"Wah .... Kak Ardika sangat keren!"Melihat Ardika yang menatap Hugo secara langsung dan mengatakan secara terang-terangan akan melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Hugo, sorot mata Futari tampak berbinar.Saat ini, dia merasa sangat aman dan nyaman."Eh, pecun ... Ardika, apa aku nggak salah lihat?"Hariyo yang terduduk di lantai menggosok-gosok matanya, seolah-olah tidak berani memercayai pemandangan di hadapannya ini.Tidak hanya dia seorang, Jaiden, Lilis dan yang lainnya juga sepemikiran.Sekelompok orang itu membelalak, seakan-akan mereka sama sekali tidak mengenal Ardika.Sosok Ardika sekarang berbeda dengan sosok Ardika yang ada dalam benak mereka.Di mata mereka, Ardika hanyalah menantu benalu yang hanya bisa beromong kosong, tetapi kenyataannya adalah pengecut.Karena itulah, tadi mereka baru mengejek Ardika pengecut sesuka hati mereka, mengatai Ardika sama sekali tidak bereaksi ketika adik iparnya ditindas.Namun, tak lama kemudian, Ardika menanggapi ejekan mereka dengan
Futari juga menyadari nada bicara tajam dalam ucapan Hugo. Dia tahu masalah ini benar-benar sudah membesar.Dia menatap Ardika dengan tatapan khawatir, lalu mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Kak Ardika, aku lapor polisi saja, ya.""Kamu mau lapor polisi? Kalau begitu, aku akan memastikan lengan dan kakinya patah sebelum anggota kepolisian tiba di sini!"Mendengar nada bicara dingin Hugo, saking ketakutannya, tangan Futari sampai gemetaran, bahkan ponselnya hampir terjatuh ke lantai."Nggak apa-apa, percayalah padaku, semuanya pasti akan baik-baik saja."Ardika menepuk-nepuk pundak Futari, lalu menoleh dan berjalan menghampiri Hugo."Haha! Benar saja pecundang itu takut! Dia sudah mau berlutut!""Ya ampun! Kalau mau berlutut, cepat lakukan! Berlutut dari posisimu berdiri hingga ke hadapan Kak Hugo!"Jaiden dan yang lainnya bersorak dengan gembira.Melihat menantu benalu arogan itu berlutut, mereka merasa sangat senang."Hugo, sepertinya satu tamparan tadi belum cukup untuk menjadi pe
Hugo sendiri juga sangat kebingungan. Sejak kecil, dia sudah berlatih seni bela diri. Dia tidak pernah bertemu dengan orang yang bisa menandinginya.Menghajar preman-preman sangat mudah baginya, hanya seperti seorang ayah yang memukul anak-anaknya.Namun, mengapa dia tidak bisa menghindari tamparan Ardika?"Minggir, minggir!"Dia menggoyangkan lengannya untuk mendorong murid-muridnya, tetapi tubuhnya langsung sedikit terhuyung.Dia yang sangat memedulikan harga dirinya buru-buru sedikit melekukkan lututnya, membuat gerakan kuda-kuda untuk menyeimbangkan tubuhnya. Kemudian, dia baru menggertakkan giginya dan menatap Ardika dengan kesal. "Ardika, aku akan membuatmu berlutut memohon pengampunan di hadapanku sekarang juga."Selesai berbicara, dia langsung mengambil sebotol anggur dari atas meja."Bam ...."Botol anggur itu dilemparnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping."Kalian, hancurkan botol-botol anggur ini!"Hugo menunjuk Jaiden dan yang lainnya.Walaupun para muridnya itu tidak
Melihat Hugo memanggil bantuan dengan ekspresi kesal, semua orang tahu pria itu sudah kehilangan kemampuan untuk melakukan perlawanan secara pribadi.Setelah memutuskan panggilan telepon, Hugo memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Ardika sialan, tunggu saja kamu! Aku sudah meminta Paman Julbis untuk membawa anggota sekolah bela diri ke sini! Sebaiknya kamu berdoa agar kamu masih punya kesempatan untuk melihat matahari besok!"Paman Julbis ini bernama lengkap Julbis Lotoka, adalah Wakil Kepala Sekolah Bela Diri Wakanda, sekaligus orang kepercayaan ayahnya.Biasanya, permintaannya selalu dipenuhi. Sering kali, setiap kali dia membuat masalah, dia tidak perlu memberi tahu ayahnya, melainkan langsung meminta bantuan Julbis untuk menyelesaikan masalahnya saja.Mendengar Hugo melontarkan kata-kata tajam itu dengan sangat percaya diri, Jaiden dan yang lainnya tersadar dari lamunan mereka dan kembali bersemangat."Eh! Dasar pecundang! Kamu sudah dengar, belum? Kak Hugo sudah memanggil a
Ardika tersenyum dan berkata, "Ya, benar. Sikapnya sama persis dengan sikapmu saat membuat keributan di Grup Bintang Darma sebelumnya. Nggak perlu diragukan lagi, kalian adalah satu keluarga.""Ya ampun, Pak Ardika, tolong jangan menyindirku lagi!"Wakanda terkejut setengah mati, dia buru-buru berkata, "Pak Ardika tenang saja, berani-beraninya bocah sialan itu mencari masalah dengan Bapak. Benar-benar cari mati.""Bapak tolong berikan ponsel Bapak padanya! Aku berjanji akan memarahi bocah sialan itu dan memintanya untuk meminta maaf pada Bapak!"Didengar dari kata-kata arogan yang keluar dari mulut Hugo, sepertinya konflik putranya dengan Ardika tidaklah sesederhana itu.Dia benar-benar takut Ardika langsung melumpuhkan Hugo.Bagaimanapun juga, Hugo adalah putranya satu-satunya."Meminta maaf? Kalau masalah ini bisa diselesaikan seperti itu, untuk apa aku meneleponmu lagi?"Ardika tertawa dingin, lalu langsung mematikan sambungan telepon.Setelah panggilan telepon terputus, Wakanda kem
Saat mereka sedang berbicara, sekelompok besar anak muda yang mengenakan seragam sekolah bela diri sudah muncul di lantai dua.Kalau dilihat dari banyaknya orang, mungkin ada sekitar seratus orang.Pemimpin sekelompok orang itu adalah seorang pria paruh baya gemuk yang terlihat kuat.Wajah bundarnya membuat orang yang melihatnya segan melihatnya. Sorot matanya yang dingin sekaligus ganas, membuatnya orang yang bertatapan dengannya pasti akan merinding ketakutan.Pria paruh baya itu tidak lain adalah Julbis, Wakil Kepala Sekolah Bela Diri Wakanda."Paman Julbis, di sini!"Hugo segera menyapanya.Kemudian, dia menoleh melirik Ardika, lalu tertawa dingin dan berkata, "Eh, Ardika sialan, kamu sudah lihat, belum? Mereka semua adalah murid-murid sekolah bela diri ayahku! Walau jumlah mereka kurang dari seratus orang, masing-masing dari mereka melayangkan satu tamparan ke wajahmu saja, kamu pasti akan mati!"Saat dia berbicara, Julbis membawa murid-murid Sekolah Bela Diri Wakanda berjalan men
Pemandangan ini benar-benar di luar dugaan semua orang.Bahkan Hugo sendiri juga duduk tercengang di lantai selama beberapa saat, baru tersadar kembali.Kemudian, dia mengangkat kepalanya dan berteriak dengan marah pada Julbis, "Julbis, apa kamu sudah gila?!""Aku menyuruhmu untuk memukul bocah sialan itu, tapi mengapa kamu malah memukulku?!"Saking kesalnya, Hugo bahkan tidak memanggil Julbis dengan panggilan Paman Julbis lagi.Selain amarah yang memuncak, dia merasa sangat malu.Dia sendiri yang memanggil Julbis datang kemari. Awalnya, dia berniat untuk menyuruh bawahan ayahnya itu untuk memberi pelajaran pada Ardika. Namun, alih-alih sesuai dengan keinginannya, malah dia sendiri yang ditampar sampai terjatuh ke lantai.Hugo bisa membayangkan betapa konyolnya dia yang sedang menutupi wajahnya dan terduduk di lantai seperti sekarang ini."Eh? Hugo, bukankah dia adalah orang yang kamu panggil kemari? Kenapa malah kamu yang dipukul?""Hmm, pertunjukan apa yang sedang kamu mainkan?"Namu
Suara Wakanda terdengar jelas di telinga semua orang yang berada di tempat itu.Semua orang mengalihkan pandangan mereka ke arah Ardika, sorot mata terkejut tampak jelas di mata mereka.Wakanda adalah tokoh terkenal dalam dunia bela diri Kota Banyuli. Hanya tindakan kecil dari pria itu, sudah bisa mengguncang seluruh Kota Banyuli. Namun, dia malah bersikap begitu hormat dan sopan pada seorang pemuda seperti Ardika.Dia bahkan memanggil Ardika dengan panggilan hormat "Bapak"!Bukankah Ardika hanyalah seorang menantu benalu yang mengandalkan istrinya?Ekspresi Jaiden, Lilis dan yang lainnya berubah menjadi sangat masam. Tangan dan kaki mereka sudah sedikit bergetar.Tidak peduli sebodoh apa pun mereka, mereka juga tahu kali ini mereka sudah tertimpa masalah besar.Untung saja, ada Hugo yang menjadi target utama."Pak Wakanda, kali ini putramu nggak hanya mencari masalah denganku."Ardika tetap duduk dengan santai di atas sofa, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Tapi, bisa-bisanya dia me
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk
Walaupun menggunakan kata-kata rahasia yang sama, tetapi masing-masing pihak menggunakan cara yang berbeda untuk mengartikannya. Jadi, biarpun kamu berhasil merebut rahasia dari pihak lain, tanpa cara mengartikan dari pihak tersebut, juga tidak ada artinya.Kalau bersikeras menggunakan cara pihak sendiri untuk mengartikannya, lalu digunakan untuk berlatih. Hasil akhirnya hanya akan kerasukan!Windono membuka mulutnya dengan sangat lebar, dia menatap Ardika dengan tercengang.Karena cara mengartikan Ardika sama persis dengan yang dilakukan oleh para ahli fengsui dari kalangan Windono.Enam belas kata yang dibacakan oleh Ardika adalah enam belas kata rahasia yang paling penting bagi para ahli fengsui dari kalangan Windono."Gu ... Guru, bagaimana kamu bisa tahu cara mengartikan kata-kata rahasia kalangan kami?"Dengan tenggorokan yang terasa kering, Windono mengajukan pertanyaan itu. Dia bahkan mulai mencurigai Ardika dikirim oleh kalangan lain, merupakan mata-mata yang dikirim untuk men
Mendengar ucapan Ardika, Windono tertegun sejenak. Kemudian, sorot mata senang dan bersemangat tampak jelas di matanya."Brak!"Tanpa banyak bicara lagi, Windono langsung berlutut, lalu berkata dengan senang, "Guru yang terhormat, terimalah penghormatan dari muridmu ini!"Menyaksikan pemandangan itu, Futari langsung tercengang.Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?Boleh dibilang Windono ini hampir seumuran dengan ayahnya, tetapi pria paruh baya ini malah mengakui kakak iparnya sebagai guru?Ardika juga tidak bisa berkata-kata lagi.Windono benar-benar terlalu cepat dalam mengambil tindakan. Dia bahkan belum sempat selesai berbicara.Sambil melambaikan tangannya, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Berdirilah dulu, aku belum setuju untuk menerimamu sebagai muridku.""Guru, kalau hari ini kamu nggak mengakui ikatan kita ini, aku nggak akan berdiri lagi!"Windono kembali menunjukkan sikap tidak tahu malunya, dia bertingkah seolah-olah dia akan tetap berlutut hingga mati di sana kalau Ardi
Ardika baru saja memarkir mobilnya di depan vila nomor satu, dia sudah melihat ada sebuah mobil yang melaju ke arahnya.Windono keluar dari mobil, lalu bergegas menghampiri Ardika dan berkata, "Guru, vila nomor satu ini adalah pemberian dari Pak Jace untukmu, 'kan?"Raut wajah Ardika tampak agak dingin. "Kamu membuntutiku?"Bisa-bisanya bocah yang satu ini memasuki Gunung Halfi dengan mulus. Hal ini membuat Ardika agak terkejut."Nggak, nggak, aku nggak berani!"Windono buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Guru, jujur saja, aku juga membeli sebuah vila di sini. Hanya saja, aku hanya menginap di sini sesekali!"Ardika tidak bisa berkata-kata lagi.Melihat ekspresi menjilat yang menghiasi wajah jelek Windono, dia hampir saja melupakan identitas pria itu.Bocah yang satu ini adalah Kepala Asosiasi Fengsui sekaligus pemimpin Harven. Boleh dibilang dia sudah termasuk seorang tokoh hebat di ibu kota provinsi."Oh, kalau begitu pulanglah ke vilamu, untuk apa kamu mengikutiku?"Ardika
"Sejauh ini nggak ada ahli bela diri yang bisa diandalkan dari pihak Wilgo. Saat Keluarga Gozali dalam situasi genting, kita baru membiarkan orang-orang Tuan Muda Jerfis untuk maju mendapatkan posisi ketua cabang untuk Keluarga Gozali.""Sebagai ucapan terima kasih, Wilgo pasti akan memaksa Rosa untuk menikah dengan Tuan Muda Jerfis. Bukankah ini sama saja dengan sekali mendayung dua pulau terlampaui?""Intinya, kalau hal ini dilakukan dengan baik, Tuan Muda Jerfis bukan hanya nggak akan memarahi kalian, mungkin saja dia juga akan memandang tinggi kalian, membiarkan kalian menjalin relasi dengannya!"Saat perbincangan santai ini tengah berlangsung, sebuah rencana keji yang sempurna sudah keluar dari mulut Timnu."Kak Timnu, aku sudah mengerti maksudmu!"Sorot mata Werdi langsung berbinar.Namun, tak lama kemudian, dia berkata dengan khawatir, "Kak Timnu, walau rencana ini sangat bagus, bagaimana kalau bocah itu berhasil mengalahkan Vita?""Perlu diketahui bahwa kekuatan yang ditunjukka