"Minum-minum di lantai bawah? Oke."Setelah menjawab panggilan telepon itu dan mengucapkan beberapa patah kata, Firza berkata pada Hugo, "Ada beberapa orang temanku sedang menungguku di lantai bawah. Aku turun dulu.""Sobat, tolong bantuannya, ya. Aku janji kamu nggak akan rugi."Selesai berbicara, dia mengulurkan lengannya, menunjuk Ardika, lalu berbalik dan menuruni tangga.Dia sudah pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri kemampuan Hugo. Pria itu memang layak disebut sebagai putra Wakanda, Kepala Sekolah Bela Diri Wakanda. Menghajar beberapa orang preman sangatlah mudah baginya.Tentu saja memberi pelajaran pada Ardika juga bukanlah hal yang sulit baginya."Kak Hugo, langsung serang saja! Hajar menantu benalu itu sampai dia berlutut di lantai!""Ya, benar. Kami benar-benar nggak menyukai pecundang itu!"Begitu Firza pergi, Jaiden, Lilis dan yang lainnya mulai bersorak dengan penuh semangat. Mereka sudah tidak sabar melihat Hugo menyiksa Ardika."Hehe, nggak perlu terburu-buru."
Begitu Lilis selesai berbicara, wajah Futari langsung memerah saking marahnya.Dia tidak menyangka Hugo bermaksud seperti itu.Pria itu tidak hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menindas kakak iparnya, juga ingin memaksanya menjadi teman tidur, melakukan hal-hal yang hanya dilakukan oleh wanita-wanita rendahan itu."Cih! Menjijikkan!"Futari memelototi Lilis dan berkata dengan marah, "Aku bukan wanita sembarangan sepertimu! Aku nggak akan tidur dengan siapa pun hanya untuk mencapai tujuan sendiri!"Begitu mendengar ucapan Futari, ekspresi Lilis langsung berubah menjadi muram.Wajahnya yang dipenuhi dengan riasan wajah yang tebal itu pun langsung berkedut."Dalam situasi seperti ini, kamu masih ingin mempertahankan citra sucimu? Kalau begitu, kakak iparmu hanya bisa berakhir dengan patah lengan dan patah kaki."Lilis tertawa dingin dan berkata, "Kelihatannya saja kamu memikirkan kakak iparmu, tapi setelah menyangkut kepentingan pribadi, bukankah kamu tetap saja bersikap egois?
"Memangnya aku salah? Jelas-jelas Ardika yang membuat masalah. Kak, kamu sudah terseret dalam masalah karena dia, tapi kenapa kamu masih saja membelanya?!"Hariyo memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Coba kamu lihat, pecundang itu nggak mengucapkan sepatah kata pun, 'kan? Dia hanya tahu menghindar tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.""Dia nggak pantas kamu lindungi seperti itu ...."Melihat kakak beradik itu bertengkar, Jaiden dan yang lainnya tertawa liar."Haha, benar-benar pertunjukan yang menarik, yang satu menjual kakak iparnya, sedangkan yang satu lagi membela kakak iparnya.""Sementara itu, kakak ipar yang bersangkutan sama sekali nggak bereaksi. Benar-benar pengecut.""Hehe, pecundang itu pasti sudah ketakutan setengah mati ...."Sekelompok orang itu sekali lagi menghina Ardika."Sudah cukup! Diam kalian semua!"Hugo menghentikan mereka dengan tidak sabar, lalu menatap Futari dengan ekspresi mempermainkan dan berkata, "Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Seperti itul
"Wah .... Kak Ardika sangat keren!"Melihat Ardika yang menatap Hugo secara langsung dan mengatakan secara terang-terangan akan melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Hugo, sorot mata Futari tampak berbinar.Saat ini, dia merasa sangat aman dan nyaman."Eh, pecun ... Ardika, apa aku nggak salah lihat?"Hariyo yang terduduk di lantai menggosok-gosok matanya, seolah-olah tidak berani memercayai pemandangan di hadapannya ini.Tidak hanya dia seorang, Jaiden, Lilis dan yang lainnya juga sepemikiran.Sekelompok orang itu membelalak, seakan-akan mereka sama sekali tidak mengenal Ardika.Sosok Ardika sekarang berbeda dengan sosok Ardika yang ada dalam benak mereka.Di mata mereka, Ardika hanyalah menantu benalu yang hanya bisa beromong kosong, tetapi kenyataannya adalah pengecut.Karena itulah, tadi mereka baru mengejek Ardika pengecut sesuka hati mereka, mengatai Ardika sama sekali tidak bereaksi ketika adik iparnya ditindas.Namun, tak lama kemudian, Ardika menanggapi ejekan mereka dengan
Futari juga menyadari nada bicara tajam dalam ucapan Hugo. Dia tahu masalah ini benar-benar sudah membesar.Dia menatap Ardika dengan tatapan khawatir, lalu mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Kak Ardika, aku lapor polisi saja, ya.""Kamu mau lapor polisi? Kalau begitu, aku akan memastikan lengan dan kakinya patah sebelum anggota kepolisian tiba di sini!"Mendengar nada bicara dingin Hugo, saking ketakutannya, tangan Futari sampai gemetaran, bahkan ponselnya hampir terjatuh ke lantai."Nggak apa-apa, percayalah padaku, semuanya pasti akan baik-baik saja."Ardika menepuk-nepuk pundak Futari, lalu menoleh dan berjalan menghampiri Hugo."Haha! Benar saja pecundang itu takut! Dia sudah mau berlutut!""Ya ampun! Kalau mau berlutut, cepat lakukan! Berlutut dari posisimu berdiri hingga ke hadapan Kak Hugo!"Jaiden dan yang lainnya bersorak dengan gembira.Melihat menantu benalu arogan itu berlutut, mereka merasa sangat senang."Hugo, sepertinya satu tamparan tadi belum cukup untuk menjadi pe
Hugo sendiri juga sangat kebingungan. Sejak kecil, dia sudah berlatih seni bela diri. Dia tidak pernah bertemu dengan orang yang bisa menandinginya.Menghajar preman-preman sangat mudah baginya, hanya seperti seorang ayah yang memukul anak-anaknya.Namun, mengapa dia tidak bisa menghindari tamparan Ardika?"Minggir, minggir!"Dia menggoyangkan lengannya untuk mendorong murid-muridnya, tetapi tubuhnya langsung sedikit terhuyung.Dia yang sangat memedulikan harga dirinya buru-buru sedikit melekukkan lututnya, membuat gerakan kuda-kuda untuk menyeimbangkan tubuhnya. Kemudian, dia baru menggertakkan giginya dan menatap Ardika dengan kesal. "Ardika, aku akan membuatmu berlutut memohon pengampunan di hadapanku sekarang juga."Selesai berbicara, dia langsung mengambil sebotol anggur dari atas meja."Bam ...."Botol anggur itu dilemparnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping."Kalian, hancurkan botol-botol anggur ini!"Hugo menunjuk Jaiden dan yang lainnya.Walaupun para muridnya itu tidak
Melihat Hugo memanggil bantuan dengan ekspresi kesal, semua orang tahu pria itu sudah kehilangan kemampuan untuk melakukan perlawanan secara pribadi.Setelah memutuskan panggilan telepon, Hugo memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Ardika sialan, tunggu saja kamu! Aku sudah meminta Paman Julbis untuk membawa anggota sekolah bela diri ke sini! Sebaiknya kamu berdoa agar kamu masih punya kesempatan untuk melihat matahari besok!"Paman Julbis ini bernama lengkap Julbis Lotoka, adalah Wakil Kepala Sekolah Bela Diri Wakanda, sekaligus orang kepercayaan ayahnya.Biasanya, permintaannya selalu dipenuhi. Sering kali, setiap kali dia membuat masalah, dia tidak perlu memberi tahu ayahnya, melainkan langsung meminta bantuan Julbis untuk menyelesaikan masalahnya saja.Mendengar Hugo melontarkan kata-kata tajam itu dengan sangat percaya diri, Jaiden dan yang lainnya tersadar dari lamunan mereka dan kembali bersemangat."Eh! Dasar pecundang! Kamu sudah dengar, belum? Kak Hugo sudah memanggil a
Ardika tersenyum dan berkata, "Ya, benar. Sikapnya sama persis dengan sikapmu saat membuat keributan di Grup Bintang Darma sebelumnya. Nggak perlu diragukan lagi, kalian adalah satu keluarga.""Ya ampun, Pak Ardika, tolong jangan menyindirku lagi!"Wakanda terkejut setengah mati, dia buru-buru berkata, "Pak Ardika tenang saja, berani-beraninya bocah sialan itu mencari masalah dengan Bapak. Benar-benar cari mati.""Bapak tolong berikan ponsel Bapak padanya! Aku berjanji akan memarahi bocah sialan itu dan memintanya untuk meminta maaf pada Bapak!"Didengar dari kata-kata arogan yang keluar dari mulut Hugo, sepertinya konflik putranya dengan Ardika tidaklah sesederhana itu.Dia benar-benar takut Ardika langsung melumpuhkan Hugo.Bagaimanapun juga, Hugo adalah putranya satu-satunya."Meminta maaf? Kalau masalah ini bisa diselesaikan seperti itu, untuk apa aku meneleponmu lagi?"Ardika tertawa dingin, lalu langsung mematikan sambungan telepon.Setelah panggilan telepon terputus, Wakanda kem
"Tuan mengatakan setelah kamu menyelesaikan urusanmu sekarang, dia akan menemuimu secara pribadi."Wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia langsung menerima Pedang Ular Gelap, lalu berbalik dan pergi."Berhenti!"Sebelum wanita itu sempat melangkahkan kakinya keluar dari pintu utama, tiba-tiba saja dua orang di antara orang-orang Keluarga Sudibya yang Hanko bawa kemari, menghalangi jalan wanita itu.Salah seorang di antara dua orang itu langsung mengulurkan lengannya dan berkata dengan dingin, "Dasar penipu! Cepat serahkan Pedang Ular Gelap!"Menyaksikan pemandangan itu, banyak orang melemparkan sorot mata meremehkan ke arah Hanko.Gagal bersaing dengan mengandalkan kekayaan, tuan muda yang satu itu sudah berencana untuk merampas.Benar-benar tidak tahu malu.Namun, Hanko melihat ke arah pintu dengan ekspresi datar, seolah-olah hal itu tidak ada hubungannya dengannya.Kemunculan Kartu Hitam Sentral hanya membuatnya terkejut sejenak.Namun, siapa yang tahu apakah ini han
Dua puluh triliun. Walaupun ke depannya dia bisa merampas uang sebanyak ini bahkan lebih dari Ardika.Namun, kalau Hanko harus mengeluarkan uang tunai sebesar 20 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap, dia sama sekali tidak bisa melakukannya.Hanko duduk kembali dengan tidak berdaya. Dia menatap wanita itu dengan menyipitkan matanya dan berkata dengan dingin, "Dua puluh triliun, 'kan? Kalau begitu, Pedang Ular Gelap untukmu saja. Tapi, apakah kamu bisa mengeluarkan uang sebanyak itu?"Awalnya wanita itu sama sekali tidak memedulikan Hanko. Saat ini, dia menoleh dan melirik pria itu, lalu berkata dengan dingin, "Dasar pecundang! Nggak punya uang, diam saja!""Pedang Ular Gelap adalah senjata suci Organisasi Snakei, memangnya 20 triliun sangat banyak?""Pfffttt ...."Begitu mendengar ucapan wanita itu, Rhino, Lila dan yang lainnya langsung tidak bisa menahan diri dan tertawa.Sementara itu, wajah Hanko juga tampak memerah.Dia adalah Tuan Muda Keluarga Sudibya, tetapi sekarang dia malah
Penjual yang disebut oleh Felda tidak lain adalah Ardika.Hanko melirik Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Nona Felda nggak perlu khawatir, hanya 10 triliun saja, Keluarga Sudibya nggak mungkin nggak bisa mengeluarkan uang sebanyak itu.""Lagi pula, hanya pengalihan uang sesaat saja. Uang yang kukeluarkan, pada akhirnya akan kuambil kembali sepuluh kali, bahkan seratus kali lipat!"Hanko melontarkan kata-kata itu dengan niat membunuh yang kuat.Menurut Hanko, Pedang Ular Gelap sudah pasti akan menjadi miliknya.Biarpun Organisasi Dragone, Organisasi Tigerim dan Organisasi Wolfie memiliki kekayaan yang berlimpah, mereka juga tidak mungkin akan mengeluarkan uang di atas 10 triliun untuk membeli Pedang Ular Gelap.Hari ini, tujuan kedatangan mereka hanya untuk menyaksikan pertunjukan, mentertawakan Organisasi Snakei. Mereka tidak benar-benar bermaksud untuk membeli Pedang Ular Gelap.Kalau tidak, mereka akan benar-benar menyinggung Organisasi Snakei.Jadi, biarpun sekarang Keluarga
Begitu Hanko selesai berbicara, pandangan semua orang yang berada di tempat itu langsung tertuju pada Ardika.Mereka mendengar lengan Hanko itu dipatahkan oleh Ardika dengan menggunakan Pedang Ular Gelap.Sangat jelas hal itu benar adanya.Karena itulah, Hanko memendam kebencian yang sangat mendalam terhadap Ardika, rela mengeluarkan uang banyak untuk membeli Pedang Ular Gelap, lalu menggunakan Pedang Ular Gelap untuk membunuh Ardika.Saat ini, bahkan Levin juga bisa merasakan aura membunuh yang kuat menjalar di punggungnya.Namun, Ardika sendiri seakan-akan tidak merasakan apa-apa. Dia menatap Hanko sambil tersenyum tipis dan berkata, "Kalau begitu, harga yang kamu bayar sudah sedikit terlalu besar. Kamu sampai mengeluarkan beberapa triliun hanya untuk membunuhku."Hanko tersenyum tipis dan berkata, "Kalau perusahaan dan asetmu beserta dengan perusahaan dan aset istrimu digabungkan, paling nggak sudah setara dengan beberapa Pedang Ular Gelap, bukan?"Maksud ucapannya sangat jelas.Set
Felda menatap Hanko dan yang lainnya sambil tersenyum, nada bicaranya sangat lembut, sama sekali tidak mengintimidasi.Hanko mendongak, melirik wanita itu sekilas, lalu berkata, "Cih, hanya organisasi dunia preman yang ilegal, juga berani berlagak hebat seperti ini dengan melelang senjata suci Organisasi Snakei.""Apakah Bank Sentral nggak takut dihancurkan?!"Nada bicara Hanko dipenuhi niat membunuh yang kuat, dia sama sekali tidak menganggap serius Bank Sentral yang menjadi pendukung Felda.Felda tetap tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Tepat pada saat ini, di sudut ruangan di mana Hanko dan yang lainnya berdiri, tiba-tiba seorang staf Bank Sentral melesat keluar.Orang tersebut langsung melesat ke arah Hanko dan yang lainnya. Saking cepatnya, kecepatannya membuat orang-orang tidak sempat bereaksi."Bam!"Dengan iringan suara teredam, anggota Organisasi Snakei di belakang Hanko yang tadi menyerang, langsung muntah darah dan terpental keluar dari pintu."Benar-benar cari ma
Setelah Felda selesai berbicara, ada staf Organisasi Lelang Sentral yang membawa Pedang Ular Gelap ke atas panggung.Kemudian, Organisasi Lelang Sentral mengatur ahli bela diri untuk menunjukkan kehebatan pedang tersebut di hadapan semua orang."Wah!"Seruan kaget menyelimuti seluruh tempat itu. Pantas saja Pedang Ular Gelap disebut sebagai senjata suci Organisasi Snakei. Biarpun hanya merupakan replika Pedang Ular Gelap, kekuatannya sudah luar biasa menakutkan.Namun, orang-orang yang menunjukkan reaksi seperti ini hanyalah orang-orang di luar bidang ini yang benar-benar menghadiri acara ini untuk meramaikan acara saja.Orang-orang seperti Lila, Rhino dan yang lainnya tetap tampak tenang. Mereka hanya menunggu acara lelang dimulai.Tentu saja mereka tahu jelas kekuatan Pedang Ular Gelap.Sesungguhnya, empat organisasi besar memiliki senjata suci yang mewakili organisasi mereka.Kalau hanya karena kekuatan Pedang Ular Gelap, mereka juga tidak akan datang jauh-jauh.Felda tidak membiark
Kimo melirik Ardika sekilas tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi. Dia juga mencari tempat duduk dan duduk.Dengan begitu, selain Organisasi Snakei, perwakilan dari Organisasi Dragone, Organisasi Tigerim dan Organisasi Wolfie sudah hadir.Kemudian, masih ada orang-orang lain yang berdatangan.Di pihak Kota Banyuli, Kepala Keluarga Unima, Kepala Keluarga Yendia dan Kepala Keluarga Remax yang baru keluar dari rumah sakit hadir untuk memberikan dukungan pada Ardika. Mereka menghampiri Ardika dan menyapanya dengan penuh hormat.Bahkan beberapa orang hebat dari Kota Banyuli juga menghampiri dan menyapa Ardika dengan hormat.Namun, tidak semua orang bersikap hormat pada Ardika."Ardika, coba kamu tebak, apakah hari ini kamu akan mati?"Saat Tisya, Charles dan yang lainnya datang, akhirnya suasana di tempat itu mulai sedikit menegang.Orang yang berbicara adalah Sumalin.Weigus dan para investor dari luar kota lainnya juga turut hadir untuk menyaksikan pertunjukan. Satu per satu dari mereka
Setelah mendengar ucapan Levin, Ardika baru menyimpan kembali Pedang Ular Gelap dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kali ini, dengan mempertimbangkan Levin yang terlebih dahulu mengucapkan kata-kata yang kurang pantas, aku akan mengampunimu, nggak ada lain kali lagi.""Huh!"Lila mendengus dingin dengan kesal, tetapi dia tidak mencari masalah lagi dengan Ardika.Dia tidak bodoh.Dinilai dari serangan Ardika terhadap dirinya tadi, dia bukanlah lawan menantu benalu itu.Sebelumnya, beredar rumor Ardika telah melumpuhkan Vita, lalu melumpuhkan dua kelompok orang yang dikirim oleh Organisasi Snakei.Saat itu, dia masih sedikit tidak percaya.Sekarang, setelah menghadapi Ardika secara langsung, akhirnya dia sudah menyadari kekuatan pria itu.Ardika juga tidak memedulikan wanita itu lagi.Bukannya dia ingin bertindak arogan dan tidak berbicara logika, bukan pula dia bersikeras ingin melindungi anak buahnya.Namun, akan ada orang dari berbagai pihak yang menghadiri acara lelang hari ini.Lila
Adapun mengenai Felda bersungguh-sungguh mengucapkan kata-kata itu atau tidak, tidak masalah bagi Ardika.Lagi pula, kalau orang-orang Bank Sentral berani mencarinya untuk membalas dendam, mereka semua akan berakhir dengan mati."Pak Ardika, silakan pergi beristirahat di ruang VIP terlebih dahulu. Aku masih harus pergi menyambut beberapa orang tamu. Tokoh-tokoh hebat yang datang secara khusus untuk menghadiri acara lelang ini cukup banyak."Felda meminta orang untuk mengantar Ardika ke ruang istirahat, sedangkan dia sendiri pergi menyambut tamu lainnya.Tak lama setelah Ardika dan Levin duduk di dalam ruang VIP, satu demi satu orang juga memasuki ruang VIP untuk beristirahat.Tepat pada saat ini, seorang wanita muda dengan bentuk tubuh tinggi dan indah, serta rambut diikat berjalan memasuki ruangan didampingi oleh beberapa orang.Setelah melihat kedatangan orang-orang itu, Levin tertegun sejenak, lalu mendekati Ardika dan berbisik, "Kak Ardika, wanita itu bernama Lila Stile. Dia adalah