya sangat kontras.Di bawah tatapan kagum dan meremehkan orang-orang yang berada di sekeliling tempat itu, Ardika menghampiri mobil tersebut dan masuk ke dalamnya."Ayo pergi."Tina segera melajukan mobilnya tanpa menanyakan Ardika akan mentraktirnya makan di man
Begitu keluar dari mobil, Ardika mendapati hari ini Hotel Puritama didekorasi dengan sangat meriah.Karpet merah digelar dari pintu masuk hingga ke pinggir jalan raya, seolah-olah ada acara perayaan tertentu.Tanpa berpikir banyak, Ardika langsung berjalan menuju ke pintu masuk.Tina juga melangkahkan kaki jenjangnya dan mengikuti pria itu dari belakang.Manajer Hendy sedang berdiri membelakangi Ardika di depan pintu masuk, dia terlihat sedang memberi instruksi kepada bawahannya."Pak Hendy, Bos sudah datang. Dia datang bersama Nona Tina dari Grup Lautan Berlian."Saat ini, salah seorang karyawan melihat kedatangan Ardika dan segera memberi tahu Hendy.Tina sering makan di Hotel Puritama. Kalau tidak, dia juga tidak akan sengaja membawa Ardika ke sini.Para karyawan sudah sangat mengenali wanita cantik dan kaya itu.Begitu mendengar bos mereka sudah datang, Manajer Hendy segera berbalik, lalu memberi hormat bersama para karyawan lainnya."Selamat datang Tuan Ardika, selamat datang Nona
Tina mendengus dengan ekspresi meremehkan.Kemudian, dia melemparkan kunci mobilnya kepada seorang karyawan hotel, lalu melenggang masuk ke dalam hotel.Seolah-olah sama sekali tidak tersinggung, Ardika hanya tersenyum dan mengikuti langkah kaki wanita itu.Restoran barat yang dimaksud terletak di lantai satu, belokan kiri lobi. Setelah memasuki restoran, keduanya duduk di sebuah tempat yang tenang.Tina langsung mengambil menu makanan dan mulai memesan makanan.Tanpa banyak bicara, dia langsung memesan sebotol anggur merah yang bernilai dua ratusan juta, ikan saus tiram spesial dua porsi, serta beberapa hidangan lainnya.Hanya dalam sekejap mata, tagihan makan mereka sudah mencapai empat ratusan juta."Oke, ini saja."Saat menutup menu makanan dalam genggamannya, Tina mendapati ekspresi Ardika tampak kesal."Kenapa? Apa kamu terkejut?"Dia berpikir Ardika terkejut dengan harga anggur merah kelas atas dan ikan saus tiram itu.Karena itulah yang diinginkannya, dia merasa sangat bangga.
Ardika tidak menyangka, dia akan diusir ketika sedang makan di sebuah restoran dalam hotel miliknya sendiri."Apa kamu nggak lihat aku sedang makan? Kenapa aku harus keluar sekarang?"Dia tetap duduk tenang di sana, bahkan dia sama sekali tidak mendongak untuk melihat lawan bicaranya."Huh, siapa tahu kamu benar-benar sedang makan atau sedang berpura-pura makan?"Petugas keamanan itu memelototi Ardika dan menunjukkan ekspresi arogan.Mereka berasal dari sebuah perusahaan yang khusus bergerak di bidang keamanan. Biasanya, mereka sering menerima tugas untuk melindungi para artis.Terutama artis papan atas seperti Adrian dan Derick, penggemar mereka sangatlah banyak.Bahkan, beberapa penggemar fanatik akan berusaha keras mengetahui rute penerbangan, hotel tempat tinggal dan informasi lainnya tentang idola mereka.Kemudian, mereka akan memesan tiket penerbangan dan hotel jauh-jauh hari hanya demi melihat idola mereka dalam jarak dekat.Bahkan, beberapa di antara mereka sampai mengganggu ke
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk
Walaupun menggunakan kata-kata rahasia yang sama, tetapi masing-masing pihak menggunakan cara yang berbeda untuk mengartikannya. Jadi, biarpun kamu berhasil merebut rahasia dari pihak lain, tanpa cara mengartikan dari pihak tersebut, juga tidak ada artinya.Kalau bersikeras menggunakan cara pihak sendiri untuk mengartikannya, lalu digunakan untuk berlatih. Hasil akhirnya hanya akan kerasukan!Windono membuka mulutnya dengan sangat lebar, dia menatap Ardika dengan tercengang.Karena cara mengartikan Ardika sama persis dengan yang dilakukan oleh para ahli fengsui dari kalangan Windono.Enam belas kata yang dibacakan oleh Ardika adalah enam belas kata rahasia yang paling penting bagi para ahli fengsui dari kalangan Windono."Gu ... Guru, bagaimana kamu bisa tahu cara mengartikan kata-kata rahasia kalangan kami?"Dengan tenggorokan yang terasa kering, Windono mengajukan pertanyaan itu. Dia bahkan mulai mencurigai Ardika dikirim oleh kalangan lain, merupakan mata-mata yang dikirim untuk men
Mendengar ucapan Ardika, Windono tertegun sejenak. Kemudian, sorot mata senang dan bersemangat tampak jelas di matanya."Brak!"Tanpa banyak bicara lagi, Windono langsung berlutut, lalu berkata dengan senang, "Guru yang terhormat, terimalah penghormatan dari muridmu ini!"Menyaksikan pemandangan itu, Futari langsung tercengang.Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?Boleh dibilang Windono ini hampir seumuran dengan ayahnya, tetapi pria paruh baya ini malah mengakui kakak iparnya sebagai guru?Ardika juga tidak bisa berkata-kata lagi.Windono benar-benar terlalu cepat dalam mengambil tindakan. Dia bahkan belum sempat selesai berbicara.Sambil melambaikan tangannya, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Berdirilah dulu, aku belum setuju untuk menerimamu sebagai muridku.""Guru, kalau hari ini kamu nggak mengakui ikatan kita ini, aku nggak akan berdiri lagi!"Windono kembali menunjukkan sikap tidak tahu malunya, dia bertingkah seolah-olah dia akan tetap berlutut hingga mati di sana kalau Ardi
Ardika baru saja memarkir mobilnya di depan vila nomor satu, dia sudah melihat ada sebuah mobil yang melaju ke arahnya.Windono keluar dari mobil, lalu bergegas menghampiri Ardika dan berkata, "Guru, vila nomor satu ini adalah pemberian dari Pak Jace untukmu, 'kan?"Raut wajah Ardika tampak agak dingin. "Kamu membuntutiku?"Bisa-bisanya bocah yang satu ini memasuki Gunung Halfi dengan mulus. Hal ini membuat Ardika agak terkejut."Nggak, nggak, aku nggak berani!"Windono buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Guru, jujur saja, aku juga membeli sebuah vila di sini. Hanya saja, aku hanya menginap di sini sesekali!"Ardika tidak bisa berkata-kata lagi.Melihat ekspresi menjilat yang menghiasi wajah jelek Windono, dia hampir saja melupakan identitas pria itu.Bocah yang satu ini adalah Kepala Asosiasi Fengsui sekaligus pemimpin Harven. Boleh dibilang dia sudah termasuk seorang tokoh hebat di ibu kota provinsi."Oh, kalau begitu pulanglah ke vilamu, untuk apa kamu mengikutiku?"Ardika
"Sejauh ini nggak ada ahli bela diri yang bisa diandalkan dari pihak Wilgo. Saat Keluarga Gozali dalam situasi genting, kita baru membiarkan orang-orang Tuan Muda Jerfis untuk maju mendapatkan posisi ketua cabang untuk Keluarga Gozali.""Sebagai ucapan terima kasih, Wilgo pasti akan memaksa Rosa untuk menikah dengan Tuan Muda Jerfis. Bukankah ini sama saja dengan sekali mendayung dua pulau terlampaui?""Intinya, kalau hal ini dilakukan dengan baik, Tuan Muda Jerfis bukan hanya nggak akan memarahi kalian, mungkin saja dia juga akan memandang tinggi kalian, membiarkan kalian menjalin relasi dengannya!"Saat perbincangan santai ini tengah berlangsung, sebuah rencana keji yang sempurna sudah keluar dari mulut Timnu."Kak Timnu, aku sudah mengerti maksudmu!"Sorot mata Werdi langsung berbinar.Namun, tak lama kemudian, dia berkata dengan khawatir, "Kak Timnu, walau rencana ini sangat bagus, bagaimana kalau bocah itu berhasil mengalahkan Vita?""Perlu diketahui bahwa kekuatan yang ditunjukka