Begitu mendengar ucapan Ardika, secara naluriah Firza mengangkat lengannya untuk menyentuh wajahnya.Saat dia menyadari dirinya sudah menunjukkan ketakutannya di hadapan Ardika, ekspresinya langsung berubah menjadi muram.Sebelumnya, saat berada di Vila Bistani, dia dihajar oleh Ardika dua kali dalam satu malam. Hingga saat ini, kejadian itu masih seperti mimpi buruk yang membayanginya.Sekarang Ardika berani mengungkit kejadian itu tepat di hadapannya, sangat jelas bahwa pria itu sedang mempermalukannya!Hugo melirik Firza dengan sorot mata mempermainkan, dia tertawa dalam hati.Dia juga baru tahu ternyata Firza pernah kalah dari menantu benalu seperti Ardika.Pantas saja sebelumnya saat dia menanyakan pada Firza sebenarnya pria itu ada dendam apa dengan Ardika, pria itu tidak bersedia memberi tahu detailnya, melainkan hanya memintanya untuk memberi pelajaran kepada Ardika.Walaupun tertawa dalam hati, tetapi Hugo tetap tahu jelas bahwa di saat seperti ini, dia harus angkat bicara unt
"Hahaha ...."Firza langsung tertawa liar.Sejak Amir, ayahnya mengungkapkan padanya pemikiran ingin membebaskan keluarga mereka dari kendali Keluarga Mahasura, dia sudah tidak terlalu menghormati Keluarga Mahasura lagi.Mempermalukan seseorang yang dulunya adalah Tuan Muda Keluarga Mahasura sesuka hatinya, benar-benar membuatnya sangat senang dan puas."Hahaha ...."Orang-orang lainnya juga ikut tertawa terbahak-bahak.Jaiden melirik Ardika dengan sorot mata meremehkan dan berkata, "Seperti ibarat pepatah, seseorang yang sudah jatuh, maka bukan apa-apa lagi. Tanpa identitas sebagai Tuan Muda Keluarga Mahasura, dia sudah bukan apa-apa lagi!""Pantas saja dia menjadi menantu benalu yang hanya bisa mengandalkan wanita ...."Orang-orang melontarkan ejekan-ejekan terhadap Ardika, sorot mata meremehkan tampak jelas di mata mereka.Setelah mempermalukan Ardika, Firza sudah merasa cukup puas. Akhirnya, dia teringat akan tugas yang diberikan oleh ayahnya padanya.Dia menuangkan segelas anggur
"Minum-minum di lantai bawah? Oke."Setelah menjawab panggilan telepon itu dan mengucapkan beberapa patah kata, Firza berkata pada Hugo, "Ada beberapa orang temanku sedang menungguku di lantai bawah. Aku turun dulu.""Sobat, tolong bantuannya, ya. Aku janji kamu nggak akan rugi."Selesai berbicara, dia mengulurkan lengannya, menunjuk Ardika, lalu berbalik dan menuruni tangga.Dia sudah pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri kemampuan Hugo. Pria itu memang layak disebut sebagai putra Wakanda, Kepala Sekolah Bela Diri Wakanda. Menghajar beberapa orang preman sangatlah mudah baginya.Tentu saja memberi pelajaran pada Ardika juga bukanlah hal yang sulit baginya."Kak Hugo, langsung serang saja! Hajar menantu benalu itu sampai dia berlutut di lantai!""Ya, benar. Kami benar-benar nggak menyukai pecundang itu!"Begitu Firza pergi, Jaiden, Lilis dan yang lainnya mulai bersorak dengan penuh semangat. Mereka sudah tidak sabar melihat Hugo menyiksa Ardika."Hehe, nggak perlu terburu-buru."
Begitu Lilis selesai berbicara, wajah Futari langsung memerah saking marahnya.Dia tidak menyangka Hugo bermaksud seperti itu.Pria itu tidak hanya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menindas kakak iparnya, juga ingin memaksanya menjadi teman tidur, melakukan hal-hal yang hanya dilakukan oleh wanita-wanita rendahan itu."Cih! Menjijikkan!"Futari memelototi Lilis dan berkata dengan marah, "Aku bukan wanita sembarangan sepertimu! Aku nggak akan tidur dengan siapa pun hanya untuk mencapai tujuan sendiri!"Begitu mendengar ucapan Futari, ekspresi Lilis langsung berubah menjadi muram.Wajahnya yang dipenuhi dengan riasan wajah yang tebal itu pun langsung berkedut."Dalam situasi seperti ini, kamu masih ingin mempertahankan citra sucimu? Kalau begitu, kakak iparmu hanya bisa berakhir dengan patah lengan dan patah kaki."Lilis tertawa dingin dan berkata, "Kelihatannya saja kamu memikirkan kakak iparmu, tapi setelah menyangkut kepentingan pribadi, bukankah kamu tetap saja bersikap egois?
"Memangnya aku salah? Jelas-jelas Ardika yang membuat masalah. Kak, kamu sudah terseret dalam masalah karena dia, tapi kenapa kamu masih saja membelanya?!"Hariyo memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Coba kamu lihat, pecundang itu nggak mengucapkan sepatah kata pun, 'kan? Dia hanya tahu menghindar tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.""Dia nggak pantas kamu lindungi seperti itu ...."Melihat kakak beradik itu bertengkar, Jaiden dan yang lainnya tertawa liar."Haha, benar-benar pertunjukan yang menarik, yang satu menjual kakak iparnya, sedangkan yang satu lagi membela kakak iparnya.""Sementara itu, kakak ipar yang bersangkutan sama sekali nggak bereaksi. Benar-benar pengecut.""Hehe, pecundang itu pasti sudah ketakutan setengah mati ...."Sekelompok orang itu sekali lagi menghina Ardika."Sudah cukup! Diam kalian semua!"Hugo menghentikan mereka dengan tidak sabar, lalu menatap Futari dengan ekspresi mempermainkan dan berkata, "Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Seperti itul
"Wah .... Kak Ardika sangat keren!"Melihat Ardika yang menatap Hugo secara langsung dan mengatakan secara terang-terangan akan melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Hugo, sorot mata Futari tampak berbinar.Saat ini, dia merasa sangat aman dan nyaman."Eh, pecun ... Ardika, apa aku nggak salah lihat?"Hariyo yang terduduk di lantai menggosok-gosok matanya, seolah-olah tidak berani memercayai pemandangan di hadapannya ini.Tidak hanya dia seorang, Jaiden, Lilis dan yang lainnya juga sepemikiran.Sekelompok orang itu membelalak, seakan-akan mereka sama sekali tidak mengenal Ardika.Sosok Ardika sekarang berbeda dengan sosok Ardika yang ada dalam benak mereka.Di mata mereka, Ardika hanyalah menantu benalu yang hanya bisa beromong kosong, tetapi kenyataannya adalah pengecut.Karena itulah, tadi mereka baru mengejek Ardika pengecut sesuka hati mereka, mengatai Ardika sama sekali tidak bereaksi ketika adik iparnya ditindas.Namun, tak lama kemudian, Ardika menanggapi ejekan mereka dengan
Futari juga menyadari nada bicara tajam dalam ucapan Hugo. Dia tahu masalah ini benar-benar sudah membesar.Dia menatap Ardika dengan tatapan khawatir, lalu mengeluarkan ponselnya dan berkata, "Kak Ardika, aku lapor polisi saja, ya.""Kamu mau lapor polisi? Kalau begitu, aku akan memastikan lengan dan kakinya patah sebelum anggota kepolisian tiba di sini!"Mendengar nada bicara dingin Hugo, saking ketakutannya, tangan Futari sampai gemetaran, bahkan ponselnya hampir terjatuh ke lantai."Nggak apa-apa, percayalah padaku, semuanya pasti akan baik-baik saja."Ardika menepuk-nepuk pundak Futari, lalu menoleh dan berjalan menghampiri Hugo."Haha! Benar saja pecundang itu takut! Dia sudah mau berlutut!""Ya ampun! Kalau mau berlutut, cepat lakukan! Berlutut dari posisimu berdiri hingga ke hadapan Kak Hugo!"Jaiden dan yang lainnya bersorak dengan gembira.Melihat menantu benalu arogan itu berlutut, mereka merasa sangat senang."Hugo, sepertinya satu tamparan tadi belum cukup untuk menjadi pe
Hugo sendiri juga sangat kebingungan. Sejak kecil, dia sudah berlatih seni bela diri. Dia tidak pernah bertemu dengan orang yang bisa menandinginya.Menghajar preman-preman sangat mudah baginya, hanya seperti seorang ayah yang memukul anak-anaknya.Namun, mengapa dia tidak bisa menghindari tamparan Ardika?"Minggir, minggir!"Dia menggoyangkan lengannya untuk mendorong murid-muridnya, tetapi tubuhnya langsung sedikit terhuyung.Dia yang sangat memedulikan harga dirinya buru-buru sedikit melekukkan lututnya, membuat gerakan kuda-kuda untuk menyeimbangkan tubuhnya. Kemudian, dia baru menggertakkan giginya dan menatap Ardika dengan kesal. "Ardika, aku akan membuatmu berlutut memohon pengampunan di hadapanku sekarang juga."Selesai berbicara, dia langsung mengambil sebotol anggur dari atas meja."Bam ...."Botol anggur itu dilemparnya ke lantai hingga hancur berkeping-keping."Kalian, hancurkan botol-botol anggur ini!"Hugo menunjuk Jaiden dan yang lainnya.Walaupun para muridnya itu tidak
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk
Walaupun menggunakan kata-kata rahasia yang sama, tetapi masing-masing pihak menggunakan cara yang berbeda untuk mengartikannya. Jadi, biarpun kamu berhasil merebut rahasia dari pihak lain, tanpa cara mengartikan dari pihak tersebut, juga tidak ada artinya.Kalau bersikeras menggunakan cara pihak sendiri untuk mengartikannya, lalu digunakan untuk berlatih. Hasil akhirnya hanya akan kerasukan!Windono membuka mulutnya dengan sangat lebar, dia menatap Ardika dengan tercengang.Karena cara mengartikan Ardika sama persis dengan yang dilakukan oleh para ahli fengsui dari kalangan Windono.Enam belas kata yang dibacakan oleh Ardika adalah enam belas kata rahasia yang paling penting bagi para ahli fengsui dari kalangan Windono."Gu ... Guru, bagaimana kamu bisa tahu cara mengartikan kata-kata rahasia kalangan kami?"Dengan tenggorokan yang terasa kering, Windono mengajukan pertanyaan itu. Dia bahkan mulai mencurigai Ardika dikirim oleh kalangan lain, merupakan mata-mata yang dikirim untuk men
Mendengar ucapan Ardika, Windono tertegun sejenak. Kemudian, sorot mata senang dan bersemangat tampak jelas di matanya."Brak!"Tanpa banyak bicara lagi, Windono langsung berlutut, lalu berkata dengan senang, "Guru yang terhormat, terimalah penghormatan dari muridmu ini!"Menyaksikan pemandangan itu, Futari langsung tercengang.Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?Boleh dibilang Windono ini hampir seumuran dengan ayahnya, tetapi pria paruh baya ini malah mengakui kakak iparnya sebagai guru?Ardika juga tidak bisa berkata-kata lagi.Windono benar-benar terlalu cepat dalam mengambil tindakan. Dia bahkan belum sempat selesai berbicara.Sambil melambaikan tangannya, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Berdirilah dulu, aku belum setuju untuk menerimamu sebagai muridku.""Guru, kalau hari ini kamu nggak mengakui ikatan kita ini, aku nggak akan berdiri lagi!"Windono kembali menunjukkan sikap tidak tahu malunya, dia bertingkah seolah-olah dia akan tetap berlutut hingga mati di sana kalau Ardi
Ardika baru saja memarkir mobilnya di depan vila nomor satu, dia sudah melihat ada sebuah mobil yang melaju ke arahnya.Windono keluar dari mobil, lalu bergegas menghampiri Ardika dan berkata, "Guru, vila nomor satu ini adalah pemberian dari Pak Jace untukmu, 'kan?"Raut wajah Ardika tampak agak dingin. "Kamu membuntutiku?"Bisa-bisanya bocah yang satu ini memasuki Gunung Halfi dengan mulus. Hal ini membuat Ardika agak terkejut."Nggak, nggak, aku nggak berani!"Windono buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Guru, jujur saja, aku juga membeli sebuah vila di sini. Hanya saja, aku hanya menginap di sini sesekali!"Ardika tidak bisa berkata-kata lagi.Melihat ekspresi menjilat yang menghiasi wajah jelek Windono, dia hampir saja melupakan identitas pria itu.Bocah yang satu ini adalah Kepala Asosiasi Fengsui sekaligus pemimpin Harven. Boleh dibilang dia sudah termasuk seorang tokoh hebat di ibu kota provinsi."Oh, kalau begitu pulanglah ke vilamu, untuk apa kamu mengikutiku?"Ardika
"Sejauh ini nggak ada ahli bela diri yang bisa diandalkan dari pihak Wilgo. Saat Keluarga Gozali dalam situasi genting, kita baru membiarkan orang-orang Tuan Muda Jerfis untuk maju mendapatkan posisi ketua cabang untuk Keluarga Gozali.""Sebagai ucapan terima kasih, Wilgo pasti akan memaksa Rosa untuk menikah dengan Tuan Muda Jerfis. Bukankah ini sama saja dengan sekali mendayung dua pulau terlampaui?""Intinya, kalau hal ini dilakukan dengan baik, Tuan Muda Jerfis bukan hanya nggak akan memarahi kalian, mungkin saja dia juga akan memandang tinggi kalian, membiarkan kalian menjalin relasi dengannya!"Saat perbincangan santai ini tengah berlangsung, sebuah rencana keji yang sempurna sudah keluar dari mulut Timnu."Kak Timnu, aku sudah mengerti maksudmu!"Sorot mata Werdi langsung berbinar.Namun, tak lama kemudian, dia berkata dengan khawatir, "Kak Timnu, walau rencana ini sangat bagus, bagaimana kalau bocah itu berhasil mengalahkan Vita?""Perlu diketahui bahwa kekuatan yang ditunjukka
"Sekarang bocah kampungan itu malah sudah mendapatkan keuntungan dari Nona Rosa. Biarpun nggak terjadi apa pun di antara mereka berdua tadi malam, tapi tetap saja akan beredar rumor di luar sana.""Kalau kita nggak melakukan apa pun, setelah Tuan Muda Jerfis kembali dari Kota Sewo, mungkin kita nggak akan bisa mempertanggungjawabkan ini padanya.""Saat itu tiba, nggak hanya orang kampungan itu yang menjadi target pelampiasan amarah Tuan Muda Jerfis, kita juga!"Raina juga sengaja untuk memecah belah dengan berkata, "Ya, benar. Selain itu, tadi malam begitu si Ardika itu meninggalkan Hainiken, Nona Rosa langsung keluar mengejarnya. Saat itu, semua orang melihatnya.""Siapa tahu apa yang telah dilakukan oleh mereka berdua ....""Plak ...."Sebelum Raina bisa menyelesaikan kalimatnya, dia sudah ditampar oleh Timnu hingga tubuhnya terpental."Kak Timnu ... kamu!"Werdi tidak menyangka Timnu akan tiba-tiba marah besar. Saking ketakutannya, ekspresinya sudah berubah menjadi pucat pasi."Mera
Timnu tidak melirik Werdi sama sekali, juga sama sekali tidak ada gejolak emosi di matanya.Werdi merasa malu sekaligus marah, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum dan berkata, "Kak Timnu, aku sudah tahu aku salah. Kelak aku nggak akan merepotkanmu dengan urusan-urusan seperti itu lagi.""Tapi, kali ini orang kampungan itu benar-benar .... Kak Timnu, tahukah kamu dia bahkan berani menghancurkan Hainiken!"Timnu mengangguk dan berkata, "Aku tahu bocah itu, namanya Ardika, baru datang ke ibu kota provinsi dari Kota Banyuli. Selain itu, dia juga memiliki satu identitas lagi.""Identitas apa?" tanya Werdi dengan refleks.Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Jadi, ucapanku tadi nggak kamu cerna dengan otakmu itu. Anak yang dicampakkan oleh Keluarga Mahasura, membuat Keluarga Mahasura kalah telak di ibu kota provinsi, adalah dia."Sangat jelas, Timnu bukan sama sekali tidak mengetahui kejadian tadi malam.Sekembalinya dia, dia segera menggerakkan sumber dayanya untuk menyelidiki identit
Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Masih ada langit di atas langit. Tanpa membicarakan beberapa orang raja preman itu, hanya beberapa keluarga kaya di ibu kota provinsi saja, juga mempekerjakan banyak ahli bela diri secara diam-diam.""Pihak-pihak ini sudah menguasai Provinsi Denpapan selama bertahun-tahun, fondasi mereka sangat kuat, relasi mereka juga sangat luas. Keluarga mana yang nggak memiliki beberapa orang tokoh hebat sebagai penjaga mereka?"Werdi menyunggingkan seulas senyum menjilat dan berkata, "Meski begitu, orang-orang itu sudah tua. Berbeda dengan Kak Timnu. Kamu masih muda, masih berada di puncak performamu.""Selain itu, dengan pengakuan dari Tuan Muda Jerfis terhadap dirimu, biarpun pria-pria tua dari keluarga-keluarga kaya itu menyerang, kamu juga bisa menginjak-injak mereka!"Timnu hanya tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan tersebut. "Siapa yang tahu? Sebelum nyawa terancam, nggak akan ada yang mengekspos kartu as sendiri.""Contohnya saja sep
Hainiken terdiri dari sembilan lantai, disebut Surga Sembilan.Sementara itu, di atas Surga Sembilan adalah tempat tinggal sekaligus tempat kerja Timnu, manajer umum Hainiken.Hari ini, Werdi dan Raina datang secara khusus untuk mencari Timnu.Tadi malam, saat Hainiken dihancurkan oleh Ardika, Timnu tidak berada di tempat. Pagi ini pria itu baru kembali. Jadi, Werdi dan Raina berencana untuk membujuk Timnu turun tangan menangani masalah ini, mencari Ardika dan membalaskan dendam pada bocah itu.Tadi malam, setelah jari mereka dipotong, mereka segera pergi ke rumah sakit untuk menyambungkan nyari mereka kembali.Hanya saja, pihak rumah sakit mengatakan bahwa biarpun jari mereka sudah disambung kembali, kelak juga tetap tidak bisa bergerak dengan leluasa seperti sedia kala lagi.Dengan kata lain, boleh dibilang jari mereka itu sudah dilumpuhkan, hanya terlihat masih ada tetapi sesungguhnya sudah tidak berguna lagi.Hal ini membuat Werdi dan Raina memendam kebencian yang mendalam terhadap