"Hahaha ...."Firza langsung tertawa liar.Sejak Amir, ayahnya mengungkapkan padanya pemikiran ingin membebaskan keluarga mereka dari kendali Keluarga Mahasura, dia sudah tidak terlalu menghormati Keluarga Mahasura lagi.Mempermalukan seseorang yang dulunya adalah Tuan Muda Keluarga Mahasura sesuka hatinya, benar-benar membuatnya sangat senang dan puas."Hahaha ...."Orang-orang lainnya juga ikut tertawa terbahak-bahak.Jaiden melirik Ardika dengan sorot mata meremehkan dan berkata, "Seperti ibarat pepatah, seseorang yang sudah jatuh, maka bukan apa-apa lagi. Tanpa identitas sebagai Tuan Muda Keluarga Mahasura, dia sudah bukan apa-apa lagi!""Pantas saja dia menjadi menantu benalu yang hanya bisa mengandalkan wanita ...."Orang-orang melontarkan ejekan-ejekan terhadap Ardika, sorot mata meremehkan tampak jelas di mata mereka.Setelah mempermalukan Ardika, Firza sudah merasa cukup puas. Akhirnya, dia teringat akan tugas yang diberikan oleh ayahnya padanya.Dia menuangkan segelas anggur
"Minum-minum di lantai bawah? Oke."Setelah menjawab panggilan telepon itu dan mengucapkan beberapa patah kata, Firza berkata pada Hugo, "Ada beberapa orang temanku sedang menungguku di lantai bawah. Aku turun dulu.""Sobat, tolong bantuannya, ya. Aku janji kamu nggak akan rugi."Selesai berbicara, dia mengulurkan lengannya, menunjuk Ardika, lalu berbalik dan menuruni tangga.Dia sudah pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri kemampuan Hugo. Pria itu memang layak disebut sebagai putra Wakanda, Kepala Sekolah Bela Diri Wakanda. Menghajar beberapa orang preman sangatlah mudah baginya.Tentu saja memberi pelajaran pada Ardika juga bukanlah hal yang sulit baginya."Kak Hugo, langsung serang saja! Hajar menantu benalu itu sampai dia berlutut di lantai!""Ya, benar. Kami benar-benar nggak menyukai pecundang itu!"Begitu Firza pergi, Jaiden, Lilis dan yang lainnya mulai bersorak dengan penuh semangat. Mereka sudah tidak sabar melihat Hugo menyiksa Ardika."Hehe, nggak perlu terburu-buru."
Begitu Lilis selesai berbicara, wajah Futari langsung memerah saking marahnya.Dia tidak menyangka Hugo bermaksud seperti itu.Pria itu tidak hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menindas kakak iparnya, juga ingin memaksanya menjadi teman tidur, melakukan hal-hal yang hanya dilakukan oleh wanita-wanita rendahan itu."Cih! Menjijikkan!"Futari memelototi Lilis dan berkata dengan marah, "Aku bukan wanita sembarangan sepertimu! Aku nggak akan tidur dengan siapa pun hanya untuk mencapai tujuan sendiri!"Begitu mendengar ucapan Futari, ekspresi Lilis langsung berubah menjadi muram.Wajahnya yang dipenuhi dengan riasan wajah yang tebal itu pun langsung berkedut."Dalam situasi seperti ini, kamu masih ingin mempertahankan citra sucimu? Kalau begitu, kakak iparmu hanya bisa berakhir dengan patah lengan dan patah kaki."Lilis tertawa dingin dan berkata, "Kelihatannya saja kamu memikirkan kakak iparmu, tapi setelah menyangkut kepentingan pribadi, bukankah kamu tetap saja bersikap egois?
"Memangnya aku salah? Jelas-jelas Ardika yang membuat masalah. Kak, kamu sudah terseret dalam masalah karena dia, tapi kenapa kamu masih saja membelanya?!"Hariyo memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Coba kamu lihat, pecundang itu nggak mengucapkan sepatah kata pun, 'kan? Dia hanya tahu menghindar tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.""Dia nggak pantas kamu lindungi seperti itu ...."Melihat kakak beradik itu bertengkar, Jaiden dan yang lainnya tertawa liar."Haha, benar-benar pertunjukan yang menarik, yang satu menjual kakak iparnya, sedangkan yang satu lagi membela kakak iparnya.""Sementara itu, kakak ipar yang bersangkutan sama sekali nggak bereaksi. Benar-benar pengecut.""Hehe, pecundang itu pasti sudah ketakutan setengah mati ...."Sekelompok orang itu sekali lagi menghina Ardika."Sudah cukup! Diam kalian semua!"Hugo menghentikan mereka dengan tidak sabar, lalu menatap Futari dengan ekspresi mempermainkan dan berkata, "Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Seperti itul
"Wah .... Kak Ardika sangat keren!"Melihat Ardika yang menatap Hugo secara langsung dan mengatakan secara terang-terangan akan melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Hugo, sorot mata Futari tampak berbinar.Saat ini, dia merasa sangat aman dan nyaman."Eh, pecun ... Ardika, apa aku nggak salah lihat?"Hariyo yang terduduk di lantai menggosok-gosok matanya, seolah-olah tidak berani memercayai pemandangan di hadapannya ini.Tidak hanya dia seorang, Jaiden, Lilis dan yang lainnya juga sepemikiran.Sekelompok orang itu membelalak, seakan-akan mereka sama sekali tidak mengenal Ardika.Sosok Ardika sekarang berbeda dengan sosok Ardika yang ada dalam benak mereka.Di mata mereka, Ardika hanyalah menantu benalu yang hanya bisa beromong kosong, tetapi kenyataannya adalah pengecut.Karena itulah, tadi mereka baru mengejek Ardika pengecut sesuka hati mereka, mengatai Ardika sama sekali tidak bereaksi ketika adik iparnya ditindas.Namun, tak lama kemudian, Ardika menanggapi ejekan mereka dengan
Futari juga menyadari nada bicara tajam dalam ucapan Hugo. Dia tahu masalah ini benar-benar sudah membesar.Dia menatap Ardika dengan tatapan khawatir, lalu mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Kak Ardika, aku lapor polisi saja, ya.""Kamu mau lapor polisi? Kalau begitu, aku akan memastikan lengan dan kakinya patah sebelum anggota kepolisian tiba di sini!"Mendengar nada bicara dingin Hugo, saking ketakutannya, tangan Futari sampai gemetaran, bahkan ponselnya hampir terjatuh ke lantai."Nggak apa-apa, percayalah padaku, semuanya pasti akan baik-baik saja."Ardika menepuk-nepuk pundak Futari, lalu menoleh dan berjalan menghampiri Hugo."Haha! Benar saja pecundang itu takut! Dia sudah mau berlutut!""Ya ampun! Kalau mau berlutut, cepat lakukan! Berlutut dari posisimu berdiri hingga ke hadapan Kak Hugo!"Jaiden dan yang lainnya bersorak dengan gembira.Melihat menantu benalu arogan itu berlutut, mereka merasa sangat senang."Hugo, sepertinya satu tamparan tadi belum cukup untuk menjadi pe
Hugo sendiri juga sangat kebingungan. Sejak kecil, dia sudah berlatih seni bela diri. Dia tidak pernah bertemu dengan orang yang bisa menandinginya.Menghajar preman-preman sangat mudah baginya, hanya seperti seorang ayah yang memukul anak-anaknya.Namun, mengapa dia tidak bisa menghindari tamparan Ardika?"Minggir, minggir!"Dia menggoyangkan lengannya untuk mendorong murid-muridnya, tetapi tubuhnya langsung sedikit terhuyung.Dia yang sangat memedulikan harga dirinya buru-buru sedikit melekukkan lututnya, membuat gerakan kuda-kuda untuk menyeimbangkan tubuhnya. Kemudian, dia baru menggertakkan giginya dan menatap Ardika dengan kesal. "Ardika, aku akan membuatmu berlutut memohon pengampunan di hadapanku sekarang juga."Selesai berbicara, dia langsung mengambil sebotol anggur dari atas meja."Bam ...."Botol anggur itu dilemparnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping."Kalian, hancurkan botol-botol anggur ini!"Hugo menunjuk Jaiden dan yang lainnya.Walaupun para muridnya itu tidak
Melihat Hugo memanggil bantuan dengan ekspresi kesal, semua orang tahu pria itu sudah kehilangan kemampuan untuk melakukan perlawanan secara pribadi.Setelah memutuskan panggilan telepon, Hugo memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Ardika sialan, tunggu saja kamu! Aku sudah meminta Paman Julbis untuk membawa anggota sekolah bela diri ke sini! Sebaiknya kamu berdoa agar kamu masih punya kesempatan untuk melihat matahari besok!"Paman Julbis ini bernama lengkap Julbis Lotoka, adalah Wakil Kepala Sekolah Bela Diri Wakanda, sekaligus orang kepercayaan ayahnya.Biasanya, permintaannya selalu dipenuhi. Sering kali, setiap kali dia membuat masalah, dia tidak perlu memberi tahu ayahnya, melainkan langsung meminta bantuan Julbis untuk menyelesaikan masalahnya saja.Mendengar Hugo melontarkan kata-kata tajam itu dengan sangat percaya diri, Jaiden dan yang lainnya tersadar dari lamunan mereka dan kembali bersemangat."Eh! Dasar pecundang! Kamu sudah dengar, belum? Kak Hugo sudah memanggil a
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d